C. Alasan-alasan Pelarangan Penggunaan Senjata Kimia di dalam Konflik Bersenjata
Pelarangan penggunaan senjata-senjata tertentu, termasuk di dalamnya senjata kimia oleh hukum humaniter tentu disertai dengan alasan-alasan. Adapun alasan
pelarangan penggunaan senjata-senjata tersebut pertama sekali terdapat pada Deklarasi St. Petersburg tahun 1868, yang kemudian oleh dikuatkan kembali dengan
Hague Regulations tahun 1907 serta Protokol Tambahan I Konvensi Jenewa 1977. Bunyi mengenai pelarangan penggunaan senjata-senjata tertentu oleh
Deklarasi St. Petersburg tahun 1868, diantaranya:
86
Deklarasi St. Petersburg tahun 1868 tersebut menyatakan dengan menimbang bahwa kemajuan peradaban seharusnya mempunyai dampak untuk mengurangi
sebanyak-banyaknya malapetaka suatu perang; bahwa satu-satunya sasaran yang sah Considering:
That the progress of civilization should have the effect of alleviating as much as possible the calamities of war;
That the only legitimate object which States should endeavour to accomplish during war is to weaken the military forces of the enemy;
That for this purpose it is sufficient to disable the greatest possible number of men;
That this object would be exceeded by the employment of arms which uselessly aggravate the sufferings of disabled men, or render their death
inevitable; That the employment of such arms would, therefore, be contrary to the laws of
humanity;
ratify it. Austria-Hungary signed but did not ratify it. Of the great Powers only Great Britain and the United States ratified the Declaration”
86
Practice Relating to Rule 70. Weapons of a Nature to Cause Superfluous Injury or Unnecessary Suffering, www.icrc.orgcustomary-ihlengdocsv2_rul_rule70, diakses pada 10 Febuari
2014 pukul 04.42 WIB.
Universitas Sumatera Utara
yang mana suatu negara harus berusaha selesaikan ketika perang ialah untuk melemahkan kekuatan pasukan bersenjata lawan; bahwa untuk tujuan ini, cukuplah
dengan melumpuhkan sebanyak mungkin pasukan; bahwa sasaran ini akan berlebihan dengan penggunaan senjata yang secara percuma memperberat penderitaan daripada
orang lumpuh, atau menyebabkan kematian mereka menjadi tidak terelakkan; bahwa penggunaan senjata yang demikian, oleh karena demikian, bertentangan dengan
hukum humaniter. Pelarangan penggunaan senjata-senjata tertentu tersebut oleh Hague
Regulations 1907 terdapat pada Pasal 23e, yang berbunyi:
87
Pelarangan penggunaan senjata-senjata tertentu oleh Protokol Tambahan I 1977 terhadap Konvensi Jenewa 1949 terdapat pada Pasal 352. Perlu diketahui
bahwa ketentuan yang terdapat pada Pasal 35 Protokol Tambahan I Konvensi Jenewa In addition to the prohibitions provided by special Conventions, it is
especially forbidden…to employ arms, projectiles, or material calculated to cause unnecessary suffering;
Pasal 23e Hague Regulations 1907 tersebut berisi tentang pelarangan penggunaan senjata, proyektil, ataupun materi yang diketahui akan menimbulkan
penderitaan yang tidak perlu.
87
“Convention IV respecting the Laws and Customs of War on Land and its annex : Regulations concerning the Laws and Customs of War on Land. The Hague, 18 October 1907”,
www.icrc.orgapplicihlihl.nsfART195-200033?OpenDocument, diakses pada 29 Januari 2014, pukul 19.03 WIB.
Universitas Sumatera Utara
1949 ini juga merupakan aturan dasar atau basic rules di dalam suatu peperangan, yang berbunyi:
88
1. In any armed conflict, the right of the Parties to the conflict to choose
methods or means of warfare is not unlimited. 2.
It is prohibited to employ weapons, projectiles and material and methods of warfare of a nature to cause superfluous injury or unnecessary
suffering.
