Pengolahan dan analisis data

Hipotiroidisme merupakan kelainan fungsi tiroid yang ditandai dengan penurunan aktivitas kelenjar tiroid yang disebabkan penurunan nilai T3, T4, dan peningkatan nilai TSH. 9. Hipotiroidisme subklinik merupakan suatu keadaan penurunan fungsi tiroid yang digambarkan dengan adanya peningkatan nilai TSH, namun nilai T3 danT4 atau nilai fT3 dan fT4 normal. 33 10. Obat-obatan yang dapat mengganggu fungsi tiroid diantaranya adalah estrogen, glukokortikoid, fenobarbital, fenitoin, rifampicin, kolestiramin, ferrous sulphate, diazepam, salisilat, furosemid, heparin, propanolol, carbamazepine, kolestiramin, amiodarone, asam mefenamat, 5- fluorouracil, agen kontras iodinasi. 11. Hipotiroksemia transien ialah bila kadar T4 kurang dari 6.5 µgdL, dan kadar TSH kurang dari 7 ngdL. 39 12. Hipotiroid kongenital ialah bila kadar T4 kurang dari 6.5 µgdL dan kadar TSH lebih dari 40 ngdL. 2

3.13. Pengolahan dan analisis data

2 Data diolah dan dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak komputer. Data nominal disajikan dalam jumlah, persentase rerata dan standar deviasi SD. Analisa sistematik melalui komputerisasi dengan peogram SPSS versi 15.0. Hubungan usia gestasi dan berat badan lahir dengan terjadinya Universitas Sumatera Utara gangguan fungsi tiroid pada bayi sakit yang dirawat di NICU digunakan uji kai kuadrat dan uji fisher exact dengan batas kemaknaan p 0.05 dengan interval kepercayaa IK 95. Faktor-faktor yang telah diuji dengan univariat bermakna selanjutnya dilakukan uji multivariat regresi logistik. BAB 4. HASIL Jumlah total pasien Neonatologi yang di rawat di NICU 54 orang. Dari 54 sampel tersebut, 5 orang tidak memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi sehingga tidak diikutkan dalam penelitian. Lima orang bayi yang tidak diikutsertakan dalam penelitian karena dijumpai kelainan kongenital yaitu 1 orang dengan diagnosa sepsis dengan Hirschsprung, 2 orang dengan diagnosa sepsis dengan Atresia Esofagus, 1 orang dengan diagnosa Gagal nafas dengan Atresia Ani dan 1 orang dengan diagnosa sepsis dengan Atresia Bilier. Empat puluh sembilan bayi sakit yang di rawat di NICU, yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dilakukan pemeriksaan berat badan dan panjang Universitas Sumatera Utara badan, kemudian dilakukan wawancara dengan orang tua pasien untuk menjawab kuesioner. Dari 49 orang yang memenuhi kriteria, selanjutnya dilakukan pengambilan darah oleh petugas laboratorium Patologi Klinik untuk memeriksa kadar T3, T4, dan TSH. Data laboratorium yang sudah ada, dikategorikan sebagai fungsi tiroid yang normal, maupun fungsi tiroid terganggu. Tabel 4.1 .Karakteristik demografik subyek penelitian. Karakteristik Subyek n = 49 Jenis Kelamin, n Laki-laki 31 Perempuan Usia, mean SD, hari 18 4.50.50 Usia gestasi, n 34 minggu 34 – 37 minggu 37 minggu Respiratory distress, n Ya Tidak Sepsis, n Ya Tidak 19 13 17 24 25 20 29 Universitas Sumatera Utara Berat Badan lahir, n 1500 gram 1500 – 2500 gram ≥ 2500 Kadar T3, mean SD, ngdL Kadar T4, ngdL 6.5 6.5 Kadar TSH, mean SD, ngdL 20 14 15 1.1 0.40 14 35 4.7 2.90 Dari 49 subyek, jumlah bayi laki-laki sebanyak 31 subyek 63, lebih banyak dibanding bayi perempuan. Rerata usia subyek 4.5 hari . Umumnya subyek lahir pada usia gestasi 34 minggu yaitu sebanyak 19 subjek. 