Kewenangan Perserikatan Bangsa-Bangsa Terkait dengan Penggunaan Senjata Kimia oleh Suriah

ini, pihak CIA tidak memasukkan penduduk yang terkontaminasi ataupun anak atau keluarga daripada veteran yang mana banyak diantara mereka mengalami komplikasi darah, paru-paru, atau kulit. 193

D. Kewenangan Perserikatan Bangsa-Bangsa Terkait dengan Penggunaan Senjata Kimia oleh Suriah

Kasus penggunaan senjata kimia di dalam konflik bersenjata bukan hanya terbatas kepada ketiga kasus di atas. Namun, haruslah dipahami bahwa inti daripada pembahasan sub-bagian ini ialah untuk melihat dan mengetahui betapa besarnya dampak yang diakibatkan oleh penggunaan senjata kimia. Senjata kimia bukan saja membawa dampak negatif terhadap orang yang terlibat perang, namun juga dapat berdampak kepada orang-orang yang tidak terlibat perang, baik yang berupa anak- anak ataupun keturunan yang akan datang, bahkan terhadap lingkungan sekitar sekalipun. Sebelum membahas kewenangan PBB terkait dengan penggunaan senjata kimia oleh Suriah, perlu disinggung sedikit mengenai penggunaan senjata kimia oleh Suriah tersebut. Bahwa penggunaan senjata kimia oleh Suriah baru mendapat perhatian publik internasional pada perang yang terjadi di dalam Suriah, yakni perang antara kelompok pemerintah dengan kelompok oposisi pada 21 Agustus 2013 yang 193 “Iran-Iraq War - Wikipedia” dapat dilihat pada en.wikipedia.orgwikiIran-Iraq_War, diakses pada 22 Februari 2014 pukul 19.15 WIB Universitas Sumatera Utara membunuh lebih dari 1.300 orang. Medicins Sans Frontieres MSF 194 menyatakan bahwa setidaknya ada 3.600 pasien yang menunjukkan “gejala neurotoksik” yang telah dirawat di rumah sakit yang mendukung pengobatannya, dengan 355 orang diantaranya meninggal dunia. 195 Suriah merupakan anggota OPCW setelah meratifikasi CWC pada 14 September 2013, dan dinyatakan berlaku pada 14 Oktober 2013. 196 Hal yang menjadi perhatian ialah bahwa Suriah baru menjadi anggota OPCW dan tunduk pada CWC setelah penggunaan senjata kimianya tersebut. Pada saat Suriah menggunakan senjata kimianya, yakni pada 21 Agustus 2013, Suriah belumlah negara anggota CWC dan karenanya, Suriah pun tidaklah terikat terhadap CWC tersebut. Oleh karena itu pula, OPCW tidak punya berwenang secara hukum untuk menginspeksi negara tersebut, untuk memferifikasikan kemungkinan penggunaan senjata kimia atau aktivitas- aktivitas yang berkaitan. 197 194 Medicins Sans Frontieres MSF atau yang juga dikenal dengan Doctors Without Borders adalah suatu organisasi kemanusiaan non-pemerintahan Non-governmental organization atau NGO Perancis yang memberikan bantuan kemanusiaan semasa perang. Dapat dilihat pada en.wikipedia.orgwikiMédecins_Sans_Frontières, diakses pada 22 Februari 2014 pukul 20.22 WIB. 195 Terjemahan daripada “…by the end of 21 August the main opposition alliance had put the death toll at more than 1,300. Medicins Sans Frontiers MSF said at least 3,600 patients displaying “neurotoxic symptoms” had been treated at the hospitals it supported. Of those patients, 355 had died, it added.” Dapat dilihat pada www.bbc.co.uknewsworld-middle-east-23927399, diakses pada 22 Februari 2014 pukul 20.14 WIB. 196 Informasi tersebut diambil dari www.opcw.orgabout-opcwmember-states yang diakses pada 22 Februari 2014 pukul 20.26 WIB. 197 Terjemahan dari “Syria is not a Party to the Chemical weapons Convention CWC and hence is not legally commited to the Convention’s prohibitions against the development, production, stockpiling or use of chemical weapons. Therefore, the OPCW currently has no legal mandate to conduct inspections in the country to verify the possible existence of chemical weapons