IMM di kampusnya, Anshari merupakan kader Muhammadiyah yang mengikuti tahap perekrutan melalui sekolah Muhammadiyah 2 Medan.
4.3 Interpretasi Data
Pada bab ini penulis akan menyajikan data dan menganalisisnya. Analisis yang digunakan dilakukan guna memperoleh jawaban permasalahn berdasarkan
data dan fakta yang terdapat di lapangan.
4.3.1 Penerapan Model Pendidikan SMA Muhammadiyah dalam Pembentukan Karakter Siswa.
Penerapan model pendidikan yang dilakukan sekolah berbeda- beda antara satu sekolah dengan sekolah lain, Model pendidikan ini disesuaikan dengan
karakter yang ingin dicapai oleh sekolah. Penerapan model pendidikan SMA Muhammadiyah dalam pembentukan karakter di jelaskan oleh Pak Junaidi tentang
bagaimana model pendidikan SMA Muhammadiyah 2 Medan yaitu :
“kalau di sini ya, kita menerapkan nilai-nilai agama yang kuat,
misalnya selalu melakukan pembinaan terhadap siswa yang belum bisa membaca Al Quran, mengontrol sholat para siswa dan kedisiplinan para
siswa di sekolah. Yang paling penting itu kita tetap menjalankan apa yang udah ditetapkan
oleh Muhammadiyah”. wawancara tanggal : 21 Desember 2015
Hasil wawancara dengan Pak Junaidi bahwa model pendidikan SMA Muhammadiyah menerapkan nilai-nilai keagaman dan melakukan pembinaan-
pembinaan terhadap nilai-nilai kegamaan. Selain penerapan agama yang kuat juga menerapkan apa yang sudah di tetapkan oleh Muhammadiyah itu sendiri,
Universitas Sumatera Utara
pembinaan dilakukan melalui kegiatan-kegiatan keagamaan yang rutin dilakukan seperti sholat dan membaca AL-quran dan ini membuat siswa-siswa terbiasa
untuk menerapkannya di lingkungan sosialnya. Selain itu menurut Bu Ridia Wati mengenai penerapan model pendidikan Muhammadiyah yakni :
“ iya kita tetap berpedoman pada apa yang sudah menjadi ketentuan organisasi Muhammadiyah di pusat sana, jadi ketentuannyakan kita harus
menerapkan nilai-nilai keislaman. Di Muhammadiyah sendiri kita memiliki 10 jam per hari mata pelajaran keagamaan yang sudah ditetapkan dari pusat mata
pelajaran agama
ini dibagi
dalam pelajaran
fiqih, akhlak,
dan kemuhammadiyahan. Model ini yang kami tetapkan di sekolah Muhammadiyah
dari model ini kami juga menambah kegiatan keagamaan selain dari mata pelajaran yaitu kegiatan tadarus setip pagi, ekskul membaca Al-quran serta
kegiatan malam bina iman yang rutin kami jalankan selama ini. Dari model ini kami membe
ntuk karakter yang diinginkan Muhammadiyah yaitu amar ma’ruf nahi mungkar, bahwa kita sebagai warga Muhammadiyah harus melakukan
kebaikan- kebaikan yang diperintahkan agama.”
wawancara tanggal : 21 Desember 2015 Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Ridia Wati bahwa penerapan
model pendidikan sekolah Muhammadiyah dalam pemebentukan karakter adalah penerapan mata pelajaran agama 10 jam perhari, dimana mata pelajaran itu dibagi
kepada pelajaran agama islam, fiqih, akhlak dan kemuhammadiyahan. Selain dari mata pelajaran ada juga kegiatan yang berhubungan dengan aktifitas keislaman
sperti ekskul membaca al-quran, tadarusan sebelum masuk mata pelajaran. Sehingga terbentuklah karakter amar ma’ruf nahi mungkar yang dijalankan
sebagai warga Muhammadiyah. Bahwa hidup harus selalu melakukan kebaikan- kebaikan yang diajarkan oleh agama.
Universitas Sumatera Utara
Beradasarkan wawancara diatas dapat dismpulkan, bahwa model pendidikan yang diajarkan oleh sekolah Muhammadiyah 2 Medan adalah dengan
pendidikan keagamaan
dibentuklah karakter
yang diinginkan
oleh Muhammadiyah yaitu amar ma’ruf nahi mungkar dimana kegiatan yang dilakukan
dan ditanmakan disekolah dapat menjadi bekal siswa-siswi Muhammadiyah melakukan kebaikan di lingkungan dan dirinya sendiri.
Hal ini dijelaskan dalam Pendidikan karakter menurut Ratna Megawati dalam Shobroh 2013: 17-18 adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak
agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif
pada lingkungannya. Hal ini yang ditanmkan sekolah Muhammadiyah bahwa dengan mendidik kegamaan yang mendalam sehingga siswa-siswi dapat
mengambil keputusan
dngan bijak
dan melakukan
kebikan-kebaikan dilingkungannya.
4.3.2 Pentingnya
Pembentukan Karakter
Pada Siswa
Sekolah Muhammadiyah 2 Medan
Pada sekolah-sekolah hal yang harus ditanamkan pertama kali adalah pembentukan karakter yang akan menjadi perilaku siswa-siswa baik disekolah
maupun diluar sekolah. Bahwa pentingnya penanaman karakter menjadi sangat urgen karena ketika karakter yang dihasilkan disekolah akan mempengaruhi
aktifitas siswa diluar sekolah, berhasil atau tidak daripembentukan karakter tersebut dapat dilihat bagaimana hasil aktifitas siswai. Hal ini juga begitu penting
bagi sekolah Muhammadiyah 2 Medan yang menjadi tempat penelitian peneliti.
Universitas Sumatera Utara
Seperti yang dikatakan Budi Wira Wijaya sebagai staf kesiswan di sekolah Muhammadiyah 2 Medan melalui wawancara yang dilakukan peneliti :
“Penting kali, sebenarnya karakter itulah kunci sukses sebuah lembaga karena lembaga yang tidak memiliki karakter pasti hancur. apapun
ceritanya kalau tidak punya karakter pasti hancur karena karakter itu paling utama. karakterlah diatas skill dan knowled.” Sumber :
wawancara tanggal, 12 Oktober 2015. Dari wawancara diatas menurut pak budi bahwa penanaman karakter itu
penting untuk menjadi sukses, bahwa siswa-siswi yang ingin menjadi sukses harus punya karakter, sama halnya dengan lembaga,lembaga apapun harus punya
karakter karena kalau mempunyai karakter dapat meningkatkan lembaga itu menjadi sukses kalau tidak pasti lembaga itu juga akan hancur sebentar saja,
karena karakter yang paling utama dari pada skill dan knowled. Seperti yang dikatakan Ibu Ridia Wati :
“Sangat penting. Karena pembentukan karakter sejak di usia sekolah dapat membantu siswa kita beradaptasi dengan dunia luar, terutama
ketika dia masuk ke perguruan tinggi. Dia udah mendapatkan karakter yang ditanamkan di sekolah, yaitu karakter masyarakat Muhammadiyah.”
Sumber : wawancara tanggal, 12 Oktober 2015. Dari hasil wawancara dengan ibu Ridia wati sebagai staf pengajar di
bagian kesiswaan yang merencanakan tentang program yang akan dilakukan oleh sekolah menurutnya sangat penting untuk pembentukan karakter di sekolah karena
mempengaruhi aktifitas siswa diluar sekolah baik sebelum tamat dari sekolah maupun setelah tamat sampai kepada perguruan tinggi,karakter yang ditanmkan
adalah karakter masyarakat muhammadiyah dan ketika keluar dari sekolah masuk
Universitas Sumatera Utara
keperguruan tinggi sudah bisa beradaptasi pada masyarakat dan menyampaikan karakter masyarakat muhammadiyah. Sama halnya dengan Pak Junaidi mengenai
pentingnya sekolah dalam pembentukan karakter yaitu : “Yang pasti sangat penting lah. Karena kalau tak ada pembentukan
karakter pasti siswa kita tidak memiliki nilai lebih dari sekolah-sekolah lain.” Sumber: wawancara tanggal, 12 Oktober 2015.
