Setelah Lahirnya Chemical Weapons Convention

penggunaan senjata kimianya, yang oleh PBB dipandang sebagai suatu hal yang telah mengancam perdamaian dan keamanan dunia. 178

2. Setelah Lahirnya Chemical Weapons Convention

CWC merupakan suatu konvensi yang ditandatangani oleh 130 negara pada tahun 1993, dan yang mulai berlaku sejak April 1997. Hingga saat ini, CWC terdiri dari 184 negara anggota, serta satu organisasi yang berfungsi secara penuh, yakni Organisation for the Prohibition of Chemical Weapons OPCW. 179 CWC ini dirancang untuk memastikan bahwa zat kimia beracun hanya dikembangkan dan diproduksi untuk tujuan-tujuan yang tidak berhubungan dengan senjata kimia. Teknologi kimia tidak boleh disalahgunakan, dan OPCW memiliki mandat untuk memantau industri kimia untuk memastikan tentang hal ini. 180 178 Dewan Keamanan PBB telah mengeluarkan berbagai Resolusi Dewan Keamanan PBB terhadap Irak dalam tindakannya yang dipandang mengancam perdamaian dan keamanan dunia, yang beberapa diantaranya berkaitan dengan penggunaan senjata kimia oleh Irak pada saat itu. Misalnya Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 582, Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 612, serta Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 620, yang dapat dilihat pada “List of United Nations Security Council Resolutions Concerning Iraq - Wikipedia” http: en.wikipedia.orgwikiList_of_United_Nations_Security_Council_resolutions_concerning_Iraq, yang diakses pada 27 Februari 2014 pukul 21.10 WIB. 179 “Basic Facts on Chemical Disarmament – Introduction – Brief History on the Treaty” yang dapat dilihat pada www.opcw.orgnews-publicationspublicationshistory-of-the-chemical- weapons-convention yang diakses pada 15 Februari 2014 pukul 16.22 WIB. 180 Terjemahan dari “The Convention is designed to ensure that toxic chemicals are only developed and produced for purposes unrelated to chemical weapons. Chemical technology must not be misused, and the OPCW has a mandate to monitor chemical industry to make certain that this is the case.” Ibid. Universitas Sumatera Utara Pasal 8 CWC mengatur mengenai Organisasi, yakni OPCW. Adapun Pasal 8 CWC ini menjadi dasar lahirnya, serta tugas dan kewenangan daripada OPCW. 181 Haruslah dipahami bahwa dengan lahirnya CWC yang mengatur mengenai senjata kimia pada umumnya, maka segala jenis aktivitas yang berkenaan dengan penggunaan senjata kimia harus tunduk pada CWC dan menjadi kewenangan daripada OPCW. Adapun organisasi yang dimaksud pada Pasal 8 itu merujuk pada pengertian atau ruang lingkup organisasi menurut Pasal 2 CWC, yang menyatakan bahwa istilah “Organization” atau Organisasi yang dimaksud di dalam CWC adalah OPCW yang dibentuk menurut Pasal 8 Konvensi ini. 182 CWC menegaskan bahwa segala sesuatu yang berkenaan dengan penggunaan senjata kimia merupakan kewenangan daripada OPCW. Namun, haruslah diketahui bahwa ada kalanya OPCW wajib bekerjasama dengan PBB. Adapun berdasarkan ketentuan Part XIE Annex on Implementation and Verification Verification Annex, dikatakan bahwa dalam hal dugaan penggunaan senjata kimia yang melibatkan negara bukan anggota daripada konvensi atau pada daerah teritorial yang bukan dikuasai oleh negara anggota, maka OPCW harus Berdasarkan bunyi Pasal 2 tersebut, jelaslah relevansi antara CWC dan OPCW. 181 Pasal 8 CWC berjudul “The Organization” yang mengatur khusus mengenai OPCW, termasuk di dalamnya ketentuan umum, keanggotaan, tugas dan kewenangan, hingga struktur beserta kewenangan struktur-sturuktur OPCW. 182 Pasal 2 ayat 11 CWC berbunyi “Organization means the Organization for the Prohibition of Chemical Weapons established pursuant to Article VIII of this Convention” yang dapat dilihat pada “Article II Definitions and Criteria” http:www.opcw.orgchemical-weapons- conventionarticlesarticle-ii-definitions-and-criteria diakses pada 27 Februari 2014 pukul 19.07 WIB. Universitas Sumatera Utara bekerjasama dengan Sekretaris Jendral PBB. 183 Selain daripada itu, oleh Pasal 36, dikatakan pula bahwa dalam hal darurat, Badan Eksekutif OPCW wajib membawa isu atau masalah ini, termasuk dengan informasi serta konklusi yang mendukung langsung kepada Majelis Umum dan Dewan Keamanan PBB. 184 Mengetahui bahwa CWC menghendaki kerjasama antara OPCW dan PBB, maka perlu diketahui pula bahwa OPCW dan PBB memiliki suatu perjanjian kerjasama yang ditandatangani pada tanggal 17 Oktober 2000 di New York, dan berlaku pada tahun 2001. 185 Perjanjian mengenai kerjasama kedua organisasi internasional ini menenkankan bahwa PBB dan OPCW harus bekerjasama dalam bidang yang berkaitan dengan informasi publik, dan apabila diminta, saling menukarkan informasi, publikasi-publikasi serta laporan yang didasarkan atas kepentingan bersama dan dalam pemberian laporan khusus atau studi khusus dan informasi khusus. 