Eksekusi Hak Tanggungan Tinjaun Yuridis Tentang Pelaksanaan Lelang Eksekusi Hak Tanggungan (Studi Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Medan)

84 Hak Tanggungan tersebut agar hak atas tanah yang dibelinya itu dibersihkan dari beban Hak Tanggungan; 4 Hapusnya Hak Tanggungan karena hapusnya hak atas tanah yang dibebani Hak Tanggungan tidak menghapuskan utang yang dijaminkan karenanya debitur tetap berkewajiban untuk melunasi sisa uangnya. 70 Accessoir merupakan sifat dari Hak Tanggungan, adanya Hak Tanggungan tergantung pada adanya piutang yang dijamin pelunasannya. Apabila utang tersebut hapus karena pelunasan atau sebab-sebab lain, dengan sendirinya Hak Tanggungan yang bersangkutan menjadi hapus juga. 71

B. Eksekusi Hak Tanggungan

1. Pengertian Eksekusi Menguraikan tentang Eksekusi mau tidak mau harus mempersoalkan tentang alas hak eksekusi itu. Dengan membicarakan hal itu maka harus diuraikan tentang adanya titel eksekutorial, dalam praktek title eksekutorial tersebut sering diartikan dengan judul eksekutorial. Ciri-ciri Hak Tanggungan salah satunya yang dikatakan kuat adalah mudah dan pasti dalam pelaksanaan eksekusinya, jika debitur cedera janji wansprestasi kemudahan dan kepastian pelaksanaan eksekusi tersebut dapat 70 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1996 Tentang UUHT dengan Pasal 18 ayat 1. 71 Rachmadi Usman, Hukum Kebendaan, Jakarta: Sinar Grafika, 2011, hal. 320-321. Universitas Sumatera Utara 85 dilihat dengan disediakannya cara-cara eksekusi yang lebih mudah daripada melalui cara gugatan seperti perkara perdata biasa. Di dalam Hak Tanggungan, hak pemegang Hak Tanggungan untuk dapat melakukan parate executie adalah hak yang diberikan oleh Pasal 6 UUHT No. 4 Tahun 1996, dengan kata lain diperjanjikan atau tidak diperjanjikan, hal itu demi hukum dipunyai oleh pemegang Hak Tanggungan. 72 a. Pendapat M. Yahya Harahap, bahwa eksekusi sebagai tindakan hukum yang dilakukan oleh Pengadilan kepada pihak yang kalah dalam suatu perkara, merupakan aturan dan tata cara lanjutan dari proses pemeriksaan perkara, oleh karena itu eksekusi tidak lain daripada tindakan yang berkesinambungan dan keseluruhan proses hukum antara perdata. Jadi eksekusi merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan tata tertib berita acara yang terkandung dalam HIR atau RBg. Pengertian eksekusi perlu dijelaskan sebelum dijelaskan tentang eksekusi Hak Tanggungan, oleh karena itu maka pengertian eksekusi menurut para ahli hukum menurut literatur seperti di bawah ini: 73 b. Pendapat Soepomo, bahwa hukum eksekusi mengatur cara dan syarat- syarat yang dipakai oleh alat-alat Negara guna membantu pihak yang berkepentingan untuk menjalankan putusan Hakim, apabila yang 72 E. Liliawati Muljono, Tinjauan Yuridis Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Dalam Kaitannya Dengan Pemberian Kredit Oleh Perbankan, Jakarta, Harwarindo, 2003, hal. 43. 73 M. Yahya Harahap, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata,Jakarta, Gramedia, 1988, hal. 1. Universitas Sumatera Utara 86 kalah tidak bersedia dengan sukarela memenuhi putusan yang tidak ditentukan dalam undang-undang. 74 c. Pendapat Ridwan Syahrani, bahwa eksekusipelaksanaan putusan Pengadilan tidak lain adalah realisasi daripada apa yang merupakan kewajiban dari pihak yang dikalahkan untuk memenuhi suatu prestasi yang merupakan hak dari pihak yang dimenangkan, sebagaimana tercantum dalam putusan Pengadilan. 