Menurut pak Junaidi pentinggya dalam pembentukan karakter pada siswa sangatlah penting karena jika sekolah tidak ada pembentukan karakter sekolah
tersebut tidak akan dinali sekolah lebih dibandingkan sekolah-sekolah lain sehingga membuat sekolah tidak memliki kelebihan yang baik.
Menurut pendapat peneliti SMA Muhammadiyah 2 Medan sudah
menyadari pentingnya pembentukan karakter terhadap siswa. Oleh sebab itu SMA Muhammadiyah 2 melakukan pembinaan karakter dalam bentuk yang sudah
sistematis dengan beberapa program dan disiplin yang diterapkan di sekolah. Seperti yang disampaikan oleh Ericson dalam Muslich, 2011:35 bahwa
karakter bangsa merupakan aspek penting dari kualitas SDM karena kualitas karakter bangsa menentukan kemajuan suatu bangsa. Karakter yang berkualitas
perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Usia dini merupakan masa kritis bagi pembentukan karakter seseorang. Freud dalam Muslich, 2011:35 juga
berpendapat bahwa kegagalan penanaman kepribadian yang baik di usia dini ini akan membentuk pribadi yang bermasalah di masa dewasanya kelak. Kesuksesan
orang tua membimbing anaknya dalam mengatasi konflik kepribadian di usia dini sangat menentukan kesuksesan anak dalam kehidupan sosial di masa dewasanya
kelak.
Universitas Sumatera Utara
Maka sudah sangat tepat bahwa menyadari pentingnya pembentukan karakter sejak dini terhadap siswa merupakan hal yang sangat penting. Dan SMA
Muhammadiyah 2 Medan telah menerapkan penanaman karakter yang sistematis guna membentuk kepribadian siswa yang matang.
4.3.3 Peran Sekolah Muhammadiyah dalam Pembentukan Karakter
Dalam pembentukan karakter di dunia pendidikan sekolah sangat berperan dalam pembentukan karakter, dimana karakter yang dibangun mencirikan sekolah
tersebut, untuk sekolah muhammadiyah ini peran sekolah dalam pembentukan karakter sangat penting sebagai pengantar langsung dalam pembentuksn karakter.
Seperti yang dikatakan Ibu Ridia Wati tentang peran sekolah muhammadiyah dalam pembentukan karakter:
“ Pada awalnya kita tanamkan nilai-nilai yang harus mereka biasakan di sekolah pada awal masuk sekolah itu di kegiatan fortasi. Lalu mereka kita
tekankan nilai-nilai agama yang kuat seperti, mereka kita haruskan untuk bisa mengaji, terbiasa mendengarkan ceramah singkat sebelum mulainya
jam pelajaran, lalu menanamkan nilai-nilai Kemuahmmadiyahan pada diri siswa , dan menanamkan disiplin yang sesuai dengan aturan sekolah.
Karena pembentukan karakter menurut saya sangat erat kaitannya dengan nilai-nilai mora
l yang diajarkan dalam agama islam.” Sumber : wawancara tanggal, 12 Oktober 2015.
Hasil wawancara dengan ibu ridia wati bahwa peran sekolah muhammadiyah 2 medan dalam pembentukan karakter, beliau mengatakan bahwa
sekolah awalnya menanamkan nila-nilai diawal masuknya sekolah ketika menjadi siswa baru di sekolah muhammadiyah yaitu kegiatan fortasi dikegiatan fortasi itu
dilakukan poenanaman nilai-nilai agama seperti kegiatan mengaji, ceramah.
Universitas Sumatera Utara
Selain itu bukan hanya pada saat fortasi saja tapi di setiap hari sekolah dilakukan kegiatan rutin seperti mengaji, dan ada kegiatan ceramah yang dilakukan guru
setiap masuk ke dalam kelas yang berkaitan dengan pembentukan karakter melalui penanaman keislaman, selain itu juga ada mata pelajaran
kemuhammadiyahan dimana
siswa tersebut
diajarkan nilai-nilai
kemuhammadiyahan pada diri siswa sesuai dengan ajaran islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad.
Menurut Ibu Ridia Wati juga bahwa pemebntukan karakter juga harus erat kaitannya dengan moral, dan nilai-nilai moral yang diajarkan adalah nilai-nilai
moral islam, dimana nilai moral tersebut sesuai dengan al-quran dan hadis. Seperti yang dikatakan Annisa salah satu siswa sekolah Muhammadiyah 2 Medan :
”sekolah ada kegiatan fortasi pertama kali masuk ke sekolah muhammadiyah, terus ada kegiatan mengaji setiap hari di sekolah dan
kegiatan mengajinya itu setiap pulang sekolah kami disuruh mengaji, belajarnya
sama guru
yang mengajar
mata pelajaran
kemuhammadiyahan, terus kami juga ditanya sholat 5 waktunya, sholat 5 waktu atau enggak, dan itu terus-
terusan ditanya sama guru” Sumber: wawancara tanggal, 12 Oktober 2015.
Dari wawancara dengan Annisa salah satu siswa sekolah muhammadiyah, sejalan dengan yang dikatakan oleh ibu guru ridia wati bahwa kegiatan yang
difasilitasi sekolah dalam pembentukan karakter yaitu dengan kegiatan fortasi diawal masuk sekolah untuk memberikan pemahaman kepada siswa tentang nila-
nilai kemuhammadiyahan yang menjadi ciri karakter dari sekolah muhammadiyah 2 medan. Menurut wawancara dari kegiatannya biasa dilakukan selain dari fortasi
yaitu kegiatan mengaji yang diajarkan oleh guru muhammadiyah dan dengan wali
Universitas Sumatera Utara
kelas yang lain ditanyakan sholat 5 waktu setiap hari sehingga menjadi kebiasaan mereka. Hal ini juga yang dikatakan oleh Fitri salah satu siswa tetapi tidak aktif di
organisasi intra sekolah, peran sekolah Muhammadiyah “ kalau disekolah pertama kali masuk ada kayak MOS tapi bukan Mos
namanya kalau di Muhammadiyah namanya fortasi disitu kita dikenalkan dengan sekolah Muhammadiyah. Selain itu yang saya juga rutin kegiatan
malam bina iman itu nanti kami ganti-gantian disitu menginap dan diajarkan sholat malam, puasa dan yang lainnya” Sumber: wawancara
tanggal, 12 Oktober 2015 . Menurut Fitri salah satu siswa Muhammadiyah yang tidak aktif dalam
mengikuti organisasi ada kegiatan yang memang siswa selalu ikut didalamnya yaitu fortasi untuk mengorientasi pembentukan karakter dan malam bina iman
dimana dimasukan muatan-muatan agama didalamnya. Menurut analisis peneliti peran yang dilakukan oleh sekolah sudah
sistematis dengan menanamkan kemauan untuk berprestasi di sekolah baik dalam bidang mata pelajaran maupun dalam kegiatan ekstra kurikuler. Dengan tetap
menanamkan nilai-nilai Islam, seperti melakukan kegiatan pencarian bakat terhadap siswa dan mendatangkan motifator-motifator Islam yang akan
merangsang semangat siswa dalam menjalankan kegiatan yang bermanfaat di sekolah.