or related activities.” Kutipan dari “Syria and the OPCW” yang dapat dilihat pada www.opcw.orgnewsarticlesyria-and-the-opcw yang diakses pada 22 Februari 2014 pukul 20.40 WIB. Universitas Sumatera Utara Pada 21 Agustus 2013, Suriah memang belum merupakan negara anggota CWC. Namun, haruslah diketahui bahwa Suriah merupakan negara anggota daripada Protokol Jenewa tahun 1925 yakni Protocol for the Prohibition of the Use in War of Asphyxiating, Poisonous or Other Gases, and of Bacteriological Methods of Warfare yang melarang penggunaan unsur kimia ataupun biologis dalam cara berperang. Suriah meratifikasi Protokol tersebut pada tahun 1968 tanpa syarat, terkecuali terhadap ketentuan protokol untuk tidak mengakui Israel. Oleh karenanya, Suriah telah secara resmi menolak penggunaan senjata kimia atau biologis untuk pertama kalinya ataupun sebagai pembalasan terhadap negara lain. 198 Sesuai dengan hal yang telah dibahas pada sub-bab sebelumnya, bahwa meskipun OPCW bukanlah bagian daripada PBB, namun OPCW memiliki hubungan kerjasama dengan PBB 199 Penggunaan senjata kimia oleh Suriah ini oleh Sekretaris Jendral PBB Ban Ki-moon dalam laporan PBB The UN report dinyatakan sebagai penggunaan senjata kimia yang paling signifikan penggunaannya terhadap masyarakat terhitung , salah satunya ialah dalam hal dugaan penggunaan senjata kimia oleh negara bukan anggota ataupun di wilayah teritorial negara bukan anggota konvensi dalam hal ini adalah CWC. Sehingga, PBB memiliki kewenangan terhadap kasus terkait dengan penggunaan senjata kimia oleh Suriah. 198 Terjemahan dari “Conversely, Syria is a party to the 1925 Geneva Protocol, which bans the use of chemical and bacteriological methods of warfare. It ratified the Protocol in 1968 without reservations, except for the proviso that the protocol did not represent recognition of Israel. Thus, Syria has formally renounced both first and retaliatory use of chemical or biological weapons against any State” Ibid. 199 Terjemahan dari “Although not a United Nations UN organization, the OPCW has a working relationship with the UN.” Ibid. Universitas Sumatera Utara sejak penggunaan senjata kimia oleh Saddam Hussein di Halabja pada tahun 1988. 200 Perlu diketahui bahwa dalam kasus Suriah, pemusnahan senjata kimia tersebut tidak dilakukan berdasarkan ketentuan jangka waktu yang telah diatur di dalam CWC. Pada tanggal 27 September 2013, Dewan Eksekutif OPCW mengadopsi Oleh karena itu pula, PBB dan OPCW meyakini bahwa senjata-senjata kimia yang ada di Suriah wajib dimusnahkan secepat mungkin demi terjaganya perdamaian serta keamanan internasional. EC-M- 33Dec.1 berkenaan dengan pemusnahan atas program senjata kimia Suriah, yang didukung oleh pengadopsian secara utuh PBB dengan Resolusi Dewan Keamanan 2118 tahun 2013 pada hari yang sama. 201 Adapun dengan diadopsinya pengaturan khusus berkenaan dengan pemusnahan atas program bersenjata kimia Suriah, maka dalam kasus Suriah, ketentuan jangka waktu yang digunakan bukanlah yang telah diatur secara umum dengan CWC, melainkan pengaturan khusus yang diadopsi oleh OPCW dan yang telah mendapat dukungan PBB tersebut. 