75 d. Pendapat Sudikno Mertokusumo, bahwa pelaksanaan putusan Hakim atau eksekusi pada hakikatnya adalah realisasi daripada kewajiban pihak yang bersangkutan untuk memenuhi prestasi yang tercantum dalam putusan tersebut. 76 Dari beberapa definisi di atas jelaslah bahwa eksekusi merupakan upaya pemenuhan prestasi oleh pihak yang kalah kepada pihak yang menang dalam perkara di Pengadilan dengan melalui kekuasaan Pengadilan, sedangkan hukum eksekusi merupakan hukum yang mengatur hal ihwal pelaksanaan putusan Hakim. Eksekusi dalam hubungannya dengan Hak Tanggungan tidaklah termasuk dalam pengertian apa yang dinamakan eksekusi riil, karena eksekusi riil hanya dilakukan setelah adanya pelelangan. Eksekusi dalam hubungannya dengan Hak Tanggungan bukanlah merupakan eksekusi riil akan tetapi yang 74 Soepomo, Hukum Acara Perdata Pengadilan Negeri, Jakarta, Gita Karya, 1963, hal. 137. 75 Ridwan Syahrani, Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Umum, Jakarta, Pustaka Kartini, 1988, hal. 106. 76 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta, Liberty, 1988, hal. 201. Universitas Sumatera Utara 87 berhubungan dengan penjualan dengan cara lelang objek Hak Tanggungan yang kemudian hasil perolehannya dibayarkan kepada kreditur pemegang Hak Tanggungan, apabila ada sisanya dikembalikan kepada debitur. Eksekusi seringkali merupakan akhir suatu perkara maka masalah eksekusi diatur dalam Hukum Acara Perdata Buku Kedua HIR Herzien Inlandsch Reglement diberi judul mengenai pelaksanaan putusan Pengadilan dan surat perintah serta akta yang dipersamakan dengan suatu putusan Pengadilan, sedang yang dimaksud dengan akta yang mempunyai kekuatan sebagai suatu keputusan Pengadilan adalah Grosse Akta, termasuk Grosse Akta Hypotheek. Sertifikat Hak Tanggungan yang kini merupakan surat jaminan yang mempunyai titel eksekutorial yang juga dikenal dalam sistem Hukum Acara Perdata disamping Grosse dari putusan hakim dan Grosse Akta Pengakuan Hutang, mempunyai kekuatan eksekutorial. 77 2. Eksekusi Hak Tanggungan di dalam Lembaga Keuangan Lembaga Keuangan adalah semua lembaga yang bergerak dibidang keuangan, menarik uang dari dan menyalurkannya ke dalam masyarakat. 78 77 Ngadenan, Eksekusi Hak Tanggungan Sebagai Konsekuensi Jaminan Kredit Untuk Perlindungan Hukum Bagi Kepentingan Kreditur Di Mungkid, Tesis, hal. 58, Maret 2009. 78 M. Marwan dan Jimmy P, Kamus Hukum, Surabaya, Reality Publisher, 2009, hal.404. Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Arieffadillah selaku Kepala Seksi Pelayanan Lelang menjelaskan Lembaga Keuangan memiliki fungsi utama ialah sebagai lembaga yang dapat menghimpun dana nasabah atau Universitas Sumatera Utara 88 masyarakat ataupun sebagai lembaga yang menyalurkan dana pinjaman untuk nasabah atau masyarakat. Di Indonesia Lembaga Keuangan ini dibagi ke dalam 2 kelompok yaitu Lembaga Keuangan Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank selanjutnya disebut sebagai LKBB. a. Lembaga Keuangan Bank Adapun Lembaga Keuangan Bank antara lain: Bank Sentral, Bank Umum, Bank Pengkreditan Rakyat selanjutnya disebut sebagai BPR dll. Berdasarkan kepemilikan modal, Bank di Indonesia dibedakan menjadi 