4.3.4 Sistem Sosialisasi yang Dilakukan Sekolah dalam Pembentukan Karakter
Sekolah sangat berperan dalam pembentukan karakter dan untuk dapat dengan mudah siswa memahami karakter yang diinginkan banyak cara sosialisasi
Universitas Sumatera Utara
yang dilakukan sekolah agar siswanya dapat menanamkan karakter yang diinginkan sekolah. Sistem sosialisasi yang dilakukan sekolah muhammadiyah 2
seperti yang dikatakan oleh Pak Budi Wira wijaya : “Nah gini kita pendidikan agama ada 3, pendidikan aqidah, fiqih dan
akhlak, dan al-quran jadi kita lebih banyak ke islamnya. Di sini semua siswa kita coba untuk ngaji dan ternyata banyak anak SMA masih iqra 1,
lalu kita suruh setelah pulang sekolah tidak boleh pulang, kita sediakan disini guru ngaji gratis sampai dia tamat al-quran. Karena, kita disini
sistemnya kalau bisa baca al-quran baru bisa lulus. kalau belum bisa baca al-quran belum bisa lulus. Jadi rata-rata mereka bawa iqra sendiri, ada
yang mereka udah iqra 3 malahmasih ada yang iqra 1. jadi kita buat ngaji, itu tambahan cuman itu, yang masih iqra aja sih.” Sumber:
wawancara tanggal, 12 Oktober 2015. Sistem sosialisasi karakter sekolah muhammadiyah menurut hasil
wawancara dengan pak Budi Wira Wijaya, sistem sosialisasi karakter di sekolah muhammadiyah melalui pendidikan agama, adapun pendidikan agama yang
menjadi dasar dalam pembentukan karakter siswa muhammadiyah adalah pendidikan aqidah dimana pendidikan aqidah diajarkan tentang islam sesuai
dengan al-quran dan hadis serta kebiasaan yang dilakukan nabi. Pendidikan fiqih dan akhlak yang paling utama, bagaimana harusnya
siswai bersikap terhadap lingkungan didalam dan luar sekolah, untuk pelajaran agama kita selain di mata pelajaran juga ada ekstrakulikulernya, anak-anaknya
Universitas Sumatera Utara
diajarkan mengaji bagi yang belum bisa mengaji dan diajarkan tajwid bagi yang sudah bisa mengaji sampai bisa.
“biasanya kita ada juga mengaji setelah jam sekolah umum selesai, itu kegiatan ekstrakulikuler disekolah,setelah itu ada nanti setiap hari besar
islam kita ada buat lomba mengaji dan tilawah al-quran. Selain ekstrakulikuler setiap masuk ada pembacaan ayat pendek” Sumber:
wawancara tanggal, 12 Oktober 2015. Hasil wawancara dengan Fitri salah satu siswa tentang sistem sosialisasi
pembentukan karakter sesuai dengan yang dikatakan pak Budi Wira Wijaya bahwa penekanan karakter yang dibentuk sekolah muhammadiyah lebih kepada
agama, setiap hari ada pelajaran agama dan yang berpotensi untuk mengaji lebih baik diikutsertakan dalam lomba-lomba yang ada, sehingga potensi anak tersebut
berkembang dengan baik. Sistem sosialisasi dalam pembentukan karakter yang dilakukan SMA
Muhammadiyah 2 Medan secara keseluruhan mengarah pada nilai-nilai keislaman. Hal ini sesuai dengan apa yang menjadi pedoman Perserikatan
Muhammadiyah yang mengedepankan Al Qur’an dan Sunnah sebagai pedoman hidup dan organisasi mereka. Walaupun SMA Muhammadiyah berbentuk sekolah
umum tapi tetap menekankan nilai-nilai Islam sebagai karakter yang harus terbentuk dalam diri siswa mereka. Hal ini terlihat sangat jelas dari aktifitas
belajar mengajar dan di luar kegiatan belajar mengajar sekolah. Seperti halnya yang disampaikan oleh salah satu informan bahwa setiap mata pelajaran pertama
selalu didahlui oleh wali kelasyang mengontrol nilai keagamaan para siswa dengan menanyakan sholat mereka dan mambaca Al Qur’an sebelum pelajaran
dimulai.
Universitas Sumatera Utara
Para siswa juga diwajibkan untuk dapat membaca Al Qur’an sebagai
syarat kelulusan. Hal ini mempertegas bahwa nilai-nilai keislaman seperti akidah, fikih, dan akhlaq memang sangat menjadi perioritas bagi penanaman karakter
siswa SMA Muhammadiyah 2 Medan. Menurut Blumer dalam Ritzer, 2004:52 istilah interaksionisme simbolik
menunjuk kepada sifat khas dari interaksi antar manusia. Kekhasannya adalah bahwa manusia saling menerjemahkan dan saling mendefenisikan tindakannya.
Bukan hanya sekedar reaksi belaka daritindakan seseorang terhadap orang lain. Tanggapan seseorang tidak dibuat secara langsung terhadap tindakan orang lain,
tetapi didasarkan atas makna yang diberikan terhadap tindakan orang lain itu. Berdasarkan teori diatas dengan sistem sosialisasi dalam pembentukan
karakter di sekolah Muhammadiyah 2 Medan adalah bahwa interaksi interaksi yang dilakukan sekolah lebih kepada nilai-nilai kebaikan pada agama bahwa
simbol-simbol agama dijadikan nilai terbaik yang harus dimiliki karakter siswa disekolah Muhammadiyah, hal itu yang menyebabkan kegiatan keagaman di
sekolah Muhammadiyah 2 medan menjadi titik tekan dalam pembentukan karakter.
4.3.5 Program Yang dilaksanakan Sekolah dalam Pembentukan Karakter Siswa
Hal yang paling penting dalam pembentukan karakter adalah program yang dibuat sekolah untuk pembentukan karakter siswanya, agar pembentukan
karakter lebih strategis dan tepat sasaran sehingga mempermudah sekolah dalam pembentukan karakter. Program yang dilakukan sekolah muhammadiyah 2 dalam
Universitas Sumatera Utara
pembentukan karakter biasanya sudah ada program yang dibuat setiap ajaran baru. Seperti yang dikatakan ibu Ridia wati:
“Pelajaran agama kita 10 jam hari, sedangkan sekolah umum yang lain hanya 2 jam, kalau sekolah lain tidak menggunakan k13, kalau k 13
berarti tiga les pelajaran kalau kita memakai k13 sebelum k13 dia kita sudah memang dari pusat tambahan 10 jam pelajaran itu sudah termasuk
al-qurannya, fiqihnya, akidahnya, bahasa arabnya, di tambah dengan kemuhammadiyahan tadi. maka beda dengan sekolah-sekolah yang
lain.kita sekolah seperti madrasha tapi madrasha yang umum tapi ditambah mata pelajaran agama 10 jam tadi itu bedanya.” Sumber:
wawancara tanggal, 12 Oktober 2015. Berdasarkan hasil dari wawancara dengan ibu Ridia wati bahwa program
yang dilakukan dalam pembentukan karakter lebih banyak pada mata pelajaran agama dimana mata pelajaran agama yang diajarkan SMA Muhammadiyah 10
jam perhari berebda dengan sekolah umum agamnya hanya 2 jam. Pelajaran agama itu sendrir sudah dari pusat Muhammadiyah bahwa sekolah- sekolah
Muhammadiyah 10 jam untuk pelajaran agamanya. Selain itu sekolah Muhammadiyah menurut ibu Ridia wati juga
menggunakan kurikulum K13, kalau k13 itu menggunakan 3 jam pelajaran agama, selain dari itu di sekolah muhammadiyah ini juga punya program mata
pelajaran kemuhammadiyahan dimana juga disitu ditanam karakter sebagai warga muhammadiyah. Sama halnya dengan Fitri yang dikatakan salah satu siswa
sekolah Muhammadiyah 2 medan : “
sekolah muhammadiyah ini jam agama disini lebih banyak dari pada sekolah umum, disini setiap hari pasti ada pelajaran bahasa arab, pelajaran agama,
kemuhammadiyahan, akhlak juga ada untuk mengatur akhlak-akhlak kita yang
Universitas Sumatera Utara
salah, ada tadarus juga, dan itu kami lakukan rutin disekolah. Kalau sekolah umumkan mereka cuman mata pelajaran agama baru nanti ada agamanya.”
