BAB III ANALISIS DATA
3.1. Awal konflik
Menjelang akhir masa jabatan Drh. Irwandi Yusuf dan Muhammad Nazar sebagai gubernur dan wakil gubernur aceh priode 2006-2011 muncul 2 pasang
kandidat calon gubernur dan wakil gubernur dari elit Gerakan Aceh Merdeka yaitu Drh.Irwandi Yusuf dan Muhyan Yunan dengan Dr. Zaini Abdullah dan Muzakir
manaf priode 2011-2016 serta terjadinya konflik regulasi terkait Qanun pemilukada Aceh dalam hal calon independen dan beberapa kasus kriminalitas diantaranya
penembakan, pelemparan geranat, pembakaran terhadap objek-objek tertentu menjadi pertanyaan bagi masyarakat Aceh khususnya yang pada saat itu akan melakukan
proses tahapan pesta demokrasi serta perhatian pemerintah pusat dan dunia akan terancamnya perdamaian dibumi Serambi Mekkah.
Berawal dari pemberitaan salah satu harian local Aceh tanggal 4 januari 2011 berisi tentang keterangan dari Kamaruddin SH Abu Razak yang mengklaim bahwa
seluruh panglima wilayah, Komite Peralihan Aceh dan Partai Aceh telah menandatangani dan menyetujui bahwa pasangan yang diusung dari Partai Aceh yaitu
Dr. Zaini Abdullah dan Muzakir manaf sebagai calon Gubernur dan Wakil Gubernur priode 2011-2016
44
. Pemberitaan harian local Aceh tanggal 5 januari 2011 yang diwakili oleh
Sofyan Dawod mengatakan bahwa hal tersebut tidak benar dan merupakan pembohongan publik, mereka tidak pernah menandatangani surat dukungan tetapi
menandatangani surat penolakan terhadap pasangan Dr. Zaini Abdullah dan Muzakir Manaf
45
. dan perang wacana dimedia antara kalangan elit Gerakan Aceh Merdeka masih tetap berlanjut dihari-hari selanjutnya.
44
Harian Serambi Indonesia tanggal 4 Januari 2011, Banda Aceh.
45
Harian Serambi Indonesia tanggal 5 Januari 2011, Banda Aceh.
Universitas Sumatera Utara
Jauh sebelum tahapan pilkada dimulai para panglima wilayah sudah mewanti- wanti bahwa setiap ada keputusan dari pimpinan, baik pimpinan GAM dan PA, harus
dimusyawarahkan bersama dengan wilayah-wilayah seluruh Aceh. Tujuannya agar terbangun demokrasi di tubuh PAKPA. Hal ini pertama dijanjikan ada, seperti yang
dikatakan Mualem Muzakir Manaf. Namun kenyataan yang terjadi tidak ada. Mualem bilang, nanti kalau tepat waktu untuk kita usulkan calon gubernur maka saya
akan memanggil kalian semua. Kita akan musyawarah siapa calon gubernur yang akan kita usung itu jawaban Muzakair Manaf ketika ada pertanyaan panglima-
panglima wilayah di Kantor PA Pusat pada saat pembagian dana operasional Kantor KPA.
Kemudian para panglima berharap adanya musyawarah tersebut. Seperti yang diungkapkan Irwansyah “ketika para pimpinan Partai Aceh yakni Mentroe Malik
Mahmud, Dr. Zaini Abdullah mantan mentri kesehatan GAM, Zakaria Saman mantan mentri pertahanan GAM, Kamaruddin SH Abu Razak mantan komandan
operasi GAM dan Muzakir Manaf Mualem mantan panglima GAM memanggil kami untuk rapat panglima-panglima se-Aceh, Ketua KPA atau Ketua PA se-Aceh di
Mess Mentroe Malek, pada rapat tanggal 2 januari tahun 2011 itu mereka langsung memutuskan bahwa dokter Zaini Abdullahdan Muzakir Manaf sebagai calon
Gubernurdan Wakil Gubernur dari PA untuk periode 2011-2016 pasangan tersebut sudah harga mati”
46
. Hal itu yang membuat para panglima sesalkan. Kenapa hal ini terjadi, karena
dari awal sudah dikasih tahu akan ada musyawarah. Tapi kenapa pada rapat tersebut kami harus menerima keputusan sepihak? Kenapa tidak di musyawarahkan dengan
wilayah-wilayah terhadap keputusan tersebut? Oleh karena itu para panglima wilayah menolak. Dari 17 panglima wilayah yang hadir, 14 panglima menyatakan menolak
dan tiga panglima tidak menjawab apa-apa yaitu panglima wilayah Pidie, Pidie Jaya dan Pase.
46
Hasil wawancara dengan Irwansyah Ketua Umum Partai Nasionalis Aceh di DPP PNA, Banda Aceh , 2012.