202 200 Terjemahan dari “The UN report, he said, detailed the “most significant confirmed use of chemical weapons against civilians since Saddam Hussein used them in Halabja in 1988” Dapat dilihat pada www.bbc.co.uknewsworld-middle-east-23927399, diakses pada 22 Februari 2014 pukul 20.14 WIB. 201 Terjemahan dari “27 September 2013 – OPCW Executive Council adopts EC-M-33Dec.1, endorsed by the unanimous adoption United Nations Security Council Resolution 2118 2013 on the same day ” yang terdapat pada “OPCW-UN Joint Mission – Chronology of Events” yang dapat dilihat pada http:opcw.unmissions.orgDefault.aspx?tabid=6581currentpage=4language=en-US , diakses pada tanggal 28 Februari 2014 pukul 20.58 WIB. 202 Berlakunya asas “Lex specialis derogat legi generali”, yang memiliki makna ketentuan yang khusus mengenyampingkan ketentuan yang umum. Lex specialis, baik di dalam teori hukum ataupun pada praktek, merupakan suatu doktrin berkenaan dengan penafsiran hukum dan dapat digunakan dalam konteks nasional ataupun konteks internasional. “Lex specialis” yang dapat dilihat di en.wikipedia.orgwikiLex_specialis, diakses pada 28 Februari 2014 pukul 23.10 WIB. Universitas Sumatera Utara PBB dan OPCW dalam rangka menangani kasus penggunaan senjata kimia oleh Suriah tersebut secara resmi telah membentuk suatu misi yang diberi nama OPCW-UN Joint Mission pada 16 Oktober 2013. 203 OPCW-UN Joint Mission ditugaskan untuk mengawasi program pemusnahan senjata kimia Suriah yang telah diprediksi tersebut dengan cara yang paling aman. 204 OPCW dan PBB dalam OPCW-UN Joint Mission bertugas di wilayah kompetensi mereka masing-masing, seperti yang telah dinyatakan di dalam surat dari Sekretaris Jendral PBB kepada Presiden Dewan Keamanan PBB yang tertanggal 7 Oktober 2013. 205 Surat tersebut menyatakan bahwa PBB akan memberi bantuan terhadap koordinasi secara keseluruhan, dan hubungan dengan pemerintah Suriah dan kelompok oposisi, pengaturan keamanan, logistic, penafsiran informasi, komunikasi dan penjangkauan, serta administrasi. 206 203 “OPCW-UN Joint Mission in Syria – Wikipedia” yang dapat dilihat pada en.wikipedia.orgwikiOPCW-UN_Joint_Mission_in_Syria yang diakses pada 22 Februari 2014 pukul 21.14 WIB. 204 Ibid. Lebih lanjut, Sekretaris Jendral PBB menyatakan bahwa selama berada di dalam lingkup tanggung jawab PBB, maka PBB juga akan berhubungan dengan aktor internasional dan regional, termasuk juga dengan Dewan Keamanan dan pemangku kepentingan lainnya, sebagai kelanjutan 205 Terjemahan dari “Within the mission, the OPCW and the United Nations operate in areas of their particular competencies, as outlined in the afore-mentioned letter dated 7 October” yang termuat pada “Mandate and Timelines”, yang dapat diakses pada http:opcw.unmissions.orgDefault.aspx?tabid=6577language=en-US, diakses pada 28 Februari 2014 pukul 23.38 WIB. 206 Terjemahan dari “The United Nations will provide support to overall coordination and liaison with the Government of the Syrian Arab Republic and opposition groups, security arrangements, logistics, information assessments, communications and outreach, and administration.” Kutipan diambil dari Surat Sekretaris Jendral PBB kepada Presiden OPCW tertanggal 7 Oktober 2013, dapat dilihat pada http:www.un.orgengasearchview_doc.asp?symbol=S2013591, diakses pada 28 Februari 2014 pukul 23.35 WIB Universitas Sumatera Utara dari Resolusi Dewan Keamanan 2118 2013 dan Resolusi Dewan Keamanan lainnya yang bersangkutan. 207 OPCW di dalam OPCW-UN Joint Mission akan berfungsi sebagai pemimpin instansi teknis. OPCW akan berhubungan dengan pemerintah Suriah dengan maksud untuk memferifikasi senjata kimia dan fasilitas-fasilitas yang berkaitan dengan penyimpanan dan produksi senjata kimia, termasuk di dalamnya percampuran dan pengisian, serta penelitian dan perkembangan senjata kimia. 208 OPCW juga akan melakukan inspeksi menurut keputusan Dewan Eksekutif OPCW, dan juga berbagai kegiatan lainnya yang berkaitan dengan verifikasi atas penghancuran program senjata kimia Suriah. 