3. It is prohibited to employ methods or means of warfare which are
intended, or may be expected, to cause widespread, long-term and severe damage to the natural environment.
Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, maka dapat dikatakan basic rules atau aturan dasar dalam perang, diantaranya: 1. Di dalam konflik bersenjata, hak daripada
pihak-pihak yang terlibat konflik untuk memilih metode dan cara berperang tidaklah tidak terbatas; 2. Adalah dilarang untuk menggunakan senjata, proyektil, dan bahan
dan metode berperang yang secara alami akan menyebabkan luka yang berlebihan ataupun penderitaan yang tidak perlu; 3. Adalah dilarang untuk menggunakan metode
atau cara berperang yang bertujuan, atau dapat diperkirakan untuk menyebabkan kerusakan yang luas, berjangka panjang serta parah terhadap lingkungan alam.
Berdasarkan ketentuan ketiga pengaturan berbeda tersebut di atas, terlihat bahwa alasan tidak diizinkannya penggunaan senjata-senjata tertentu, termasuk di
dalamnya penggunaan senjata kimia ialah bahwa senjata tersebut mampu menyebabkan luka yang berlebihan ataupun penderitaan yang tidak perlu. Apabila
kita kaitkan dengan bunyi yang terdapat pada Deklarasi St. Petersburg 1868, bahwa
88
“Protocol Additional to the Geneva Conventions of 12 August 1949, and relating to the Protection of Victims of International Armed Conflicts Protocol I, 8 June 1977”,
www.icrc.orgapplicihlihl.nsfART470-750044?OpenDocument, diakses pada 10 Februari 2014, pukul 05.14 WIB.
Universitas Sumatera Utara
tujuan daripada suatu peperangan ialah untuk memenangkan peperangan, dan satu- satunya sasaran yang sah ialah dengan melumpuhkan sebanyak mungkin pasukan
bersenjata lawan, maka diharapkan bahwa ketika perang berakhir, penderitaan pasukan-pasukan bersenjata tersebut turut berakhir, bukan tetap menderita sebagai
akibat dari perang.
D. Pengaturan Hukum Internasional Tentang Larangan Penggunaan Senjata Kimia dalam Konflik Bersenjata
Deklarasi St. Petersburg 1868 merupakan tonggak awal perhatian negara- negara di dunia terhadap penggunaan senjata-senjata yang tidak mampu
menimbulkan efek yang berlebihan. Pada Deklarasi St. Petersburg 1868 ini, penggunaan senjata kimia belumlah mendapat perhatian negara-negara di dunia.
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa deklarasi ini lah yang menyadarkan negara- negara di dunia ini mengenai bahaya yang dapat ditimbulkan oleh penggunaan
senjata kimia. Pengaturan mengenai penggunaan senjata kimia di dalam konflik bersenjata
pertama kali muncul pada Deklarasi Den Haag berkaitan dengan gas pencekik Hague Declaration concerning Asphyxiating Gases. Deklarasi Den Haag 1899
Universitas Sumatera Utara
berkaitan dengan gas pencekik ini merupakan perjanjian internasional pertama yang menyatakan tidak sah penggunaan gas dalam peperangan.
89
Pengaturan hukum internasional tentang larangan penggunaan senjata kimia dalam konflik bersenjata tidak hanya terdapat pada Deklarasi Den Haag tersebut di
atas, melainkan juga terdapat pada berbagai sumber lainnya. Adapun perangkat hukum internasional yang mencakup tentang larangan penggunaan senjata kimia
dalam konflik bersenjata, diantaranya:
90
1. Perjanjian Treaties
a. Hague Declaration concerning Asphyxiating Gases
b. Treaty of Versailles
c. Treaty on the Use of Submarines and Noxious Gases in Warfare
d. Geneva Gas Protocol
e. Treaty of Peace between the Allied and Associated Powers and
Bulgaria f.
Treaty of Peace between the Allied and associated Powers and Finland
g. Treaty of Peace between the Allied and associated Powers and
Hungary h.
Treaty of Peace between the Allied and associated Powers and Italy i.