Sumber: wawancara tanggal,
12 Oktober 2015
. Berdasarkan hasil wawancara dengan Fitri siswa sekolah muhammadiyah, bahwa
jam sekolah agama disini lebih banyak dibandingkan sekolah umum. Dimana mata pelajaran itu bukan hanya satu khusu agama tapi bermacam-macam seperti akhlak dan
kemuhammadiyahan yang memang sudah ada sebagai mata pelajaran tetap sekolah muhammadiyah.
Selain itu juga salah satu alumni sekolah muhammadiyah yaitu Anshari mengatakan :
“ kalau sekolah muhammadiyah itu bagusnya di mata pelajaran agama, mata pelajaran agama kita itu banyak. Jadi siswa itu ditekankan bahwa jadi manusia
yang baik itu tidak berbuat kesalahan dan mengerjakan yang baik-baik. Makanya agama disitu banyak setiap mau masuk di kenalkan dengan nilai-
nilai agama” Sumber: wawancara tanggal,
27 Oktober 2015
. Menurut Anshari sebagai salah satu alumni sekolah muhammadiyah mengatakan
bahwa sekolah muhmmadiyah lebih menitikberatkan apada mata pelajaran agama, nilai- nilai kebikan yang diajarkan juga berlandaskan pada nilai-nilai kebaikan pada agama,
mulai dari awal sekolah sudah diajarkan kebaikan menurut nilai-nilai agama.
Menurut pandangan peneliti program yang dilaksanakan oleh sekolah dalam melakukan pembentukan karakter terhadap siswanya sangat berfariasi.
Mulai dari program yang mengarahkan siswa pada pengembangan bakat dan potensi hingga penenaman nilai-nilai agama yang kuat. Hal yang paling mencolok
di sini adalah seperti yang di kemukakan oleh salah satu informan, bahwa SMA Muhammadiyah 2 Medan masih menggunakan kurikulum K13 yang menekankan
pada mata pelajaran agama yang lebih panjang. Hal ini terlihat jelas bahwa SMA
Universitas Sumatera Utara
Muhammadiyah 2 sangat mengedepankan nilai-nila agama dalam penanaman karakter terhadap siswanya.
4.3.6
Karakter Yang Ingin Dibentuk Sekolah Muhammadiyah
Setiap sekolah pasti punya karakter yang diinginkan pada siswanya pada saat sekolah dan setelah tamat dari sekolah tersebut. Karakter yang diinginkan
tersebut haruslah jelas agar mempermudah kegiatan apa yang ingin dilakukan dalam pembentukan karakter tersebut. Sekolah muhammadiyah sudah melakukan
kegiatan itu seperti yang dikatakan Pak Budi Wira Wijaya pada wawancara : “ Kita bertujuan ke visi dan misi kita tadi. Visi kita itu “menjadi lembaga
pendidikan yang berkualitas untuk mewujudkan generasi unggul mandiri dan be
rakhlak karimah”. Kalau Misi kita ini ada lima poin, yaitu: 1. mendekatkan siswai pada al-quran dan sunnah
2. memepersiapkan siswai yang memiliki keseimbangan ilmu, iman dan amal.
3.melaksanakan kegiatan belajar mengajar KBM yang dapat mengembangkan bakat pribadi untuk mewujudkan produktifitas,
kreatifitas dan kemandirian. 4. mempersiapkan siswai yang siap untuk menjadi pelopor, pelangsung
dan penyempurna dalam masyarakat. 5. mempersiapkan siswai yang memiliki ilmu pengetahuan dan mampu
beadaptasi dengan perkembangan teknologi. Artinya apa? setelah mereka tamat disini mereka bisa membaca al-
qurannya bagus mempunyai ilmu punya iman, seandainya mereka jadi pempin sudah lengkaplah, menjadi pemimpin yang berakhalkul karimah.
Iya itu setelah tamat dari sini ilmu pengetahunnya ada , teknologinya
Universitas Sumatera Utara
mampu, minimal akhlaknya betul-betul ada, yang memang betul-betul tamatan dari sini akhlaknya bagus, menjalankan semua perintah al-quran
dan hadis dijalankan, kan kita ada program sebelum masuk mata pelajaran ada tadarus sama-sama dulu, dibacain artinya jadikan mereka
tahu pemahaman al- quran tadi” Sumber: wawancara tanggal, 12 Oktober
201512 Oktober 2015. Karakter yang ingi dibentuk sekolah muhammadiyah sudah tertuang pada
visi dan misi sekolah muhammadiyah yang menginginkan siswa-siswanya mempunyai akhlak yang baik di lingkungan masyarakatnya dan mempunyai
keterampilan yang bisa membuat mereka lebih produktif di dalama masyarakat sosial mereka. Selain itu ibu ridia wati juga mengatakan bahwa tetap akhlak yang
mereka punya sesuai denga al-quran dan hadis. Ketika keluar dari sekolah muhammadiyah bisa menjadi pemimpin
masyarakat, pemimpin yang mempunyai ilmu, iman dan berakhlakul karimah sehingga sudah lengkaplah dia menjadi pemimpin. Setidaknya kita mengharapkan
setelah tamat disni akhlak mereka manjadi baik dan menjalankan semua perintah agama,karena sebelum masuk mata pelajaran kita ada tadarus bersama dan dibaca
maknanya serta dipahami sehingga mereka paham tentang al-quran tadi. Seperti yang dikatakan Anshari salah satu alumni sekolah muhammadiyah 2 medan:
“ Bahwa mereka diharapkan menjadi pemimpin dimasyarakat karenakan kami diajarkan banyak di sekolah, misalnya kegiatan-kegiatan di IPM,
disitu diajrkan jadi pemimpin,iya setidaknya kalau tidak memimpin masyarakat iya kami mempin keluarga dan menjalankannya sesuai
dengan al- quran dan hadist” Sumber: wawancara tanggal, 27 Oktober
2015.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan wawancara
dengan salah
satu alumni
sekolah Muhammadiyah 2 Medan, bahwa karakter yang ingin dibentuk adalah menjadi
pemimpin yang baik sesuai dengan al-quran dan hadis serta hal paling kecil yaitu menjadi pemimpin di keluarga, selain itu mereka juga sudah diajrkan menjadi
pemimpin dari sekolah dengan mengikuti IPM. Selain itu menurut Pak Junaidi sebagai salah atu guru kemuhammadiyahan tentang karakter yang ingin dibentuk
sekolah Muhammadiyah yaitu : “Sebenarnya karakter yang ingin dibentuk adalah kesopanan dan
kepedulian, serta rasa memilikinya tinggi maka dia akan menjalankan kebaikan-kbaikan yang menurut agama sehingga siswa-siswi ini menjadi
kader yang terbaik dikalangan masyarakat.” Sumber: wawancara tanggal, 12 Oktober 2015.
Berdasarkan hasil wawancara bahwa karakter yang diinginkan adalah siswa-siswi ini dapat berubat baik dikalangan masyarakat, memiliki kesopan
santuan didalama masyrakat dan kepedulian yang tinggi terhadap masalah sosial yang terkdi pada masayarakat sehingga siswa-siswi muhammadiyah menjadi
bermanfaat bagi masyarakat.
