Sejarah Aceh DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

2.1 Sejarah Aceh

Kerajaan Aceh Darussalam berdiri menjelang keruntuhan Samudera Pasai. Sebagaimana tercatat dalam sejarah pada tahun 1360 M, Samudera Pasai ditaklukkan oleh Majapahit, dan sejak saat itu kerajaan Pasai terus mengalami kemunduran. Menjelang berakhirnya abad ke-14 M, kerajaan Aceh Darussalam telah berdiri dengan penguasa pertama Sultan Ali Mughayat Syah yang dinobatkan pada Ahad, 1 Jumadil Awal 913 H 1511 M . Pada tahun 1524 M, Mughayat Syah berhasil menaklukkan Pasai, dan sejak saat itu, menjadi satu-satunya kerajaan yang memiliki pengaruh besar di kawasan tersebut. Bisa dikatakan bahwa kerajaan Aceh ini merupakan kelanjutan dari Samudera Pasai untuk membangkitkan dan meraih kembali kegemilangan kebudayaan Aceh yang pernah dicapai sebelumnya 30 . Pada awalnya, wilayah kerajaan Aceh mencakup Banda Aceh dan Aceh Besar yang dipimpin oleh ayah Ali Mughayat Syah. Ketika Mughayat Syah naih tahta menggantikan ayahnya, ia berhasil memperkuat kekuatan dan mempersatukan wilayah Aceh dalam kekuasaannya, termasuk menaklukkan kerajaan Pasai. Sekitar tahun 1511 M, kerajaan-kerajaan kecil yang terdapat di Aceh dan pesisir timur Sumatera seperti Peurelak, Pedir, Daya dan Aru di Sumatera Utara sudah berada di bawah pengaruh kolonial Portugis. Mughayat Syah dikenal sangat anti pada Portugis, untuk menghambat pengaruh Portugis, kerajaan-kerajaan kecil tersebut kemudian ia taklukkan dan masuk ke dalam wilayah kerajaannya. Sejak saat itu, kerajaan Aceh lebih dikenal dengan nama Aceh Darussalam dengan wilayah yang luas 31 . 30 Usman, Abdul Rani, Sejarah Peradaban Aceh, Tahun 2003, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, hal 10. 31 Said, Mohammad, H, Aceh Sepanjang Abad Jilid Pertama, Tahun 1981, Medan: PT Percetakan dan Penerbitan Waspada. Universitas Sumatera Utara Usaha Mughayat Syah untuk mengusir Portugis dari seluruh bumi Aceh dengan menaklukkan kerajaan-kerajaan kecil yang sudah berada di bawah Portugis berjalan lancar. Secara berurutan, Portugis yang berada di daerah Daya ia gempur dan berhasil ia kalahkan. Ketika Portugis mundur ke Pidie, Mughayat juga menggempur Pidie, sehingga Portugis terpaksa mundur ke Pasai. Mughayat kemudian melanjutkan gempurannya dan berhasil merebut benteng Portugis di Pasai.Ketika benteng di Pasai telah dikuasai Aceh, Portugis mundur ke Peurelak. Namun, Mughayat Syah tidak memberikan kesempatan sama sekali pada Portugis. Peurelak kemudian juga diserang, sehingga Portugis mundur ke Aru. Tak berapa lama, Aru juga berhasil direbut oleh Aceh hingga akhirnya Portugis mundur ke Malaka. Dengan kekuatan besar, Aceh kemudian melanjutkan serangan untuk mengejar Portugis ke Malaka dan Malaka berhasil direbut. Seiring dengan itu, Aceh melanjutkan ekspansinya dengan menaklukkan Johor, Pahang dan Pattani. Dengan keberhasilan serangan ini, wilayah kerajaan Aceh Darussalam mencakup hampir separuh wilayah pulau Sumatera, sebagian Semenanjung Malaya hingga Pattani 32 . Demikianlah, walaupun masa kepemimpinan Mughayat Syah relatif singkat, hanya sampai tahun 1528 M, namun ia berhasil membangun kerajaan Aceh yang besar dan kokoh. Ali Mughayat Syah juga meletakkan dasar-dasar politik luar negeri kerajaan Aceh Darussalam, yaitu: 1. Mencukupi kebutuhan sendiri, sehingga tidak bergantung pada pihak luar. 2. Menjalin persahabatan yang lebih erat dengan kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara. 3. Bersikap waspada terhadap negara kolonial Barat. 