186 Berdasarkan penjabaran tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya sejak berlakunya CWC dan dengan kehadiran daripada organisasi internasional OPCW, maka PBB tidak lagi menangani hal-hal yang 183 Part XIE Annex on Implementation and Verification Verification Annex berbunyi “In the case of alleged use of chemical weapons involving a State not Party to this Convention or in territory not controlled by a State Party, the Organization shall closely cooperate with the Secretary- General of the United Nations. If so requested, the Organization shall put its resources at the disposal of the Secretary-General of the United Nations.” 184 Pasal 36 CWC berbunyi “…The Executive Council shall, in cases of particular gravity and urgency, bring the issue or matter, including relevant information and conclusions, directly to the attention of the United Nations General Assembly and the United Nations Security Council. It shall at the same time inform all States Parties of this step.” 185 “Agreement concerning the relationship between the UN and the OPCW” www.opcw.orgabout-opcwun-opcw-relationship diakses pada 16 Februari 2014 pukul 17.34 WIB. 186 Ibid. Universitas Sumatera Utara berkenaan dengan penggunaan senjata kimia, terkecuali apabila OPCW yang meminta campur tangan daripada PBB berdasarkan ketentuan-ketentuan yang ada pada CWC. C. Beberapa Kasus Penggunaan Senjata Kimia dalam Konflik Bersenjata oleh Negara-Negara Lain Sebelum Konflik Bersenjata di Suriah Seperti yang telah disinggung pada bagian sebelumnya bahwa penggunaan senjata kimia modern dimulai pada Perang Dunia I, ketika kedua pihak bersengketa menggunakan gas beracun untuk menimbulkan penderitaan yang menyakitkan dan untuk menimbulkan korban peperangan yang sangat banyak. Hasil daripada penggunaan senjata kimia tersebut tidak memilih dan sering menghancurkan. Korban yang meninggal hampir mencapai 100.000 jiwa. Sejak Perang Dunia I, korban dari penggunaan senjata kimia telah melebihi satu juta jiwa. 187 Contoh lain daripada penggunaan senjata kimia ialah pada Perang Vietnam, yang terjadi pada tahun 1962 hingga tahun 1971. Pasukan Amerika Serikat menyebarkan zat-zat kimia pada bagian timur Laos dan sebagian daerah Kamboja. Tujuan daripada penyebaran ini ialah untuk menggundulkan lahan di pedesaan dan juga pada hutan, yang berakibat pada kurangnya makanan sehingga memaksa para petani untuk berpindah ke daerah perkotaan, yang didominasi oleh Amerika 187 Terjemahan dari “The modern use of chemical weapons began with World war I, when both sides to the conflict used poisonous gas to inflict agonizing suffering and to cause significant battlefield casualties…The results were indiscriminate and often devastating. Nearly 100,000 deaths resulted. Since World War I, chemical weapons have caused more than one million casualties globally” www.un.orgdisarmament WMDChemical diakses pada 16 Februari 2014 pukul 18.22 WIB. Universitas Sumatera Utara Serikat. 188 Dampak yang diakibatkan oleh penyebaran zat kimia pada saat Perang Vietnam tersebut bukan saja pada hancurnya lahan pertanian, yang berakibat pada kelaparan, ratusan ribu orang kekurangan nutrisi ataupun kelaparan. 189 Selain daripada kekurangan nutrisi ataupun kelaparan, penggunaan senjata kimia oleh Amerika Serikat tersebut juga menimbulkan penyakit genetik, serta penyakit- penyakit lainnya. Penggunaan senjata kimia tersebut juga berdampak pada ekologi. 190 Pada tahun 1980, terdapat suatu kasus penggunaan senjata kimia yang sangat populer, yakni penggunaan senjata kimia oleh Irak terhadap negara tetangganya, Iran. Penggunaan senjata kimia dalam konflik bersenjata oleh Irak terhadap Iran ini dapat dibagi atas 3 tahap. Tahap pertama terjadi pada Januari 1981 hingga Juni 1983 dimana Irak mulai melakukaan uji coba penggunaan senjata kimia. Tahap kedua terjadi pada Agustus 1983 hingga Desember 1983 dimana senjata kimia digunakan hingga batas tertentu. Tahap ketiga terjadi pada Februari 1984 hingga akhir perang Irak-Iran tersebut, dimana senjata kimia sangat sering digunakan. 191 Berdasarkan laporan yang diklasifikasikan pada tahun 1991, Central Intelligence Agency CIA 192 188 “Agent Orange – Wikipedia” en.wikipedia.orgwikiAgent_Orange yang diakses pada 16 Februari 2014 pukul 18.33 WIB. 189 Ibid. 190 Ibid. 191 “Iraqi Chemical Weapons Program - Wikipedia” dapat dilihat pada en.wikipedia.orgwikiIraqi_chemical_weapons_program, diakses 16 Februari 2014 pukul 18.48 WIB. 192 CIA, salah satu badan intelijen pemerintah federal Amerika Serikat, en.wikipedia.orgwikiCentral_Intelligence_Agency, diakses pada 22 Februari 2014 pukul 19.11 WIB. memperkirakan bahwa Iran telah memiliki lebih dari 50.000 korban dari penggunaan senjata kimia yang dilakukan oleh Irak, dengan perkiraan sementara lebih dari 100.000 korban dalam jangka panjang. Perlu diperhatikan bahwa di dalam perkiraan Universitas Sumatera Utara ini, pihak CIA tidak memasukkan penduduk yang terkontaminasi ataupun anak atau keluarga daripada veteran yang mana banyak diantara mereka mengalami komplikasi darah, paru-paru, atau kulit. 193

D. Kewenangan Perserikatan Bangsa-Bangsa Terkait dengan Penggunaan Senjata Kimia oleh Suriah