4.3.7 Pengontrolan Perilaku Siswa Diluar Sekolah
Dalam pembentukan karakter untuk mengiringi karakter itu tertanam dalam perilaku siswa harus ada pengontrolan untuk menjamin bahwa karakter
yang ditanamkan sekolah pada perilaku siswa tetap terjaga. Pengontrolan siswa sekolah muhammadiyah menurut wawancra dengan pak Budi wira wijaya :
“Kalau diluar sekolah kita ada kontrol tapi enggak full, Kemenangan kita disini kita muhammadiyah jadi kalau siswa muhammadiyah jumpa dengan
warga muhammadiyah tapi dia bukan orang sini pasti ditegurnya. Kalau misalnya ada pimpinan atau dia warga muhammadiyah, nanti nampak
Universitas Sumatera Utara
simbol baju sekolah muhammadiyah nanti ditegurnya walupun itu bukan siswa dia.” Sumber: wawancara tanggal, 12 Oktober 2015.
Berdasarkan wawancara dengan salah satu sataf pengajar di sekolah muhammadiyah Pak Budi Wira Wijaya untuk pengontrolan perilaku siswa diluar
sekolah melalui warga muhammadiyah sendiri, seperti jika ada siswa sekolah muhammadiyah atau anak sekolah yang memakai lambang sekolah
muhammadiyah maka jika dia membuat kesalahan bisa ditegur sendiri oleh muhammadiyah. Kalau sekolah sendiri tidak full untuk mengawasi siswa-siswi di
luar sekolah karena kami terbatas untuk kegiatan diluar sekolah. Seperti yang dikatakan Fitri salah satu siswa sekolah muhammadiyah 2 medan :
“kalau diluar sekolah kami enggak ada diawasi, cuman kalau ada warga muhammadiyah terus kami ada buat salah warga muhammadiyah
langsung tegur kami.” Sumber: wawancara tanggal, 12 Oktober 2015.
Berdasarkan wawancara dengan salah satu siswa muhammadiyah 2 medan untuk pengontrolan perilaku siswa diluar sekolah diawasi dengan warga
muhammadiyah yang ada wilayah tersebut karena muhammadiyah ini organisasi besar dan saling mempunyai kekuatan organisasi. Selain itu menurut Ibu Ridia
Wati tentang pengontrolan siswa diluar dari sekolah adalah : “Sebenarnya kalau sudah di luar sekolah sudah kita kembalikan tanggung
jawab pada orang tua. Dan itu tidak lagi menjadi tanggung jawab sekolah.tapi, di situlah kelebihan kita yang memiliki organisasi
Muhammadiyah ini. Kalau ada warga muhammadiyah yang melihat siswa dari SMA Muhammadiyah, mau itu Muhammadiyah yang manapun, kalau
Universitas Sumatera Utara
mereka mengenali siswa tersebut, apa lagi kalau dia lihat atribut SMA Muhammadiyah, kalau mereka melihat siswa itu berkelakuan tidak baik,
mereka akan men egurnya, gitu.” Sumber: wawancara tanggal, 12
Oktober 2015. Proses interpretasi yang menjadi penengah antara stimulus dan respon
menempati posisi kunci dalam Teori Interaksionisme Simbolik. Benar penganut teori ini mempunyai perhatian juga terhadap stimulus dan respon. Tetapi perhatian
mereka lebih ditekankan pada proses interpretasi yang diberikan individu terhadap stimulus yang datang itu Ritzer, 2004:52.
Bahwa dari teori diatas yang menjadi kunci adalah proses interpretasi dimana proses itu telah dibuat dan dilakukan pengontrolan terhadap proses,
pengontrolan merupakan proses interpretasi dari pembentukan karakter artinya mengawal apakah pembentukan karakter yang dibuat dilakukan dengan baik oleh
siswa, selain itu juga bisa menjadi bahan evaluasi terhadap proses interpretasi karakter disekolah.
4.3.8 Nilai-nilai Kemuhammadiyahan Dalam Pembentukan Karakter
Di sekolah muhammadiyah mempunyai suatu muatan lokal yang wajib ada yaitu mata pelajaran kemuhammadiyahan dimana mata pelajaran ini
mengajarkan nilai-nilai kemuhammadiyahan yang setiap warga muhammadiyah harus memilikinya. Nilai-nilai kemuhammadiyahan dalam pembentukan karakter
disekolah muhammadiyah sangat berperan penting untuk penanaman nilai-nilai muhammadiyah. Mata pelajaran kemuhammadiyahan ini ada di sekolah dasar
sampai universitas di muhammadiyah, berdasarkan wawancara dengan Ibu Ridia Wati :
Universitas Sumatera Utara
“Kita kan SMA muhammadiyah enggak semuanya dulu tamatan SMP Muhammadiyah, kitakan dari bermacam sikap murid yang masuk ke sini
itulah yang mau kita satukan disni dengan program-program yang sudah ada terutama pada mata pelajaran kemuhammadiyahan, dengan
pembentukan karakter dari mulai hatinya dulu kita sentuh dulu, itulah program tadi tadarusan pagi-pagi sebelum masuk pelajaran pertama lalu
dibidang studi mungkin pelajaran PPKN dimasukin juga untuk pembinaan karakter siswa, akhlak terhadap orang tua,lingkungan dengan sesama
atasan atau yang lain, dalam pembelajaran itulah kita tanamkan,karena mulai dari pembelajaran itu kitra masukin sikap satu persatu. Kita nilai
siswa terebut setia mata pelajaran, karena kitakan keurikulum k13, untuk kurikulum k13 dimedan ini hanya beberapa sekolah termasuk
muhammadiyah 2 ini yang ditunjuk dan terus, kemarinkan pemerintah menyarankan ke KTSP tapi Muhammadiyah 2 tetap menggunakan
kurikukulum K13 untuk karakter siswanya, sikapnya. Ya walaupun dia ilmunya lebih pintar, keterampilannya banyak tapi akhlaknya tidak bagus
kan tidak bisa mewujudkan kesuksesan orang tersebut. Artinya kesuksesan orang itu dilihat dari ilmunya, paling berapa persen kalau dilihat dari
ilmunya dari keterampilannya, tapiitu dilihat dari akhlaknya. Mungkin kalau negara maju itu sudah 80 untuk karakter siswanya ditanamkan,
nilai-nilai kebangsaan itu ditanamkan, sehingga cinta dia terhadap bangsanya, tanah airnya, agamanya sudah mendalam sehingga yang
dibuat mereka tidak menyeleweng dari ajaran yang diajarkan dari agama tadi nah ini kita masukan di mata pelajaran kemuhammadiyahan.”
Sumber: wawancara tanggal, 12 Oktober 2015 Berdasarkan wawancara dengan salah satu staf guru Ibu Ridia Wati bahwa
nilai-nilai kemuhammadiyahan dalam pembentukan karakter di sekolah Muhammadiyah 2 Medan bahwa sekolah muhammadiyah mempunyai mata
pelajaran muhammadiyah dari sekolah dasar sampai tingkat universitas, dan pembentukan
karakter yang
dibuat juga
melalui mata
pelajaran
Universitas Sumatera Utara
kemuhammadiyahan dimana diajarkan nila-nilai agama yang sesuai dengan akidah serta akhlanya.
Selain dari mata pelajaran itu, ada juga mata pelajaran PPKN dalam pembentukan karakter, dan itu sudah dimasukan dalam kurikulum K13 dimana
kurikulum ini lebih banyak membahas tentang sikap siswai. Dimana pembahasanyya lebih pada pembentukan karakter, dan penyamaan karakter dalam
mata pelajaran muhammadiyah karena banyak siswai bukan dari sekolah muhammadiyah dulunya. Selain itu juga disebutkan oleh salah satu siswa sekolah
muhammadiyah: “ kami dipelajaran kemuhammadiyahan dibahas tentang agamalah bg,
misalnya bagaimana cara sholat yang benar, sejarahnya muhammadiyah, terus sebagaia warga muhammadiyah itu bagaimana bersikap,akhlaknya
susai dengan al- quran dan dicontohkan nabi muhammad, bang.”