20 subyek lahir dengan berat badan 1500 gram. Dari 49 bayi yang menjadi subyek penelitian, sebanyak 20 bayi dengan sepsis dan 24 bayi dengan distress pernafasan. Pada subyek dijumpai sebanyak 14 bayi yang mengalami transient hipotiroksinemia. Tidak dijumpai hipotiroid kongenital pada penelitian ini. Nilai TSH didapati dalam batas normal dengan dengan rerata 4,7 µgdL ± 2.90. Dua orang bayi dengan kadar TSH lebih dari 10 µgdL, setelah dilakukan pemeriksaan ulangan 2 minggu kemudian didapati nilai TSH dalam batas normal. Tabel 4.2. Analisis bivariat hubungan faktor risiko terhadap ada tidaknya gangguan fungsi tiroid Karakteristik Fungsi Tiroid P Terganggu Tidak Terganggu Universitas Sumatera Utara Jenis Kelamin, n Laki-laki Perempuan 11 3 20 15 0.16 Usia gestasi , n a 34 minggu 34-37 minggu 37 minggu Distress pernfasan, , n Ya Tidak Sepsis, n Ya Tidak 12 1 1 11 3 7 7 6 12 17 13 22 13 22 0.001 0.433 a b 0.001 a 0.408 Berat Badan lahir, n a 1500 gram 1500-2500 gram 2500 gram a Uji Kai-squer, b Uji Fisher Exact 12 1 1 6 13 16 0.001 1.000 a b Dari hasil analisis bivariat pada tabel 4.2 terdapat 3 faktor risiko yang mempunyai hubungan terhadap gangguan fungsi tiroid yang memiliki nilai P 0.05 yaitu usia gestasi kurang dari 34 minggu P = 0.001, berat badan lahir kurang dari 1500 gram P =0.001 dan distress pernfasan P = 0.001. selanjutnya dilakukan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik. Tabel 4.3 Analisa Regresi logistik hubungan usia gestasi, berat badan lahir, distress pernfasan dengan gangguan fungsi tiroid. Karateristik OR IK95 Universitas Sumatera Utara Langkah 1 Langkah 2 Langkah 3 Usia gestasi 34 minggu BB lahir 1500 gr Distres pernafasanf Konstanta Usia gestasi 34 minggu BB lahir 1500 gr Konstanta Usia gestasi 34 minggu Konstanta 0.308 0.308 0.887 0.001 0.279 0.279 0.001 0.001 0.001 5.763 5.763 1.163 0.059 6.031 6.031 0.061 29.000 0.069 0.2-167.6 0.2-167.6 0.1-9.4 0.2-156.4 0.2-158.4 5.1-164.6 Dari hasil analisis multivariat dengan uji regresi logistik maka dapat disimpulkan dari seluruh variabel bebas faktor risiko yang diduga berhubungan dengan gangguan fungsi tiroid dalam penelitian ini variabel yang secara signifikan berhubungan adalah usia gestasi kurang dari 34 minggu berpeluang 29 kali IK 95: 5.1-164.6 dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan usia gestasi lebih dari 34 minggu. BAB 5. PEMBAHASAN Pada penelitian ini sebanyak 14 28.6 bayi yang dirawat di NICU mengalami gangguan fungsi tiroid berupa hipotiroksinemia. Nilai TSH Universitas Sumatera Utara didapati dalam batas normal dengan dengan rerata 4,7 µgdL ± 2.90. Dua orang bayi dengan kadar TSH lebih dari 10 µgdL, setelah dilakukan pemeriksaan ulangan 2 minggu kemudian didapati nilai TSH dalam batas normal. Penelitian di Taheran di dapati 26 bayi yang dirawat di NICU mengalami hipotiroksinemia. 4 Sedangkan pada penelitian di Seoul didapati hipotiroksinemia sebanyak 28. Hipotiroksinemia sering terjadi pada bayi prematur dan semakin berat pada bayi yang lahir dengan usia gestasi kurang. 