Akibat Konflik .1. Reformasi Kepengurusan Partai Aceh

3.4 Akibat Konflik 3.4.1. Reformasi Kepengurusan Partai Aceh Secara tidak langsung Pimpinan Partai Aceh mengakui bahwa peran para mantan panglima wilayah GAM tersebut mempunyai pengaruh yang sangat besar dilapangan yang menjadi ancaman bagi calon yang diusung dari Partai Aceh diawali dari maklumat KPA dan PA pada tanggal 20 Februari 2012 yang selanjutnya berubahlah kepengurusan Partai Aceh dari : Ketua Umum : Muzakir Manaf Periode 2007-2012 Wakil Ketua Umum : Sofyan Dawood Wakil Ketua Umum : Amni Bin Ahmad Marzuki Wakil Ketua Umum : M. Wali Khalidi Wakil Ketua Umum : Irwansyah Wakil Ketua Umum : Muharram Idris Sekretaris Jendral : M. Yahya Wakil Sekretaris : Ligadinsyah Wakil Sekretaris : Mukhlis Abee Wakil Sekretaris : Kamaruddin Abu Bakar Wakil Sekretaris : Lukman Age Wakil Sekretaris : Darmuda Wakil Sekretaris : Samsul Bahri Bendahara : Hasanuddin Sabon Wakil Bendahara : M. Yasin Abdullah Pasca konflik tersebut terjadi pergantian pengurus ditingkat DPA Partai aceh yaitu sebagai berikut : Ketua Umum : Muzakir Manaf Wakil Ketua Umum : Kamaruddin Abu Bakar Wakil Ketua Umum : Darwis Abdullah Universitas Sumatera Utara Wakil Ketua Umum : Drs. Zulkifli Amin Wakil Ketua Umum : Hj. Dra. Mariati MR, M.Si Wakil Ketua Umum : Kamaruddin, SH Sekretaris Jendral : Mukhlis Basyah Wakil Sekretaris Jendral : Ir. Jufri Hasanuddin Wakil Sekretaris Jendral : Drs. Mirza Ismail Wakil Sekretaris Jendral : Hj. Darmawati,SE Wakil Sekretaris Jendral : Drs. Ilyas M.Abed Wakil Sekretaris Jendral : Drs. Atqia Abu Bakar Wakil Sekretaris Jendral : Asykari Syahkubat Bendahara : Hasanuddin Sabon Wakil Bendahara : M. Yasin Abdullah

3.4.3. Kriminalitas dan Gangguan Keamanan

Kasus-kasus kriminalitas pun bermunculan terkait semakin memanasnya kondisi politik diSerambi Mekkah tahun 2011 sampai terpilihnya Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh yang baru diantaranya terjadi penembakan terhadap panglima wilayah Bireuen Saiful alias Cage yang mendukung pasangan Drh. Irwandi Yusuf dan Muhyan Yunan, penggranatan posko pemenangan Seuramo Irwandi-Yunan, penggranatan beberapa kantor DPW Partai Aceh, penggranatan rumah Zakaria Saman yang mendukung pasangan Dr. Zaini Abdullah dan Muzakir Manaf, penggranatan rumah sewa yang ditempati Muzakir Manaf, penembakan buruh galian pipa suku jawa, malam tahun baru 2012 terjadi penembakan terhadap salah seorang pemuda suku jawa di Banda aceh 60 . Universitas Sumatera Utara Bahkan pada saat pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh terpilih yaitu Dr. Zaini Abdullah dan Muzakir Manaf periode 2012-2017, Drh. Irwandi Yusuf dipukul oleh salah satu kader satuan tugas Partai Aceh. Setelah pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh tersebut terjadi lagi penembakan terhadap salah satu kader Partai Aceh wilayah Aceh Timur Langsa dikawasan pagar air Aceh Besar. Memanasnya situasi keamanan di Aceh pada jangka waktu tahun 2011-2012 sangat erat berkaitan dengan suhu politik di Aceh. Dapat kita ketahui bahwa pada tahun-tahun sebelumnya hampir tidak ada kejadian-kejadian yang memakan korban seperti kejadian tersebut. Target-target yang menjadi sasaran pada saat itu merupakan elite-elite Gerakan Aceh Merdeka yang berseteru, baik dari identitas kubu elit-elit Gerakan Aceh Merdeka hingga individu para elit juga menjadi terancam. Modus yang dilakukan sangat identik dengan hal kemiliteran diantaranya dengan menggunakan senjata seperti AK 47, M16, dan bom yang berbentuk buah manggis dan nenas. Hal ini terjadi dikarenakan para elit Gerakan Aceh Merdeka yang berseteru tersebut masih memiliki anak buah atau orang-orang yang rela mati demi mereka dan juga didukung oleh sisa-sisa peralatan perang memperjuangkan Aceh merdeka yang masih disimpan atau tidak semuanya diberikan kepada pihak Negara Republik Indonesia untuk dimusnahkan sesuai dengan amanat MOU Helsinki Finlandia tanggal 24 Agustus 2004.

3.4.3 Lahir Partai Nasionalis Aceh

Partai Nasional Aceh PNA adalah salah satu partai lokal Aceh yang dibentuk oleh Para mantan Panglima Wilayah Gerakan Aceh Merdeka, Ide dasar lahirnya PNA, dilakukan melalui penjajakan yang mereka gelar dalam sebuah musyawarah besar dengan pendukungnya yang mewakili semua kabupaten dan 59 Maklumat Komite Peralihan Aceh Partai dan Aceh. 60 Data Forbes Aceh. Universitas Sumatera Utara kota di Aceh. Pendiri partai antara lain, Irwansyah alias Teungku Mukhsalmina Mantan Panglima GAM Aceh Rayeuk, Muharram Idris mantan Ketua KPA Aceh Rayeuk, Ligadinsyah mantan juru bicara Partai Acehmantan Panglima GAM Linge Amni bin Ahmad Marzuki mantan juru runding GAM, Tarmizi dan Lukman Age, Sofyan Dawood, Abrar Muda. Mereka adalah mantan elit-elit Gerakan Aceh Merdeka yang dulu bergabung dalam Partai Aceh. Ide awal pembentukan partai yang mereka motori tersebut adalah sebagai pembaharuan untuk menjadikan Aceh sebagai daerah yang bermartabat. PNA adalah Partai untuk menampung aspirasi masyarakat yang ingin berpolitik praktis. Pengurus maupun pendiri partai ini tidak hanya dari mantan GAM, tetapi juga masyarakat lainnya. Partai terbuka mengedepankan proses-proses demokrasi, partai akan dibangun dengan sistem musyawarah dengan mekanisme kongres. 61 Data Sekretariat DPP Partai Nasionalis Aceh, Banda Aceh. Universitas Sumatera Utara

BAB IV KESIMPULAN

1. Konflik para elit Gerakan Aceh Merdeka yang awalnya terjadi diinternal Partai Aceh merupakan salah satu bentuk konflik yang realistis karena tidak berjalannya system pengambilan keputusan di partai yang bersifat demokratis sesuai dengan ART Partai Aceh BAB X Jabatan Publik pasal 42 point ke 3. Namun hal tersebut merupakan rentetan perjalanan pasca meninggalnya Hasan Tiro, dengan tidak adanya sosok seperti Hasan Tiro atau tidak ada dikalangan elit Gerakan Aceh Merdeka yang dipersiapkan untuk menggantikan posisinya. Kondisi ini dimanfaatkan oleh kalangan elit GAM senior. Terjadinya perubahan arah perjuangan dikalangan elit senior gerakan Aceh Merdeka yang berada di Partai Aceh yang awalnya menjaga implementasi MOU Helsinki menyangkut khalayak ramai rakyat Aceh berubah mencari keuntungan pribadi dengan cara-cara tertentu agar mendapatkan posisi-posisi strategis atau kekuasaan, sehingga kepentingan kelompok elit GAM senior dapat terwujud dengan mudah. Hal ini yang menjadi inti potensi konflik internal dikalangan elit senior dengan yang muda terjadi. 2. Para mantan panglima wilayah Gerakan Aceh Merdeka tergolong kaum muda yang menyuarakan tetap menginginkan para elit senior GAM tidak berkecimpung dalam politik praktis karena ketika ada butir-butir MOU Helsinki tersebut tidak terwujud, para elit senior GAM yang ada dapat menegur atau menasehati kaum muda yang menduduki posisi dalam pemerintahan seperti yang dilakukan Hasan Tiro pada saat beliau masih hidup. Hal ini tidak dilanjutkan oleh para elit senior GAM yang lain dimana Malik Mahmud, Zaini Abdullah, Zakaria Saman ingin mengambil keuntungan pribadi pasca Hasan Tiro meninggal dunia. Sementara yang menjadi tokoh kunci para elit GAM didaerah yaitu Muzakkir Manaf, ia merupakan mantan panglima perang GAM yang dulu ditunjuk oleh Malik Mahmud, beliau ikut kedalam arus politik elit senior GAM dikarenakan utang budi atau balas jasa kepada Malik Mahmud dan ditambahkan dengan diberikannya posisi Wakil Universitas Sumatera Utara