Sumber: wawancara tanggal, 12 Oktober 2015 . Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu siswa sekolah
muhammadiyah, bahwa mata pelajaran muhammadiyah menitik beratkan pada kegiatan keagamaan, dan pembentukan karakter siswa melalui pesan-pesan yang
disampaikan atau sesuai dengan agama islam, sehingga mata pelajaran kemuhammadiyahan berperan dalam pembentukan karakter yang ingin dibentuk
oleh sekolah muhammadiyah.
4.3.9 Cara Sekolah Memperkenalkan Nilai-Nilai Kemuhammadiyahan
Disekolah muhammadiyah wajib mengikuti pelajaran muatan lokal yaitu kemuhammadiyahan, namun bukan hanya dalam mata pelajaran muatan lokal
tersebut nilai-nilai kemuhammadiyahan di terapkan tetapi sekolah mempunyai
Universitas Sumatera Utara
banyak cara yang dilakukan sekolah untuk memperkenalkan nilai-nilai kemuhammadiyahan. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru, Pak
Junaidi tentang cara sekolah memperkenalkan nilai-nilai kemuhammadiyahan : “Cara
sekolah memperkenalkannya
iya dimata
pelajaran muhammadiyahnya sendiri, di situ kita mengajarkan amar ma’ruf nahi
mungkar. Sebenarnya sama cuman agak berbeda aja, kalau SMA agak berkembang aja, kalau SMA dia lebih kepada struktur organisasinya,
kalau struktur organisasinya kan ada pimpinan, lembaga ada majelis ada ortom organisasi otonom. SD SMP tidak dikenalkan SMA dikenalkan
ada organisasi ortom. Ada organisasi majelis dan ortom beda dia dengan pimpinan karena cuman 13 orang ortonomnya banyak, ortonomnya ada 7,
kalau nilai yang paling diperkuat itu iya nial-nilai keislaman yang sesuai dengan yang diajarkan nabi muhammad, terutamauntuk beramar ma’ruf
nahi mungkar.” Sumber: wawancara tanggal, 12 Oktober 2015.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pak Junaidi bagaimana cara sekolah memperkenalkan nilai-nilai kemuhammadiyahan itu memalului mata pelajaran
kemuhammadiyahn sendiri diajarkan amar ma’ruf nahi mumgkar, walaupun setiap tingkatan sekolah di sekolah muhammadiyah diajarkan mata pelajaran
kemuhammadiyahan tetapi kalau di SMA lebih kepada memahami organisasi muhammadiyah sendiri secara struktur dan organisasi.
Hal-hal yang paling ditekankan adalah be ramar ma’ruf nahi mungkar, niali
yang dijaga sekolah muhammadiyah lebih kepada perilaku islam yang diajarkan oleh muhammad sehingga berperilaku juga harus mirip dengan nabi muhammad.
Sesuai dengan yang dikatakan salah satu siswa Muhammadiyah tentang nilai-nilai yang diajarkan pada mata pelajaran kemuhammadiyahan :
Universitas Sumatera Utara
“kalau di mata pelajaran kemuhammadiyahan kami belajar sejarah muhammadiyah, belajar perilaku nabi muhammad dan kita harus
mencontoh nabi muhammad mulai dari perilaku dia mulai dari tidur sampai bangun dan perilaku pada masyarakat. Belajar organisasi
muhammadiyah juag kayak struktur untuk pengurus besar, pengurus cabang. Intinya harus berbuat baik abang.” Sumber: wawancara tanggal,
12 Oktober 2015.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu siswa sekolah muhammadiyah 2 medan bahwa nilai-nilai yang dijarkan lebih kepada perilaku
yang sesuai dengan diajarkan Nabi Muhammad, segala yang diajarkan nabi muhammad untuk berbuat baik pada diri sendiri ataupun masyarakat.
4.3.10. Poin-Poin yang Diajarkan dalam Kemuhammadiyahan
Dalam mata pelajaran kemuhammadiyahan ada poin-poin penting yang diajarkan sekolah muhammadiyah untuk pembentukan karakter siswa, poin-poin
tersebut menjadi bentuk karakter yang akan dibangun sekolah muhammadiyah 2 medan. Berikut hasil wawancara dengan pak junaidi :
“Baik, jadi pada garis besarnya sebenarnya muatan lokal kemuhammadiyahan itu sudah ditetapkan kurikulumnya. Jadi yang kita
ajarkan pada siswa mengenai kemuhammadiyahan itu seperti misalnya tentang keorganisasian, bagai mana masyarakat muhammadiyah saling
berhubungan dalam masyarakat, Iya tentu dari sholat anak-anak mulai dari cara wudunya yang salah kita benarkan, biasanya lebih kesholatnya.
Terus kita ajarkan tentang struktur organisasi, tentang kepribadian muhammadi
yah, gitu.” Sumber: wawancara tanggal, 12 Oktober 2015
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil wawancara dengan pak junaidi salah satu guru mata pelajaran muhammadiyah bahwa poin-poin penting yang diajarkan dalam
kemuhammadiyahan, bagaimana masyarakat muhammadiyah berhubungan dengan masyarakat yang baik dan memperhatikan cara sholat dan wudunya, selain
itu juga diperkenalkan dengan organisasi muhammadiyah bagaimana struktur dan kepribadian masyarakat muhammadiyah. Selain itu ada juga hasil wawancara
dengan Ibu Ridia Wati salah satu bagian program di sekolah : “Poin-poin yang diajarkan anak-anak itu gini kita tes anak-anak itu bisa
membaca al-quran bacaannya atau tajwid. Itu poin-poin yang kita buat, kalau mereka sudah memahami itu semuanya bisa berarti mereka akan
tuntas baca al-qurannya dibarengi dengan nantinya kita ada program namanya malam ibadah ini untuk memotivasi anak- anak dalam
menjalankan perilaku yang baik antar sesama masyrakat, semua bergilir itu ada SD,SMP dan SMA itu ada program kita dari majelis .” Sumber:
wawancara tanggal, 12 Oktober 2015.
Berdasarkan hasil wawancara denga ibu Ridia wati bahwa poin-poin yang diajarkan pada mata pelajaran kemuhammadiyahan yaitu tentang bagaimana
membaca al-quran dengan baik serta dengan tajdidnya dimana ketika membaca al- quran diharapkan mereka mampu menerapkannya, selain itu juga ada kegiatan
malam ibadah untuk semua tingkatan dimana malam ibadah bagian dari kegiatan untuk memotivasi berprilaku baik kepada sesama.
