Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN

31 Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Kecemasananak Usia Prasekolah 3-6tahun di Ruang Noninfeksi n= 44 Tingkat Kecemasan Anak Usia Prasekolah3-6Tahun f Cemas Ringan 16 36,4 Cemas Sedang 19 43,2 Cemas Berat 9 20,5 Dari tabel diatas data yang diperoleh menunjukkan mayoritas tingkat kecemasan anak usia prasekolah 3-6 tahun di ruang noninfeksi adalah Cemas Sedang 19 orang 43,2, minoritas tingkat kecemasan anak usia prasekolah 3-6 tahun adalah kecemasan berat 9 orang 20,5.

5.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian mayoritas responden berusia 4-5 tahun 59,1. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wong 2009, yang menyatakan periode usia prasekolah atau masaprasekolah dengan rentang usia 3-6 tahun.secara umum aktivitas fisik semakin tinggi, sehingga anak sangat rentan untuk terkena penyakit yang bisa mengganggu proses pertumbuhan dan perkembangannya. Apabila anak dalam kondisi sakit, maka orang tua akan segera membawa anak ke pelayanan kesehatan dan seringkali anak harus dirawat inap untuk proses penyembuhannya. Semakin muda usia anak, maka akan semakin sulit bagi anak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. Hal ini juga berhubungan dengan sistem imun anak akan terus berkembang seiring dengan bertambahnya usia anak Sacharin, 1996, maka dapat disimpulkan semakin muda usia anak akan lebih Universitas Sumatera Utara 32 beresiko untuk mengalami hospitalisasi disebabkan oleh pertahanan sistem imun anak yang masih berkembang sehingga sangat rentan terhadap paparan penyakit. Berdasarkan jenis kelamin mayoritas responden berjenis kelamin peremuan sebanyak 24 orang 54,5. Hal ini dikarenakan jumlah pasien anak usia prasekolah yang menjalani rawat inap di RSUP Haji Adam Malik Medan lebih banyak yang berjenis kelamin perempuan. Penelitian ini bertolak belakang dengan Wong 2009, menyatakan anak perempuan pada umumnya lebih adaptif terhadap stresor dibandingkan dengan anak laki-laki, sehingga anak laki-laki lebih banyak yang dirawat di rumah sakit dibandingkan anak perempuan. Hal tersebut tidak sejalan dengan pendapat Hurlock 2004, menyatakan jenis kelamin akan mempengaruhi aktifitas bermain anak. Anak laki-laki lebih banyak melakukan permainan yang menghabiskan energi dibandingkan anak perempuan, sehingga anak laki-laki lebih beresiko terkena penyakit atau cedera. Berdasarkan riwayat pernah dirawat inap di rumah sakit mayoritas responden belum pernah dirawat di rumah sakit yaitu 35 orang 79,5. Berdasarkan pernyataan Supartini 2004, menyatakan anak yang baru mengalami perawatan di rumah sakit akan beresiko menimbulkan perasaan cemas yang ditimbulkan baik oleh anak maupun orantua, berbagai kejadian dapat menimbulkan dampak atraumatik terutams pada anak yang baru pertama kali mengalami perawatan di rumah sakit, salah satunya karena adanya interaksi yang tidak baik dengan petugas kesehatan Potter Perry, 2005, reaksi anak terhadap hospitalisasi berbeda-beda, sesuai dengan tahapan usia perkembangan anak, pengalaman sebelumnya terhadap sakit, sistem pendukung yang tersedia dan Universitas Sumatera Utara 33 kemampuan koping yang dimilikinya dan tidak ada hubungan antara pengalaman pernah dirawat dengan kecemasan anak Supartini, 2004. Berdasarkan lama rawat inap mayoritas responden lama rawat inap 1-5 hari yaitu sebanyak 26 orang 59,1. Hal ini dikarenakan anak belum mengenal lingkungan dan prosedur pengobatan yang akan dijalani. Pada anak yang baru masuk ke rumah sakit, awalnya sangat sulit berinteraksi dengan orang lain. Respon yang muncul yaitu anak cenderung menangis atau marah ketika didekati, bahkan tidak segan-segan ia merajuk kepada orang tuanya. Atas bantuan dari orang tua pasien yang selalu ada disamping klien, semua hambatan dapat teratasi dengan baik. Sebagian anak yang telah 4-5 hari dirawat cenderung bisa berinteraksi dengan baik, bahkan ia berespon ketika kita membacakan cerita Wong,2009. Hasil pengukuran kecemasan anak prasekolah trlihat bahwa kecemasan anak usia prasekolah berdasarkan kategorinya, didapatkan hasil 16 anak 36,4 mengalami kecemasan ringan, 19 anak 43,2 mengalami kecemasan sedang serta 9 anak 20,5 mengalami kecemasan berat.Hal tersebut dikarenakan karena mayoritas rentang lama rawatan anak yang belum terlalu lama dirawat di rumah sakit pada wktu penelitian dilakukan