Universitas Sumatera Utara
“Alasan kuat para panglima wilayah menolak dan keberatan karena pimpinan ini dwi tunggal sebagai staf wali negara. Sebab setelah Wali Nanggroe Hasan Tiro
meninggal, mungkin hanya dua orang ini lagi yang tinggal untuk mempertahankan lembaga Wali Kenegaraan tersebut. Jadi kami sangat berharap pimpinan kami ini
terselamat dari tenggelam politik lokal. Ada empat hal yang kami usulkan supaya bisa diselamatkan. Pertama kami minta supaya nama besar GAM diselamatkan, kedua
bendera Aceh bintang bulan, ketiga lambang Aceh Singa-Burak dan keempat Wali Negara beserta stafnya. Ternyata semua usulan-usulan kami ditolak”
47
. Seperti yang diungkapakan Muharram Idris “Pada tanggal 3 januari tahun
2011 kita duduk bersama diHotel OASIS pasca pertemuan di Mess Mentroe. Hadir 14 para panglima wilayah, 16 Ketua Wilayah Partai Aceh dan Muzakkir Manaf,
waktu itu yang hadir memberi tanda tangan serta stempel KPA dan PA terhadap keberatan pencalonan Zaini Abdullah dan Muzakir Manaf. Dalam surat itu juga
meminta kepada pimpinan untuk menunjukkan orang lain yang bisa, mampu, layak, bisa mendengar arahan pimpinan dan mampu membawa Aceh ke arah lebih baik.
kami sepakat semua, kalau memang Muzakir Manaf Mualem harus maju, maka kami percayakan Mualem sebagai Gubernur bukan Wakil Gubernur dan Mualem
bermusyawarah dengan kami mencari sosok Wakil Gubernur untuk mendampingi Mualem, itu hasil kesepakatan di Hotel OASIS”
48
. “Respon Muzakkir Manaf saat itu sudah setuju, dan Mualem minta uang
untuk perjalanan ke Malaysia guna menjumpai Mentroe Malik Mahmud, ternyata usulan tadi ditolak. Pasangan Zaini Abdullah-Muzakir Manaf harga mati, tetap pada
putusan rapat diMess Mentroe. Dari situ mulailah terjadi pergesekan politik ditubuh GAM itu sendiri. Setelah mendengar kabar tersebut, sikap Panglima Wilayah merasa
tidak dihargai”
49
. Kita semua merasa sudah dijadikan
s
ebagai
47
Ibid,
48
Hasil wawancara dengan Muharram Idris Dewan Penasehat Partai Nasionalis Aceh di DPP PNA, Banda Aceh , 2012.
49
Ibid,
Universitas Sumatera Utara
kebutuhan mereka saja karena semua usulan yang kita berikan tidak pernah didengar. Langkah para panglima wilayah yang dimotori oleh Sofyan Dawood,
Muharram, Irwansyah, Ligadinsyah, Abrar muda selanjutnya sepakat mengadakan forum sebagai wadah baru para panglima wilayah tersebut terkait perjuangan cita-cita
dan pemikiran yang baik sehingga sangat disayangkan apabila ini tidak diteruskan. Forum tersebut berlangsung diWisma KPA Jalan bawal, Lampriet Banda Aceh. Hasil
rapat tersebut diantaranya para panglima wilayah tersebut sepakat ikut terjun langsung dalam pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh tahun 2011 dengan
mencalonkan kembali Gubernur incumbent yaitu Drh. Irwandi Yusuf melalui jalur independen atau perseorangan.
Adnan Beuransyah mengatakan bahwa “para panglima wilayah yang mendukung Drh.Irwandi Yusuf merupakan orang-orang yang sering mendapatkan
proyek-proyek semasa beliau menjadi Gubernur, terkait tidak mendukung Irwandi lagi karena Drh.Irwandi Yusuf sangat tidak bisa diatur atau diarahkan oleh pimpinan
Malik Mahmud, Dr. Zaini Abdullah, Zakaria Saman dan Kamaruddin, komunikasi Irwandi Yusuf dengan pimpinan kurang baik, terkait dengan Qanun-qanun yang
bersifat menonjolkan kekhasan Aceh seperti Qanun Wali Nanggroe minim diperhatikan beliau hingga akhir masa jabatanya qanun tersebut tidak ada”
50
. Muharram Idris mengatakan “Proyek-proyek yang saya kerjakan itu bukan
diberikan bang Irwandi tapi saya mengikuti proses tendernya, kalau memang diberikan atau bisa meminta, kenapa saya cuma dapat yang sedang-sedang? Kadang
saya juga sub proyek orang lain atau mengerjakan proyek orang lain kalau tidak menang diwaktu tender. Mungkin itu yang mereka nilai mendapatkan proyek dari
bang irwandi dan kenapa saya ada kerjaan selalu. Ternyata penafsiran mereka itu jelas-jelas salah dan masih dijadikan isu tertentu”
51
.
50
Hasil wawancara dengan Adnan Beuransyah Ketua Komisi A, Juru bicara Partai Aceh, tanggal 2 Januari 2014 di ruang ketua komisi A DPRA, Banda Aceh, pukul 14.30 wib.
51
Hasil wawancara dengan Muharram Idris di DPP PNA, Banda Aceh , 2012.
Universitas Sumatera Utara
Sayed Mustafa Usab berpendapat bahwa “pergesekan yang terjadi dikalangan elit Gerakan Aceh Merdeka tersebut merupakan hal lama namun baru tampak terlihat
fulgar pada pemilukada tahun 2012 lalu. Sekedar mengingatkan kembali pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh tahun 2006 sebenarnya kejadian ini sama, tiba-
tiba ada instruksi dari pimpinan Gerakan Aceh Merdeka mendukung pasangan Hasbi Abdullah dan Humam Hamid tanpa melalui mekanisme rapat atau musyawarah.
Sedangkan sebelumnya seluruh eks Kombatan GAM telah menyetujui mendukung pasangan Drh. Irwandi Yusuf dan Muhammad Nazar dikarenakan elit-elit GAM yang
lain terutama dari kaum tua tidak punya niatan untuk mendapatkan posisi tersebut dan mantan Panglima GAM Muzakir Manaf tetap mendukung pasangan Drh. Irwandi
Yusuf dan Muhammad Nazar”
52
.
3.2 Analisis Konflik Elite