4.3.11 Siswa Muhammadiyah Menjadi Kader Muhammadiyah
Setiap organisasi pasti mempunyai cara masing-masing untuk perekrutan kader, hal yang sama dengan organisasi muhammadiyah banyak cara yang
Universitas Sumatera Utara
dilakukan dalam perekrutan baik dengan cara amal usaha, atau pun pembuatan wadah perekruan seperti sekolah. Berikut hasil wawancara denga salah satu staf
guru Pak Budi Wira Wijaya : “Muhammadiyah berdiri awalnya adalah sebagai organisasi pendidikan
dan kesehatan , nah kalau untuk disekolah umum ada namanya janji siswa kalau dikita ada namanya janji pelajar muhammadiyah , janji
pelajar muhammadiyah itu ada 6 poin, dan poin terakhir siap menjadi kader muhammadiyah dan bangsa. ya artinya kita udah menanamkan
bagimana siswa-siswa itu menjadi kader-kader muhammadiyah. Disekolah itu tidak ada osis kita adanya IPM Ikatan Pelajar
Muhammadiyah dari situlah kita buat pembentukan karakter. kalau disekolah-sekolah umum, osis kalau kita tidak ada osis. Kita juga ada
Hizbul wathan disitulah kita mencari kader-kader dari muhammadiyah ini. Kita enggak ada pramuka, sama-
sama kepanduan.” Sumber: wawancara tanggal, 12 Oktober 2015
Menurut Pak Budi Wira Wijaya tentang siswa Muhammadiyah menjadi kader adalah bahwa siswa Muhammadiyah ini akan menjadi kader
Muhammadiyah dimana ada kegiatan untuk perekrutan. Salah satunya dari sekolah dan kegiatan sekolah seperti IPM Ikatan Pelajar Muhammadiyah dan
kegiatan hizbul wathan kepanduan dimana anak-anak direkrut menjadi kader- kader Muhammadiyah dan di kegiatan organisasilah dibentuk pola-pola
pembentukan karakter Muhammadiyah. Selain itu diskolah juga mempunyai janji pelajar Muhammadiyah yang
menerangkan bahwa siswai Muhammadiyah ini adalah menjadi kader Muhammadiyah dan Bangsa sehingga pola perekrutan untuk menjadi kader bukan
hanya di kegiatan ekstrakulikuler sekolah tetapi juga dari sekolah melalui janji
Universitas Sumatera Utara
pelajar Muhammadiyah. Sama halnya dengan Ibu Ridia Wati selaku staf program disekolah menjelaskan :
“Iya, membuat anak-anak ini menjadi kader muhammadiyah, artinya muhammadiyah yang mau menjadi pengikut muhammad, karenakan yang
kita pelajari di Al-quran tadi yang kita kasih kemereka tidak ada yang menyimpang dari yang lain, cumankan pelajarannya mungkin bacaan
sholat muhammadiyah seperti ini karenakan bacaan sholat muhammad kayak gini ada dicontohkan dan ada hadisnya yang kuat yang mendukung
untuk itu, kalau kitakan membina untuk kader tapikan tidak bisa semua kita dari 470 anak kan tidak semua tercover untuk jadi kader pastikan ada
juga orangtuanya yang anggota muhammadiyah ikut organisasi itu dan ikut kegiatan dari muhammadiyah, sebenaranya kita tidak memaksaan
ikut tapi mereka harus mengikuti apa yang kita pelajari, kita enggak bilang salah tapi kita ajarkan atau kita giring.”
Sumber: wawancara tanggal, 12 Oktober 2015
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Ridia Wati bahwa siswa-siswi ini dibentuk menjadi kader Muhammadiyah maksudnya bahwa siswa-siswi ini
mengikuti apa yang diajarkan sekolah Muhammadiyah mulai dari cara sholat dan hal-hal yang lain, walaupun ada siswa yang bukan warga Muhammadiyah tetapi
tetap diajarkan apa-apa yang dipahami oleh sekolah Muhammadiyah, sehingga siswa-siswi menjadi kader Muhammadiyah walupun diawal mereka bukan kader
atau sekolah di Muhammadiyah. Hal yang sama juga diungkapkan oleh alumni SMA Muhammadiyah,
Anshari yang menjelaskan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
“Iya, jadi kami dulu di sekolah di ajarkan kalau kami itu dipersiapkan untuk jadi kader Muhammadiyah. Kami lebih sering menyebutnya warga
Muhammadiyah. Karena waktu kami diajarkan dulu, warga Muhammadiyah ini seperti
punya dua
status kewarganegaraan,
Muhammadiyah sama
kewarganegaraan Indonesia. Dan kalau ditarik dari sejarahnya kan, Muhammadiyah udah ada sebelum Indonesia merdeka, hahaha...” Sumber:
wawancara tanggal, 27 Oktober 2015. Berdasarkan hasil wawancara dengan alumni SMA Muhammadiyah,
peneliti menyimpulkan bahwa setiap siswa Muhammadiyah diarahkan untuk menjadi warga kader Muhammadiyah. Bahkan Anshari mengungkapkan bahwa
para warga Muhammadiyah seperti memiliki dua status kewarganegaraan, yakni warga negara Indonesia dan warga Muhammadiyah. Hal ini menggambarkan
bahwa setiap warga kader Muhammadiyah tertanam rasa memiliki sense of belonging terhadap Muhammadiyah.
4.3.12. Wadah Siswa dalam Pengembangan Kreatifitas untuk Menunjang Pembentukan Karakter
Dalam pengembangan kreatifitas sekolah-sekolah membentuk wadah yang dapat dijadikan tempat siswa dalam mengembangan kreatifitas untuk meningkatan
keahlian dari para siswa tersebut. Berikut hasil wawancara dengan salah satu staf program diskolah bu ridia wati:
“Sekolah yang buat tapi yang menggerakan IPM, kita yang buat IPM yang menggerakan mengajak kawan-kawannya anak-anak IPM daerah
sampai nanti IPM wilayah. Kegiatannya untuk pembentukan karakter, misalnya kayak kita shlat berjammah terus ada kegiatan motivasi dari
Universitas Sumatera Utara
luar untuk membina karakter siswanya. Kitakan menggunakan K13 itu sikapnya yang perlu kali bukan pengetahuan, pertama sikap,keterampilan
barulah pengetahuannya nah dari situlah.” Sumber: wawancara tanggal, 12 Oktober 2015
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Ridia Wati bahwa skolah mempunyai wadah tempat siswa-sisiwi beraktifitas yaitu IPM Ikatan pelajar
muhammadiyah dimana wadah IPM ini tempat siswa-siswi melakukan aktifitas diluar jam pelajaran, dan di IPM ini juga dilakukan pembentukan karakter melalui
kegiatan-kegiatan yang dilaukan seperti kegiatan motivasi. Dan ini sesuai dengan prgram K13 yang menjadi program pemerintah bahwa sikapnya dahulu dibentuk
lalu keterampilan dan ilmu mereka. Selain itu juga ada menurut pak junaidi sebagai guru kemuhammadiyahan tentang wadah tempat siswa-siswi neraktifitas
diluar jam sekolah yaitu : “Ada Ikatan Pelajar Muhammadiyah IPM namanya. Beda kalau visi
misi IPM dan sekolah. IPM itu organisasi otonom kalau untuk menjadi kader IPM itu ada batas usia kalau yang disekolah dari kelas X sampai
XII, Kalau ditingkat cabang usianya 12-18 kalau di daerah usianya maksimal 20. Kalau pusat 24.” Sumber: wawancara tanggal 12 Oktober
2015 Berdasarkan hasil wawancara bahwa wadah siswa dalam berkreatifitas
menurut Pak Junaidi itu ada IPM Ikatan Pelajar Muhammadiyah dimana secara struktur IPM ini berjenjang ada yang IPM di sekolah maupun diluar sekolah
seperti mahasiswa, dimana wadah ini menurut pak junaidi sebagai organisasi otonom yang bisa berada diluar dari sekolah. Selain itu juga ada menurut Pak
Budi Wira wijaya mengenai wadah tempat siswa-siswi berkreatifitas :
Universitas Sumatera Utara
“Itulah juga yang menjadi pembeda antara sekolah Muhammadiyah dengan sekolah lainnya. Kalau sekolah SMA yang umum ada yang
namanya OSIS, nah kalau sekolah Muhammadiyah di mana-mana ada IPM namanya atau Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Jadi kita enggak ada