209 Sesuai dengan surat Sekretaris Jendral PBB kepada Presiden Dewan Keamanan PBB tertanggal 7 Oktober 2013 tersebut, OPCW-UN Joint Mission akan dipimpin oleh seorang Koordinator Khusus Special Coordinator yang sebelumnya akan terlebih dahulu dikonsultasikan dengan Direktur Jendral Director-General OPCW. Koordinator Khusus ini berada di bawah Sekretaris Jendral PBB. Adapun Koordinator Khusus ini akan melaporkan segala perkembangan langsung kepada 207 Terjemahan dari “The United Nations will also engage, in its areas of responsibilities, with international and regional actors, as well as the Security Council and other stakeholders, in furtherance of the implementation of resolution 2118 2013 and related resolutions of the security Council.” Ibid. 208 Terjemahan dari “OPCW will serve as the lead technical agency…OPCW will engage with the Governmental of the Syrian Arab Republic for the purposes of verifying chemical weapons and facilities related to chemical weapons storage and production, including mixing and filling, and chemical weapons research and development. ” Ibid. 209 Terjemahan dari “OPCW will also conduct inspections pursuant to the OPCW Executive Council decision, and other activities related to the verification of the destruction of the syrian chemical weapons programme” Ibid. Universitas Sumatera Utara Sekretaris Jendral PBB dan Direktur Jendral OPCW. 210 Pada 16 Oktober 2013, Sekretaris Jendral PBB mengumumkan bahwa Koordinator Khusus yang akan memimpin OPCW-UN Joint Mission dalam kasus Suriah adalah Sigrid Kaag dari Belanda. 211 Hal penting lainnya yang patut diketahui ialah bahwa di dalam penanganan kasus Suriah ini, OPCW-UN Joint Mission ini menggunakan “light footprint”. Adapun yang dimaksud dengan light footprint ini adalah hanya personil-personil yang penting kehadirannya di Suriah yang akan diutus ke Suriah. Hal ini mengingat situasi kondisi di Suriah yang masih tetap berperang. 212 OPCW-UN Joint Mission menjalankan tugas yang diberikan terhadapnya berdasarkan Keputusan Dewan Eksekutif OPCW melalui EC-M-33Dec.1, serta Resolusi Dewan Keamanan PBB 2118 2013 yang memuat waktu pemusnahan senjata kimia Suriah. Adapun rentang waktu yang dimaksud tersebut adalah bahwa senjata kimia yang dimiliki oleh Suriah telah berhasil dimusnahkan selambat- lambatnya 30 Juni 2014. 213 210 Terjemahan dari “The Joint Mission will be headed by a civilian Special Coordinator, whom I would appoint in close consultation with Director-General of OPCW, at the level of Under- Secretary-General. The Special Coordinator would report to the Director-General and myself…” Ibid. Agar pemusnahan senjata kimia Suriah dapat dilaksanakan tepat pada waktunya, maka ditetapkan di dalam ‘framework’ yang 211 “OPCW-UN Joint Mission - Mission Leadership” yang dapat dilihat pada http:opcw.unmissions.orgDefault.aspx?tabid=6579language=en-US, diakses pada tanggal 1 Maret 2014 pukul 09.50 WIB. 212 “Mandate and Timeline”, yang juga dapat terlihat pada http:opcw.unmissions.orgDefault.aspx?tabid=6577language=en-US, diakses pada 1 Maret 2014 pukul 10.01 WIB. Istilah “light footprint”diperkenalkan oleh Sekretaris Jendral PBB di dalam suratnya kepada Presiden Dewan Keamanan PBB tertanggal 7 Oktober 2013. 213 Dapat dilihat pada “By 30 June 2014 for the elimination of Syria’s chemical weapons program. ” Ibid. Universitas Sumatera Utara dibuat oleh Amerika Serikat dengan Rusia bahwa bahan kimia yang paling berbahaya harus segera dikirim keluar selambat-lambatnya tanggal 31 Desember 2013, dan bahan kimia berbahaya lainnya dikirim selambat-lambatnya tanggal 6 Februari 2014. 