18
BAB II LARANGAN PENGGUNAAN SENJATA KIMIA DALAM KONFLIK
BERSENJATA
A. Pengaturan Cara Perang Sebagai Bagian dari Hukum Humaniter
Hukum humaniter adalah cabang dari hukum internasional publik yang belum banyak dikenal oleh masyarakat banyak. Hukum humaniter merupakan nama baru
yang dahulu dikenal sebagai Hukum Perang Laws of War.
24
Hukum humaniter internasional adalah bagian dari hukum internasional yang merupakan kumpulan
peraturan hukum yang mengatur mengenai hubungan antar negara. Hukum humaniter internasional berlaku terhadap konflik bersenjata.
25
Hukum Humaniter oleh Haryomataram dibagi menjadi 2 dua aturan pokok, yaitu:
26
1. Hukum yang mengatur mengenai cara dan alat yang boleh dipakai untuk
berperang Hukum Den Haag The Hague Laws; 2.
Hukum yang mengatur mengenai perlindungan terhadap kombatan dan penduduk sipil dari akibat perang Hukum Jenewa The Geneva Laws.
24
Haryomataram, Pengantar Hukum Humaniter, Op. Cit., hal. 1.
25
“International humanitarian law is part of international law, which is the body of rules governing relations between States… International humanitarian law applies to armed conflicts”
seperti yang termuat di dalam “What Is International Humanitarian Law?” http:www.icrc.orgengresourcesdocumentslegal-fact-sheethumanitarian-law-factsheet.htm, diakses
pada 5 Januari 2014, pukul 10.00 WIB.
26
Arlina Permanasari, dkk., Pengantar Hukum Humaniter, Op. Cit., hal. 2
Universitas Sumatera Utara
Hukum Humaniter oleh Mochtar Kusumaatmadja mencakup cakupan yang lebih luas daripada cakupan yang dikemukakan oleh Haryomataram. Adapun aturan
pokok yang dikemukakan oleh Haryomataram hanyalah merupakan bagian daripada kelompok “Jus in bello” yang dikemukakan oleh Mochtar Kusumaatmadja.
Pembagian hukum humaniter menurut Mochtar Kusumaatmadja diantaranya, sebagai berikut:
27
1. Jus ad bellum, yaitu hukum tentang perang, mengatur tentang dalam hal
bagaimana negara dibenarkan menggunakan kekerasan bersenjata; 2.
Jus in bello, yaitu hukum yang berlaku dalam perang, dibagi lagi menjadi 2 dua yaitu:
a. Hukum yang mengatur cara dilakukannya perang conduct of war.
Bagian ini biasanya disebut The Hague Laws. b.
Hukum yang mengatur perlindungan orang-orang yang menjadi korban perang. Ini lazimnya disebut The Geneva Laws.
Berdasarkan pembagian yang dilakukan oleh kedua sarjana di atas, walaupun pembagian yang dikemukakan tersebut berbeda, namun pada dasarnya mereka
sependapat bahwa hukum humaniter terdiri dari The Hague Laws dan The Geneva Laws sebagai sumber hukum utamanya
28
Konvensi Den Haag 1907 dikenal juga dengan Hukum Den Haag merupakan konvensi yang dihasilkan dalam Konferensi Perdamaian Pertama di Den
, walaupun masih ada sumber-sumber hukum humaniter internasional lainnya.
27
Ibid.. hal. 3
28
Terlihat pula dalam kalimat “Present-day international humanitarian law has grown from two main sources: the Law of Geneva, i.e. a body of rules which protect victims of war, and the Law of
the Hague, i.e. those provisions which affect the conduct of hostilities.” yang termuat dalam “Law of Geneva and the law of the Hague”, yang dapat diakses di
http:www.icrc.orgengresourcesdocumentsmisc57jrlq.htm, diakses pada 5 Januari 2014, pukul 11.10 WIB.