OSIS. Nah di IPM itu lah tempat wadah para siswa untuk belajar berorganisasi dan berkreatifitas. Nah, selain itu yang menjadi pembeda
SMA Muhammadiyah dengan sekolah lain yaitu dalam kepanduannya, kalau sekolah biasa namanya Pramuka, kalau kita namanya Hisbul
Wathan, walaupun pada dasarnya sama.” Sumber wawancara tanggal, 12 Oktober 2015
Menurut hasil wawancara dengan Pak Budi Wira Wijaya bahwa wadah siswa-siswi berkeratifitas adalah IPM Ikatan Pelajar Muhammadiyah dimana
sekolah muhammadiyah berbeda dengan sekolah lainnya yang mempunyai OSIS, IPM lah tempat siswa-siswi belajar berorganisasi dan berkeratifitas dalam bentuk
kegiatan. Dan ditambahkan juga oleh Pak Budi Wira Wijaya bahwa SMA Muhammadiyah juga memiliki kepanduan yang berbeda dengan sekolah imum
lainnya, yaitu Hisbul Wathan yang menjadi kepanduan pengganti Pramuka pada sekolah umum yang lainnya. Selain itu juga ada hasil wawancara dari salah satu
siswa bernama Annisa tentang wadah berkreatifitas mereka yaitu : “disini organisasinya ada namanya IPM bang, iya kalau kami mau nuat
kegiatan dari IPM lah, misalnya kayak lomba futsal antar kelas, terus lomba busana muslim, biasanya kami buat kegiatan untuk hari-hari besar
bang, iya IPM itu pengganti OSIS kalau sekolah muhammadiyah enggak ada OSIS yang ada IPM abnag tapi fungsinya sama bg, cuman IPM ini
dari sekolah lain mau ikut juga boleh bang. Karena dia juga ada organisasi IPM di luar sekolah jadi kalu udah siap di sekolah kita
berorganisasi bisa juga masuk ke IPM cabang bang.” Sumber: wawancara tanggal, 12 Oktober 2015
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil wawancar dengan salah satu murid sekolah bahwa di sekolah muhammadiyah mempunyai wadah tempat berkretifitas siswa yaitu IPM,
IPM ini dapat mengembangkan kreatifitas siswa disekolah semua kegiatan direncabakan oleh IPM. IPM ini juga bukan hanya ada di sekolah muhammadiyah
tetapi mempunyai tingkatan sampai ke cabang dan bukan hanya siswa-siswi yang sekolah muhammadiyah yang bisa masuk tetapi diluar dari itu juga bisa masuk
pada tingkatan cabang. Selain itumenurut wawancara dengan alumni sekolah Muhammadiyah:
“Kalau dulu di sekolah saya ikut IPM, sekarang saya sudah pada tahapan pengurus propinsi IPM karena kalau IPM itu bukan hanya sampai di
sekolah di kecamatan dia juga ada, dia berjenjang, untuk akifitas kalau yang di IPM sekolah kita biasa sebut rating wilayah kegiatan mereka
hanya pada sekolah kalau propinsi lebih besar dulu saya juga IPM di sekolah muhammadiyah 2 kemudian saya lanjutkan sampai tingkat
propinsi” Sumber: wawancara tanggal, 27 Oktober 2015 Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu alumni sekolah
Muhammadiyah 2 medan mengatakan bahwa wadah tempat siswa beraktifitas ada IPM ini sejalan yang disebutkan oleh para pengajar di sekolah Muhammadiyah,
namun bukan hanya sampai pada tingkatan di sekolah saja IPM juga punya tingkat sampai propinsi utuk meneruskan aktifitas sisa-siswi setelah tamat dari
sekolah Muhammadiyah 2 Medan dan aktifitas yang dilakukan sudah lebih besar dibandingkan dengan disekolah yang ruang lingkup aktifitas hanya sekolah.
4.3.13. Faktor Penghambat Dalam Pembentukan karakter
Dalam membentuk karakter para siswa semua sekolah mempunyai hambatan dan pendukung yang dapat membentuk karakter siswa bisa dari siswa
Universitas Sumatera Utara
sendiri atau pun lingkungan di luar dari sekolah maupun lingkungan dalam sekolah sendiri. Faktor penghambat ini bisa membuat karakter yang ingin
ditanamkan menjadi tidak terealisasi dengan baik, menurut pak Budi wira Wijaya faktor penghambat dalam pembentukan karakter di sekolah yaitu :
“Faktor penghambat yang pertama Lingkuang keluarga siswa, jadi seperti tadikan ada kalau yang belum pandai baca al-quran pulangnya
lama karena ada les anaknya tidak diizinkan pulang lama. Yang ke dua diri sendiri, seperti kenakalan anak SMA agak-agak suka bolos, kita tidak
bisa samakan semua anak, terlebih lagi jumlah siswanya banyak, hampir 500 siswa. untuk mengontrol seluruhnya itu sulit, tapi apa pun itu kita
tetap berusaha.” Sumber: wawancara tanggal, 12 Oktober 2015. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru, Pak Budi Wira
Wijaya bahwa faktor penghambat dalam pembentukan karakter siswa ada dua, yaitu yang pertama dari lingkungan keluarga siswa. Jika siswa tersebut bukan
berlatar belakang Muhammadiyah dan tidak pandai baca Al-quran, diajarkan disekolah karena pulang telat orang tua dari siswa tersebut marah sehingga siswa
tersebut tidak diizinkan pulang lama. Yang ke dua, karena kepribadian siswa tersebut yang sedang mengalami masa pubertas sehingga ingin mencoba hal-hal
yang bertentangan dengan aturan sekolah. Dan untuk pengontrolan sulit namun tetap dijalankan oleh staf guru. Selain itu ada juga menurut Pak Junaidi faktor
penghambat dalam pembentukan karakter yaitu : “Kalau dari siswa sifat mencoba-coba itu yang banyak, misalnya gimana
kalau peraturan dilanggar, dimana-mana peraturan dibuat pasti ada yang melanggar,kalau dilangga
r apa yang dibuat.” Sumber: wawancara tanggal, 12 Oktober 2015.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil wawancara dengan pak junaidi mengatakan faktor penghambat dalam pembentukan karakter yaitu dari siswa sendiri yang sedang
ingin mencoba banyak hal sehingga banyak peraturan yang dilanggar sehingga membuat karakter yang diinginkan seperti amar ma’ruf nahi mungkar tidak
berjalan. Selain itu menurut Ibu Ridia Wati faktor penghambat dalam pembentukan karakter yaitu :
“1. kejujuran siswa, pagi itu ditanyakan kejujuran sholat siswanya, sholat subuh nak? Manusia kan enggak terus berbohong tanamkan disitu
nasehat, kalau berbohong bagaimana setelah itu kan lama –lama sama
kayak batu terus-terus ditetesin air pasti lama- lama terkikis juga.”Setiap
pagi wali kelas wajib memasuki jam pertama untuk pembinaan karakter tadi.ditanamkan karakter dengan tadarusan, ditanya sholatnya , insya
Allah lama-lama tersentuh hatinya ,disini selama saya 18 tahun mengajar belum ada anak-anak melakukan hal yang aneh, kalau nakal yang wajar
ada kalau sudah kelewat kali tidak bisa di nasehati kita panggil orang tuanya, kita lihat juga si anak pasti punya masalah masing-masing , ada
yang mungkin broken home itulah saya harus memahami satu persatu anak saya, kita tetap kasih hukuman dan nasehat biar dia sadar bahwa
hukuman itu pembinaan dari karakter dia.” Sumber: wawancara tanggal, 12 Oktober 2015.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Ridia Wati bahwa faktor penghambat dalam pembentukan karakter, yaitu kejujran dalam melakukan
aktifitas sehari-hari melalui sholat, karena dari situ juga bisa membentuk karakter anak-anak jujur atau tidak. Selain itu guru juga ada memberikan bimbingan untuk
karakter setiap pagi tapi tidak semua bisaterima itu namun kita tetap berusaha membuat mereka menerima.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PENUTUP