214 Adapun di dalam pelaksanaannya, terdapat keterlambatan di dalam pengiriman yang dimaksud tersebut di paragraf sebelumnya. Keterlambatan pengiriman yang dilakukan oleh Suriah baik terhadap batas waktu 31 Desember 2013 maupun 6 Februari 2014 mengundang keraguan berbagai pihak atas itikad baik Suriah untuk memusnahkan senjata kimia yang dimilikinya. Menanggapi hal tersebut, Suriah pun mempercepat pengiriman senjata kimia yang dimilikinya untuk dihancurkan agar target batas waktu pemusnahan senjata kimia Suriah tersebut tercapai. 215 Adapun berdasarkan penjabaran tersebut di atas maka terlihat bahwa PBB turut memiliki kewenangan terhadap kasus penggunaan senjata kimia oleh Suriah. Kewenangan PBB tersebut lebih jelas terlihat setelah terbentuknya OPCW-UN Joint Mission yang merupakan suatu bentuk kerjasama oleh OPCW beserta dengan PBB yang sengaja dibentuk untuk memusnahkan senjata kimia yang dimiliki oleh Suriah. 214 Dapat dilihat pada “Under the original agreement with Syria, brokered by the United States and Russia, all aspects of the chemical weapons program are to be decommissioned and destroyed by the end of June. To achieve that, the most toxic materials were to be shipped out by Dec. 31 and the rest by Feb. 6.” Yang termuat pada “Syria Speeds Its Deliveries of Chemicals for Disposals” yang dapat diakses pada http:www.nytimes.com20140305worldmiddleeastsyria.html, diakses pada 11 Maret 2014 pukul 17.24 WIB. 215 Ibid. Universitas Sumatera Utara 85

BAB IV PENGGUNAAN SENJATA KIMIA OLEH SURIAH DALAM PERSPEKTIF

HUKUM INTERNASIONAL

A. Latar Belakang Konflik Suriah

Suriah, atau yang resmi dikenal dengan nama Syrian Arab Republic merupakan salah satu negara di Asia Barat, yang berbatasan dengan Lebanon dan Laut Mediterania di bagian barat, Turki di bagian utara, Irak di bagian timur, Yordania di bagian selatan, dan Israel di bagian barat daya. Adapun ibukota negara Suriah adalah Damaskus. 216 Pada April 1946, Suriah menjadi suatu negara yang merdeka yang menggunakan sistem republik parlementer 217 216 Terjemahan dari “Syria, officially the Syrian Arab republic, is a country in Western Asia, bordering Lebanon and Mediterranean Sea to the west, Turkey to the north, Iraq to the east, Jordan to the south, and Israel to the southwest. Its capital Damascus…” dikutip dari “Syria - Wikipedia” yang dapat diakses pada en.wikipedia.orgwikiSyria, diakses pada tanggal 4 Maret 2014 pukul 11.52 WIB. . Pada tahun 1958 hingga tahun 1961, Suriah bergabung dan menjadi bagian dari Republik Arab Bersatu. Suriah berada di bawah undang-undang darurat dari tahun 1961 hingga tahun 2011. Adapun sejak 217 Republik parlementer atau republik konstitusional parlementer adalah salah satu jenis republik yang beroperasi dibawah suatu sistem pemerintahan parlementer, yang mana badan eksekutif pemerintah mendapatkan kekuasaannya serta bertanggung jawab kepada badan legislatif parlemen. Republik parlementer memiliki berbagai jenis variasi, namun sebagian besar memiliki perbedaan yang jelas antara kepala pemerintahan dan kepala negara dengan kepala pemerintahan sebagai pemegang kekuasaan sesungguhnya.” Terjemahan dari “A parliamentary republic or parliamentary constutional republic is a type of republic that operates under a parliamentary system of government where the executive branch the government derives its legitimacy from and is accountable to the legislature the parliament. There are a number of variations of parliamentary republics. Most have a clear differentiation between the head of government and the head of state; with the head of government holding real power, much like constitutional monarchies” tercantum pada “Parliamentary Republic” yang dapat diakses pada en.wikipedia.orgwikiParliamentary_republic, diakses pada 4 Maret 2014 pukul 15.25 WIB. Universitas Sumatera Utara