Treaty of Peace between the Allied and associated Powers and Romania
j. Austrian State Treaty
k. Biological Weapons Convention
91
l. US-Soviet Chemical Weapons Agreement
89
The 1899 Hague Declaration concerning Asphyxiating Gases was the first treaty to outlaw the use of gas in warfare. “Practice Relating to Rule 74. Chemical Weapons”
www.icrc.orgcustomary-ihlengdocsv2_rul_rule74, diakses pada 11 Februari 2014 pukul 06.30 WIB.
90
Practice Relating to Rule 74. Chemical Weapons” www.icrc.orgcustomary- ihlengdocsv2_rul_rule74, diakses pada 11 Februari 2014 pukul 06.30 WIB.
91
Pada preamble 1972 Biological Weapons Convention, dinyatakan bahwa negara anggota daripada konvensi “diyakinkan akan pentingnya penyingkiran senjata-senjata pemusnah massal yang
berbahaya, seperti penggunaan senjata yang memuat unsur kimia atau biologi dari gudang-gudang senjata negara anggota dengan langkah-langkah efektif.” Negara-negara juga mengakui bahwa “suatu
perjanjian atas pelarangan senjata biologis dan senjata beracun menggambarkan langkah pertama yang memungkinkan pencapaian atas kesepakatan terhadap langkah-langkah efektif, dan juga terhadap
pelarangan atas pengembangan, produksi, dan penimbunan daripada senjata kimia” dan bahwa mereka “bertekat untuk melanjutkan negosiasi hingga akhir”. Ibid.
Universitas Sumatera Utara
m. India-Pakistan Declaration on Prohibition of Chemical weapons
n. Chemical Weapons Convention
o. ICC Statute
92
2. Instrumen lainnya Other Instruments
a. Oxford Manual of Naval War
b. Report of the Commission on Responsibility
c. ILA Draft Convention for the Protection of Civilian Populations
against New Engines of War
93
d. New Delhi Draft Rules
e. Mendoza Declaration on Chemical and Biological Weapons
f. Cartagena Declaration on Weapons of Mass Destruction
g. Comprehensive Agreement on Respect for Human Rights and IHL in
the Philippines
94
h. UN Secretary-General’s Buletin
i. UNTAET Regulation No. 200015
95
3. Perserikatan Bangsa-Bangsa United Nations
a. League of Nations Council
b. League of Nations Assembly
c. UN Security Council
d. UN General Assembly
e. UN Sub-Commission on Human Rights
f. UN Secretary-General
g. UN Commission on Human Rights Special Rapporteur
96
4. Organisasi Internasional Lainnya Other International Organizations
a. ACP-EU Joint Parliamentary Assembly
b. Council of Europe Parliamentary Assembly
c. European Economic Community
d. GCC Supreme Council
e. League of Arab States Council
f. Organization of the Islamic Conference
g. Organisation for the Prohibition of Chemical Weapons
5. Konferensi Internasional International Conferences
a. International Conference of the Red Cross 1965, 1969, 1986
b. Tehran International Conference on Human Rights
92
ICC stands for International Criminal Court
93
ILA stands for International Law Association
94
IHL stands for International Humanitarian Law
95
UNTAET stands for United Nations Transitional Administration in East Timor
96
Special Rapporteur atau pelapor khusus ialah suatu nama yang diberikan kepada seorang individu yang bekerja atas nama berbagai organisasi internasional yang diberi mandat tertentu untuk
menginvestigasi, memantau, serta memberikan saran penyelesaian terhadap permasalahan- permasalahan tertentu di bidang Hak Asai Manusia. Special Rapporteur,
en.wikipedia.orgwikiSpecial_Rapporteur, diakses pada 11 Februari 2014 pukul 07.05 WIB.
Universitas Sumatera Utara
c. Conference of States Parties to the 1925 Geneva Protocol and Other
Interested States d.
Conference of States Parties to the Chemical weapons Convention First Session
6. Badan Internasional dan Peradilan Campuran dan Kuasi Peradilan
International and Mixed Judicial and Quasi-judicial Bodies a.
International Criminal Tribunal for the former Yugoslavia 7.
Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah International Red Cross and Red Crescent Movement
a. ICRC
97
b. Council of Delegates 1987
c. National Society Slovenia
d. National Society Croatia
8. Hal Lainnya Other
a. Thomas and Thomas
b. Robinson
c. International Institute of Humanitarian Law
d. Turku Declaration of Minimum Humanitarian Standards
e. Middle East Watch
f. União Nacional para Independência Total de Angola UNITA
g. United Tajik Opposition
h. Lauterpacht Research Centre for International Law
i. Stockholm International Peace Research Institute SIPRI
j. Bulletin of the Atomic Scientists
k. The CBW Conventions Bulletin
l. Center for Nonproliferation Studies
Adapun berdasarkan serangkaian pengaturan yang memuat tentang larangan penggunaan senjata kimia dalam konflik bersenjata tersebut di atas, akanlah dibahas
secara khusus mengenai Chemical Weapons Convention. Chemical Weapons Convention CWC, yang bernama lengkap Convention
on the Prohibition of the Development, Production, Stockpiling and Use of Chemical Weapons and on their Destruction merupakan suatu perangkat hukum yang dibentuk
oleh Organisation for the Prohibition of Chemical Weapons OPCW, suatu
97
ICRC stands for International Committee of the Red Cross
Universitas Sumatera Utara
organisasi mandiri yang bukan berada di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa. Hubungan antara OPCW dan Perserikatan Bangsa-Bangsa ialah hubungan kerjasama
yang saling menguntungkan yang berkenaan dengan pelarangan penggunaan senjata kimia demi menjaga perdamaian dunia, seperti yang menjadi tujuan daripada
dibentuknya Perserikatan Bangsa-Bangsa
98
CWC merupakan pengaturan yang didasarkan atas Hukum Den Haag, yang berisi 24 Pasal dengan 3 Annex, yakni Annex on Chemicals, Verification Annex, dan
Confidentiality Annex. Hingga saat ini, CWC telah berlaku bagi 190 negara, termasuk di dalamnya Suriah yang baru dinyatakan berlaku pada 14 Oktober 2013.
.
99
Indonesia juga merupakan negara anggota daripada CWC.
100
CWC diratifikasi Indonesia dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1998 tentang Pengesahan Convention on the
Prohibition of the Development, Production, Stockpiling, and Use of Chemical Weapons and on Their Destruction Konvensi Tentang Pelarangan Pengembangan,
Produksi, Penimbunan, dan Penggunaan Senjata Kimia serta Tentang Pemusnahannya.
101
98
Dalam bagian Preamble daripada Chemical Weapons Convention, terlihat bahwa konvensi ini bertujuan untuk turut berkontribusi terhadap perealisasian tujuan dan prinsip-prinsip daripada UN
Charter, terlihat pada bunyi “Desiring to contribute to the realization of the purposes and principles of the Charter of the United Nations. ”
Hingga saat ini, terdapat 6 negara yang merupakan negara bukan
99
OPCW Member States, www.opcw.orgabout-opcwmember-states , diakses pada 10 Februari 2014 pukul 06.25 WIB.
100
Indonesia menandatangani CWC pada 13 Januari 1993, dan meratifikasi CWC dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1998 pada 12 November 1998, dan dinyatakan berlaku pada 12
Desember 1998. Ibid.
101
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1998 tentang Pengesahan Convention on the Prohibition of the Development, Production, Stockpiling, and Use of Chemical Weapons and on Their Destruction
Konvensi Tentang Pelarangan Pengembangan, Produksi, Penimbunan, dan Penggunaan Senjata Kimia serta Tentang Pemusnahannya, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 171, yang
dapat terlihat pada Undang-Undang yang tersebut.
Universitas Sumatera Utara
anggota daripada CWC, diantaranya Israel dan Myanmar yang belum meratifikasi CWC, serta Angola, Mesir, Korea Utara, dan Sudan Selatan yang belum menyetujui
CWC.