7 1,6 Pada penelitian ini didapati usia gestasi kurang dari 34 minggu berhubungan secara signifikan terhadap terjadinya hipotiroksinemia dengan p = 0.001 dibandingkan bayi yang lahir dengan usia gestasi lebih dari 37 minggu. Berat badan lahir kurang dari 1500 gram juga berhubungan secara signifikan terhadap terjadinya hipotiroksinemia dengan p = 0.001 dibandingkan bayi yang lahir dengan berat badan lahir lebih dari 2500 gram. Sesuai dengan penelitian sebelumnya didapati 26 bayi sakit mengalami hipotiroksinemia dimana bayi yang lahir dengan berat badan sangat rendah dan bayi prematur berhubungan signifikan dibandingkan bayi yang lahir dengan usia cukup bulan. Penelitian di Belanda di dapati kadar T4 dan T3 meningkat sesuai dengan penambahan usia gestasi sedangkan kadar TSH didapati hampir sama pada usia gestasi sangat rendah, namun pada usia gestasi lebih tinggi dipengaruhi secara signifikan oleh cara persalinan. 7,40 5 Universitas Sumatera Utara Pada skrining hpotiroid kongenital, pada bayi kurang bulan dan bayi sakit didapati kadar T4 yang rendah tanpa peningkatan kadar TSH, keadaan ini biasanya akan mengalami perbaikan setelah 3 sampai 8 minggu. Beberapa faktor ikut mempengaruhi kadar hormon tiroid pada bayi-bayi dengan penyakit kritis, termasuk diantaranya kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, pemberian obat-obatan, dan penyakitnya sendiri. 4 Komplikasi dari kelahiran prematur seperti respiratory distress syndrome, sepsis, perdarahan intra kranial, necrotizing enterocolotis yang dapat mempengaruhi fungsi tiroid pada bayi prematur. 6 Pada penelitian ini 24 bayi mengalami distres pernafasan, 11 bayi dengan distres pernafasan mengalami hipotiroksinemia pada minggu pertama, akan tetapi dengan menggunakan analisis multivariat, distres pernafasan tidak menunjukkan nilai yang bermakna pada penelitian ini. Berbeda dengan penelitian sebelumnya di Korea 67 bayi dengan mengalami hipotiroksinemia mengalami distres pernafasan dengan P= 0.05, 4 dan penelitian lain dimana hipotiroksinemia pada bayi yang lahir kurang dari 33 minggu berhubungan secara signifikan dengan respiratory distress syndrome dengan P= 0.02. 41 Beberapa studi menunjukkan bayi dengan asfiksia atau dengan operasi jantung dapat mengalami penurunan kadar hormone tiroid, 42,43 dan bayi yang mendapat inhalasi nitrit oksida menunjukkan penurunan FT4. Sepsis ditegakkan berdasarkan hasil kultur darah positif, dimana sampel darah diambil pada saat bayi dengan klinis sepsis masuk ke ruang 44 Universitas Sumatera Utara rawat NICU. Pada penelitian ini dari 49 bayi yang diteliti 20 bayi dengan hasil kultur darah positif dengan jenis bakteri yang bervariasi. Tujuh bayi dengan kultur darah positif mengalami hipotiroksinemia, akan tetapi dari hasil analisis bivariat, tidak didapati hubungan yang signifikan terhadap terjadinya hipotiroksinemia dengan P= 0.41, Berbeda dengan penelitian di Belanda didapati hubungan yang signifikan antara hipotiroksinemia dengan kultur darah positif dan dan kultur endotrakeal positif pada hari ke tiga sampai delapan dengan tingkat kemaknaan P= 0.01. Terdapat beberapa keterbatasan pada penelitian ini, yaitu pertama, pada penelitian ini hanya melakukan pengukuran T3,T4 dan TSH. Kami tidak melakukan pemeriksaan hormon tiroid yang penting lainnya seperti free T4 dan free T3 karena mengingat banyaknya jumlah darah bayi yang diambil untuk sampel. Kedua, penelitian ini hanya melakukan satu kali pengukuran. Diperlukan pemeriksaan serial untuk memantau kenaikan kadar T4, setidaknya saat bayi akan dipulangkan atau pada saat bayi prematur sudah mencapai usia koreksi. Sebagai tambahan diperlukan skrining fungsi tiroid nasional untuk bayi- bayi baru lahir karena penemuan dini terhadap gangguan fungsi tiroid akan mempebaiki luaran neurodevepmental. 6 BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan