13
mental, dalam diri seseorang yang menderita gangguan panik, terjadi lingkaran setan saat gejala-gejala fisik, emosi, dan pemikiran saling
berinteraksi dan meningkat dengan cepat. Pemikiran ini menimbulkan ketakutan dan kecemasan serta merangsang keluarnya adrenalin. Pemikiran
yang katastrofik dan reaksi fisik serta emosional yang lebih intens yang terjadi bisa menimbulkan dihindarinya aktivitas atau situasi saat kepanikan
telah terjadi sebelumnya
2.2. Konsep Hospitalisasi
2.2.1. Defenisi Hospitalisasi
Hospitalisasi merupakan suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak berusaha
untuk beradaptasi dengan lingkungan baru yaitu rumah sakit, sehingga kondisi tersebut menjadi factor stressor bagi anak terhadap anak maupun
orangtua dan keluarga yang dapat menimbulkan kecemasan. Berbagai perasaan yang sering muncul pada anak, yaitu cemas, marah, sedih, takut, dan
rasa bersalah Wong, 2009. Hospitalisasi merupakan suatu proses yang memiliki alasan yang
berencana atau darurat sehingga mengharuskan anak untuk tinggal dirumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali
kerumah Deslidel, Hasan, Hevrialni, Sartika, 2011.
2.2.2. Stresor Hospitalisasi
Stresor yang dialami anak pada saat mengalami hospitalisasi adalah cemas akibat perpisahan, kehilangan kendali, cedera tubuh atau nyeri.
Universitas Sumatera Utara
14
1 Cemas akibat perpisahan. Anak-anak mengatakan tentang
ketakutan mereka pada saat dirawat dirumah sakit, anak-anak tersebut menunjukkan bahwa jauh dari keluarga memiliki peringkat yang lebih tinggi
dari pada ketakutan lainnya yang muncul akibat hospitalisasi Hart Bossert, 1994, Wilson Yorker, 1997 dalam Wong, 2009, 2 Anak-anak usia
prasekolah memiliki aktivitas fisik dan mental yang tinggi yang kerap kali menemukan ketidaksesuaian dengan lingkungan rumah sakit. Kesepian,
bosan, isolasi, dan depresi umum terjadi. Anak usia prasekolah membutuhkan dan menginginkan dukungan orang tua Wong, 2009, 3 Kehilangan kendali.
Anak usia prasekolah yang dirawat di rumah sakit menjadi rentan terhadap kejadian-kejadian yang dapat mengurangi rasa kendali dan kekuatan mereka.
Banyak rutinitas rumah sakit yang mengambil kekuatan dan identitas individu. Bagi anak usia prasekolah, aktivitas ketergantungan seperti tirah
baring yang dipaksakan, penggunaan pispot, ketidakmampuan memilih menu, kurangnya privasi, bantuan mandi di tempat tidur, atau berpindah dengan
kursi roda atau brankar dapat menjadi ancaman langsung bagi rasa aman mereka. Prosedur tersebut tidak memungkinkan kebebasan memilih bagi
anak-anak yang ingin bertindak dewasa. Akan tetapi, jika anak-anak tersebut diizinkan memegang kendali, tanpa memperhatikan keterbatasannya maka
biasanya mereka akan berespons dengan sangat baik terhadap prosedur apapun. Selain lingkungan rumah sakit, penyakit juga dapat menyebabkan
perasaan kehilangan kendali. Salah satu masalah yang paling signifikan dari anak-anak dalam kelompok usia ini berpusat pada kebosanan Wong, 2009,
Universitas Sumatera Utara
15
dan 4 Cedera tubuh atau nyeri. Ketakutan mendasar terhadap sifat fisik dari penyakit muncul pada saat ini. Anak usia prasekolah tidak begitu khawatir
terhadap nyeri jika dibandingkan dengan disabilitas, pemulihan yang tidak pasti, atau kemungkinan kematian. Anak perempuan cenderung
mengekspresikan ketakutan yang lebih banyak dan lebih kuat dibandingkan dengan anak laki-laki, dan hospitalisasi sebelumnya tidak berdampak pada
frekuensi atau intensitas kecemasn karena kemampuan kognitif mereka sedang berkembang, anak usia prasekolah waspada terhadap pentingnya
berbagai penyakit yang berbeda. Pentingnya anggota tubuh tertentu, bahaya pengobatan, dan makna kematian Wong, 2009.
2.2.3. Manfaat Hospitalisasi