Universitas Sumatera Utara
Haag pada tahun 1899, yang disempurnakan dalam Konferensi Kedua yang dilaksanakan pada tahun 1907. Adapun hukum Den Haag ini terutama mengatur
tentang alat dan cara berperang means and methode of warfare.
29
Berbeda halnya dengan Hukum Den Haag yang terdiri dari 13 tiga belas konvensi dan 1 satu deklarasi, pada Hukum Jenewa, hanya terdapat 4 empat
konvensi pokok beserta 3 tiga protocol tambahan. Adapun keempat Konvensi Jenewa 1949 diantaranya adalah :
Konferensi Den Haag tahun 1907 menghasilkan 13 tiga belas konvensi dan 1 satu deklarasi yang
akan dibahas pada sub-bab berikutnya.
30
1. Geneva Convention for the Amelioration of the Condition of the Wounded and
Sick in Armed Forces in the Field yang telah direvisi menjadi Geneva Convention I on Wounded and Sick in Armed Forces in the Field, 1949;
2. Geneva Convention for the Amelioration of the Condition of the Wounded,
Sick and Shipwrecked Members of Armed Forces at Sea yang telah direvisi menjadi Geneva Convention II on Wounded, Sick and Shipwrecked of
Armed Forces at Sea, 1949; 3.
Geneva Convention relative to the Treatment of Prisoners of War yang telah direvisi menjadi Geneva Convention III on Prisoners of War, 1949;
29
Haryomataram, Pengantar Hukum Humaniter, Op. Cit., hal. 46.
30
Istilah lama diambil dari buku karangan Arlina Permanasari, dkk, Pengantar Hukum Humaniter, Op. Cit., hal. 32, sedangkan istilah baru yang digunakan sekarang setelah direvisi
diambil dari “Treaties and State Parties to Such Treaties”, http:www.icrc.orgihl, yang diakses pada tanggal 5 Januari 2014 pukul 11.30 WIB.
Universitas Sumatera Utara
4. Geneva Convention relative to the Protection of Civilian Persons in Time of
War yang tela direvisi menjadi Geneva Convention IV on Civilians, 1949. Adapun keempat konvensi Jenewa 1949 tersebut di atas berkaitan dengan : 1
pasukan bersenjata yang terluka atau sakit di dalam situs peperangan; 2 pasukan bersenjata yang terluka, sakit, atau terdampar di laut; 3 tawanan perang; 4
penduduk sipil. Ketiga Protokol Tambahan daripada Konvensi Jenewa 1949, diantaranya
adalah sebagai berikut:
31
1. Protocol I 1977 relating to the Protection of Victims of International Armed
Conflicts. 2.
Protocol II 1977 relating to the Protection of Victims of Non-International Armed Conflicts.
3. Protocol III 2005 relating to the Adoption of an Additional Distinctive
Emblem. Sedangkan ketiga protokol tambahan ini lebih menekankan lagi terhadap
perlindungan yang sepantasnya diberikan. Adapun ketiga protokol tambahan ini berkaitan dengan : 1 perlindungan terhadap korban atas konflik bersenjata
internasional; 2 perlindungan terhadap korban atas konflik bersenjata non- internasional; 3 penambahan lambang-lambang pembeda pada saat konflik
bersenjata.
31
“Geneva Conventions, dimuat dalam http:en.wikipedia.orgwikiGeneva_Conventions, diakses pada 5 Januari 2014 pukul 11.45 WIB”
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan keempat konvensi dan ketiga protokol tambahan Konvensi Jenewa 1949, dapat terlihat bahwa terdapat perbedaan yang sangat jelas dalam hal
yang diatur dalam kedua sumber utama hukum humaniter ini, yakni Hukum Den Haag dan Hukum Jenewa. Apabila Hukum Den Haag mengatur mengenai tentang
alat dan cara berperang, maka Hukum Jenewa mengatur mengenai perlindungan terhadap korban perang.
32
B. Tata Cara Perang Menurut Konvensi Den Haag Sebagai Bagian dari Hukum Humaniter