yaitu 1-5 hari,sehingga anak belum terlalu memiliki kecemasan yang berat. Menurut salah satu orangtua anak, kecemasan anak sering muncul ketika perawat menghampiri anak. Anak tiba-tiba menangis saat melihat perawat,berusaha menahan orangtuanya agar tetap bersamanya dan tampak gugup seolah menolak kehadiran perawat yang datang. Menurut Muscari 2005, anak Universitas Sumatera Utara 34 prasekolah menggambarkan bahwa hospitalisasi sebagai hukuman dan perpisahan dengan orangtua sebagai kehilangan kasih sayang. Hal ini yang menyebabkan anak menganngap perawat yang dating akan selalu melukainya dan kehadiran orangtua akan memberikan perlindungan bagi diri anak. Hospitalisasi akan menimbulkan ancaman terhadap integritas fisik dan sistem dalam diri anak. Ancaman ini akan menimbulkan respon kecemasan pada anak Wong, 2009. Penyebab dari kecemasan pada anak yang dirawat inap hospitalisasi dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dari petugasperawat,dokter,dan tenaga kesehatan lainnya, lingkungan baru, maupun keluarga yang mendampingi selama perawatan Nursalam, 2005. Hal ini disebabkan karena anak selama di rawat di Rumah Sakit menjalani tindakan medis seperti diinfus dan disuntik. Kemudian hal ini juga bias disebabkan karena anak sedang beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Teori Andrew 1996, menyebutkan bahwa anak selama dirawat di Rumah Sakit akan mengalami keadaan yang tidak menyenangkan sehingga mengakibatkan kecemasan pada anak. Menurut Wong 2009, hospitalisasi dan penyakit merupakan pengalaman yang membuat tekanan secara fisik dan sikologis karena berpisah dengan lingkungan yang biasa ditemui anak. Adanya lingkungan yang baru membutuhkan proses adaptasi. Anak usia prasekolah sering terjadi kehilangan kntrol yang disebabkan oleh pembatasan fisik,perubahan rutinitas dan ketergantungan yang harus anak patuhi. Kehilangan kontrol dapat menyebabkan perasaan tidak berdaya sehingga dapat memperdalam kecemasan dan ketakutan Monarco, 1995 Universitas Sumatera Utara 35 Hasil analisa kuesioner didapatkan bahwa 73 kecemasan anak ditunjukkan dengan resppon takut kepada perawat saat akan dilakukan tindakan, 68 anak menangis saat melihat petugas kesehatan datang, dan 57 anak selalu berkeringat saat perawat akan melakukan tindakan. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar usia anak yang menjalani proses hospitalisasi yaitu 4-5 tahun 59. Menurut penelitian yang dilakukan Apriliawati 2011 pada 30 responden anak, terdapat hubungan sedang antara usia dan kecemasan responden. Semakin muda usia anak, maka akan semkain sulit bagi anak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan Scharin, 1996. Selain itu pengalaman yang tidak menyenangkan anak akan menyebabkna anak takut dan trauma Supartini, 2004. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Silaban, 2011, bahwa Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di Rumah Sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya ke rumah. Selama proses tersebut, anak dan orangtua dapat mengalami berbagai kejadian yang menurut beberapa penelitian ditunjukkan dengan pengalaman yang sangat trauatik dan penuh dengan stres. Universitas Sumatera Utara 36

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Tingkat Kecemasan Anak usia Prasekolah Akibat Hospitaliasi 3-6 tahun di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan” maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh pada anak usia prasekolah 3-6 tahun dalam kategori cemas ringan adalah anak yang dirawat di ruangnon infeksi sebanyak 16 orang 36,4. 2. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh pada anak usia prasekolah 3-6 tahun dalam kategori cemas sedang adalah anak yang dirawat di ruang non infeksi sebanyak 19 orang 43,2. 3. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh pada anak usia prasekolah 3-6 tahun dalam kategori cemas berat adalah anak yang dirawat di ruang non infeksi sebanyak 9 orang 20,5.

6.2 Saran

1. Perawat di ruang RB 4 Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan bahwa di ruang non infeksi kecemasan anak dikatakan menengah sedang, untuk itu diharapkan perawat yang bertugas di ruang non infeksi agar melakukan perawatan dengan mengutamakan komunikasi teraupetik untuk menurunkan bahkan menghilangkan damak hospitalisasi pada anak yang dirawat di ruang non infeksi. Universitas Sumatera Utara