102
CWC dinyatakan berlaku atau entry into force pada 29 April 1997
103
Sebelumnya, perlulah dipahami bahwa CWC ini, sesuai dengan namanya, bukanlah suatu konvensi yang mengatur mengenai penggunaan senjata kimia pada
saat terjadi konflik bersenjata, melainkan suatu pengaturan mengenai senjata kimia pada umumnya, yang berarti pada masa damai ataupun pada konflik bersenjata. Hal
tersebut dapat terlihat lebih jelas dalam pengaturannya yang melarang suatu negara untuk mengembangkan, memproduksi, ataupun memperoleh, menyediakan ataupun
mempertahankan senjata kimia, ataupun mengalihkan senjata kimia tersebut kepada siapapun baik secara langsung maupun tidak langsung.
.
104
Lebih lanjut, oleh ketentuan Pasal 1 CWC tersebut, setiap negara anggota adalah dilarang untuk
menggunakan senjata kimia
105
; untuk ikut serta dengan persiapan militer apapun untuk menggunakan senjata kimia
106
102
OPCW Non-Member States,
; untuk membantu, mendukung atau
www.opcw.orgabout-opcwnon-member-states , diakses pada 10 Februari 2014 pukul 07.32 WIB.
103
Chemical Weapons Convention, en.wikipedia.orgwikiChemical_Weapons_Convention, diakses pada 10 Februari 2014 pukul 07.36 WIB.
104
Dapat dilihat pada bunyi Pasal 1a CWC, diantaranya “Each State Party to this Convention undertakes never under any circumstances: a to develop, produce, otherwise acquire,
stockpile or retain chemical weapons, or transfer, directly or indirectly, chemical weapons to anyone;”
105
Pasal 1b CWC, diantaranya “Each State Party to this Convention understakes never under any circumstances: b to use chemical weapons;”
106
Pasal 1c CWC, diantaranya “Each State Party to this Convention understakes never under any circumstances: c to engage in any military preparations to use chemical weapons;”
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan, dengan cara apapun, seseorang untuk ikut serta dalam kegiatan yang dilarang oleh konvensi ini
107
CWC merupakan perangkat hukum yang mengatur mengenai penggunaan senjata kimia. Oleh karena itu, perlulah dilihat lingkup daripada senjata kimia yang
dimaksud di dalam CWC yang terdapat pada Pasal 2 ayat 1 CWC, yakni diantaranya a zat kimia yang beracun beserta turunannya, kecuali zat kimia beracun yang
ditujukan untuk hal-hal yang diizinkan oleh konvensi ini, sepanjang jenis dan jumlahnya sejalan dengan tujuan diizinkannya penggunaan zat kimia beracun
tersebut .
108
; b Mesiu dan senjatanya yang khusus dibuat untuk membunuh ataupun melukai orang lain dengan menggunakan zat kimia beracun yang terdapat pada sub-
bagian a
109
; serta c Alat-alat lainnya yang dibuat khusus untuk digunakan secara langsung dengan penggunaan mesiu dan senjata yang dijelaskan pada sub-bagian
b
110
Pendeskripsian mengenai lingkup senjata kimia atau Chemical Weapons berdasarkan Pasal 1 semata belumlah cukup jelas apabila tidak dideskripsikan
penjelasan lebih lanjut mengenai makna zat kimia yang beracun beserta turunannya .
107
Pasal 1d CWC, diantaranya “Each State Party to this Convention understakes never under any circumstances: d to assist, encourage or induce, in any way, anyone to engage in any
activity prohibited to a State Party under this Convention.”
108
Pasal 2 ayat 1a, yang berbunyi “Toxic chemicals and their precursors, except where intended for purposes not prohibited under this Convention, as long as the types and quantities are
consistent with such purposes;”
109
Pasal 2 ayat 1b, yang berbunyi “Munitions and devices, specifically designed to cause death or other harm through the toxic properties of those toxic chemicals specified in subparagraph
a, which would be released as a result of the employment of such munitions and devices;”
110
Pasal 2 ayat 1c, yang berbunyi “Any equipment specifically designed for use directly in connection with the employment of munitions and devices specified in subparagraph b.”
Universitas Sumatera Utara
atau toxic chemicals and their precursors seperti yang terdapat pada Pasal 2 angka 2 CWC, yakni zat kimia apapun yang melalui reaksi kimianya terhadap proses
kehidupan dapat menyebabkan kematian, cacat semntara, ataupun bahaya permanen bagi manusia atau binatang. Zat kimia yang dimaksud mencakup semua zat kimia
yang demikian, tanpa membedakan asal mula ataupun cara memproduksi, dan tanpa membedakan tempat mereka diproduksi. Zat-zat kimia yang telah teridentifikasi telah
tercantum di dalam Annex on Chemicals.
111
Lebih lanjut, perlu diketahui bahwa tidak semua kegiatan adalah dilarang oleh CWC ini seperti yang telah disinggung pada Pasal 2 ayat 1a CWC. Kegiatan-
kegiatan yang diizinkan oleh CWC diantaranya terdapat pada Pasal 2 ayat 9 CWC, yakni a industri, pertanian, penelitian, medis, farmasi;
112
b perlindungan;
113
c militer yang tidak berhubungan dengan penggunaan senjata kimia dan tidak
bergantung dengan penggunaan zat kimia sebagai salah satu metode berperang;
114
serta d penegakan hukum
115
111
Pasal 2 ayat 2, yang berbunyi “Toxic Chemical means any chemical which through its chemical action on life processes can cause death, temporary incapacitation or permanent harm to
humans or animals. This includes all such chemicals, regardless of their origin or of their method of production, and regardless of whether theey are produced in facilities, in munitions or elsewhere. For
the purpose of implementing this Convention, toxic chemicals which have been identified for the application of verification measures are listed in Schedules contained in the Annex on Chemicals.”
112
Pasal 2 ayat 9a, yang berbunyi “Purposes Not Prohibited Under this Convention means: a Industrial, agricultural, research, medical, pharmaceutical or other peaceful purposes;”
113
Pasal 2 ayat 9b, yang berbunyi “Purposes Not Prohibited Under this Convention means: b Protective purposes, namely those purposes directly related to protection against toxic chemicals
and to protection against chemical weapons;”
114
Pasal 2 ayat 9c, yang berbunyi “Purposes Not Prohibited Under this Convention means: c Military purposes not connected with the use of chemical weapons and not dependent on the use of
the toxic properties of chemical as a method of warfare;”
115
Pasal 2 ayat 9d, yang berbunyi “Purposes Not Prohibited Under this Convention means: d Law enforcement including domestic riot control proposes.”
.
Universitas Sumatera Utara
Berkaitan dengan tuduhan penggunaan senjata kimia yang melibatkan negara bukan anggota daripada CWC, ataupun pada teritorial yang bukan dikuasai oleh
negara anggota, maka berdasarkan Part XIE Annex on Implementation and Verification Verification Annex, dikatakan bahwa OPCW harus bekerjasama dengan
Sekretaris Jendral Perserikatan Bangsa-Bangsa
116
. Adapun berdasarkan ketentuan Pasal 12 ayat 2 CWC diketahui bahwa atas
rekomendasi Dewan Eksekutif, the Conference of the States Parties berhak membatasi atau menangguhkan hak dan hak-hak istimewa negara anggota yang
diberikan oleh konvensi ini. Pembatasan atau penangguhan hak tertentu tersebut dilakukan hingga negara tersebut melakukan tindakan yang diperlukan yang sesuai
dengan kewajibannya menurut konvensi ini. Adapun kewenangan tersebut dapat dilakukan dalam kasus dimana negara anggota telah diminta oleh Dewan Eksekutif
untuk mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki situasi yang menimbulkan masalah yang berkenaan dengan kepatutan, namun negara anggota tersebut gagal
memenuhi permintaan tersebut dalam jangka waktu yang telah diberikan.
116
Part XIE Annex on Implementation and Verification Verification Annex berbunyi “In the case of alleged use of chemical weapons involving a State not Party to this Convention or in
territory not controlled by a State Party, the Organization shall closely cooperate with the Secretary- General of the United Nations…”
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I PENDAHULUAN