32 Sufi, Rusdi Wibowo, Agus Budi, Kerajaan-Kerajaan Islam di Aceh 2006, Banda Aceh: Badan Perpustakaan Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Universitas Sumatera Utara 4. Menerima bantuan tenaga ahli dari pihak luar. 5. Menjalankan dakwah Islam ke seluruh kawasan nusantara. Kerajaan Aceh Darussalam mencapai masa kejayaan di masa Sultan Iskandar Muda Johan Pahlawan Meukuta Alam 1590-1636. Pada masa itu Aceh merupakan salah satu pusat perdagangan yang sangat ramai di Asia Tenggara. Ketika Iskandar Muda meninggal dunia tahun 1636 M, yang naik sebagai penggantinya adalah Sultan Iskandar Thani Ala‘ al-Din Mughayat Syah 1636-1641M. Masa kekuasaan Iskandar Thani, Aceh masih berhasil mempertahankan masa kejayaannya. Penerus berikutnya adalah Sri Ratu Safi al-Din Taj al-Alam 1641-1675 M, putri Iskandar Muda dan permaisuri Iskandar Thani. Hingga tahun 1699 M, Aceh secara berturut-turut dipimpin oleh empat orang ratu. Di masa ini, kerajaan Aceh sudah mulai memasuki era kemundurannya. Salah satu penyebabnya adalah terjadinya konflik internal di Aceh, disebabkan penolakan para ulama Wujudiyah terhadap pemimpin perempuan. Para ulama Wujudiyah saat itu berpandangan bahwa, hukum Islam tidak membolehkan seorang perempuan menjadi pemimpin bagi laki-laki. Kemudian terjadi konspirasi antara para hartawan dan uleebalang, dan dijustifikasi oleh pendapat para ulama yang akhirnya berhasil memakzulkan Ratu Kamalat Syah. Sejak saat itu, berakhirlah era sultanah di Aceh 34 . Berikut ini daftar para sultan yang pernah berkuasa di kerajaan Aceh Darussalam: 1. Sultan Ali Mughayat Syah 1496-1528 M. 2. Sultan Salahuddin 1528-1537. 3. Sultan Ala‘ al-Din al-Kahhar 1537-1568. 4. Sultan Husein Ali Riayat Syah 1568-1575. 5. Sultan Muda 1575. 6. Sultan Sri Alam 1575-1576. 7. Sultan Zain al-Abidin 1576-1577. 34 Usman, Abdul Rani, Sejarah Peradaban Aceh, Tahun 2003, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Universitas Sumatera Utara 8. Sultan Ala‘ al-Din Mansur Syah 1577-1589. 9. Sultan Buyong 1589-1596. 10. Sultan Ala‘ al-Din Riayat Syah Sayyid al-Mukammil 1596-1604. 11. Sultan Ali Riayat Syah 1604-1607 12. Sultan Iskandar Muda Johan Pahlawan Meukuta Alam 1607-1636. 13. Iskandar Thani 1636-1641. 14. Sri Ratu Safi al-Din Taj al-Alam 1641-1675. 15. Sri Ratu Naqi al-Din Nur al-Alam 1675-1678. 16. Sri Ratu Zaqi al-Din Inayat Syah 1678-1688. 17. Sri Ratu Kamalat Syah Zinat al-Din 1688-1699. 18. Sultan Badr al-Alam Syarif Hashim Jamal al-Din 1699-1702. 19. Sultan Perkasa Alam Syarif Lamtui 1702-1703. 20. Sultan Jamal al-Alam Badr al-Munir 1703-1726. 21. Sultan Jauhar al-Alam Amin al-Din 1726. 22. Sultan Syams al-Alam 1726-1727. 23. Sultan Ala‘ al-Din Ahmad Syah 1727-1735. 24. Sultan Ala‘ al-Din Johan Syah 1735-1760. 25. Sultan Mahmud Syah 1760-1781. 26. Sultan Badr al-Din 1781-1785. 27. Sultan Sulaiman Syah 1785-1795. 28. Alauddin Muhammad Daud Syah. 29. Sultan Ala‘ al-Din Jauhar al-Alam 1795-1815 dan 1818-1824 30. Sultan Syarif Saif al-Alam 1815-1818 31. Sultan Muhammad Syah 1824-1838 32. Sultan Sulaiman Syah 1838-1857. 33. Sultan Mansur Syah 1857-1870. 34. Sultan Mahmud Syah 1870-1874. 35. Sultan Muhammad Daud Syah 1874-1903 35 .

2.2 Profil Provinsi Aceh