5, yaitu Bank Pemerintah, Bank Swasta Nasional, Bank Swasta Asing, kerja sama Bank Swasta Nasional dan Bank Swasta Asing, dan Bank koperasi. Berdasarkan Pasal 41A Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang menjelaskan bahwa: 1 Untuk penyelesaian piutang bank yang sudah diserahkan kepada Badan Urusan Piutang dan Lelang NegaraPanitia Urusan Piutang Negara, Pimpinan Bank Indonesia memberikan izin kepada pejabat Badan Urusan Piutang dan Lelang NegaraPanitia Urusan Piutang Negara untuk memperoleh keterangan dari bank mengenai simpanan Nasabah Debitur. 2 Izin sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diberikan secara tertulis atas permintaan tertulis dari Kepala Badan Urusan Piutang dan Lelang NegaraKetua Panitia Urusan Piutang Negara. 3 Permintaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 harus menyebutkan nama dan jabatan pejabat Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara Panitia Urusan Piutang Negara, nama Nasabah Debitur yang bersangkutan, dan alasan diperlukannya keterangan. Adapun 2 Bank yang akan dijelaskan Penulis: 1 Bank Pemerintah Universitas Sumatera Utara 89 Bank Pemerintah adalah bank yang dimiliki oleh Pemerintah. Bank Pemerintah dibagi atas Bank Umum, Bank Tabungan, dan Bank Pembangunan. Bapak Arieffadillah selaku Kepala Seksi Pelayanan Lelang menjelaskan bahwa debitur yang wanprestasi atas perbuatannya mengakibatkan piutang macet, Bank Pemerintah dapat menyerahkan penagihan kredit macetnya tersebut kepada Panitia Urusan Piutang Negara yang pelaksanaannya diselenggarakan oleh DJKN dengan kantor operasionalnya yaitu KPKNL sesuai dengan wilayah kewenangannya masing-masing. Lelang eksekusi Hak Tanggungan dilaksanakan atas dasar adanya permohonan dari pihak kreditur karena debitur tidak memenuhi somasi yang diberikan oleh kreditur maka kreditur berhak untuk melakukan lelang eksekusi terhadap jaminan pada perjanjian antara pihak kreditur dan debitur yaitu dengan objek Hak Tanggungan. 2 Bank Swasta Nasional Bank Swasta Nasional adalah bank-bank yang modalnya dimiliki oleh pengusaha nasional Indonesia atau badan-badan hukum yang peserta dan pimpinannya terdiri atas warga negara Indonesia. 79 Bapak Arieffadillah selaku Kepala Seksi Pelayanan Lelang menjelaskan bahwa debitur yang wanprestasi atas perbuatannya mengakibatkan piutang macet dan piutang macet tersebut merupakan 79 Wawancara dengan Narasumber Bapak Arieffadillah., S.E, Kepala Seksi Pelayanan Lelang Medan, Dokumen Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan lelang KPKNKL Medan, [Pada tanggal 23 Juni 2016, Pukul: 09.00]. Universitas Sumatera Utara 90 tagihan dari Bank Swasta atau perorangan, termasuk badan hukum Swasta maka penagihannya dilakukan melalui Pengadilan Negeri. Kredit yang diberikan oleh Bank-Bank Swasta hampir selalu dijamin dengan Hak Tanggungan. Apabila debitur ingkar janji dalam hal kredit dijamin dengan Hak Tanggungan dan jalan damai tidak berhasil ditempuh maka, Bank dapat memperoleh uangnya kembali dengan membawa sertifikat Hak Tanggungan yang memakai irah-irah “ Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” dan dapat langsung mengajukan permohonan eksekusi kepada Ketua Pengadilan Negeri di wilayah objek Hak Tanggungan terletak. Berdasarkan penjelasan Bapak Arieffadillah di atas tersebut maka penjualan wajib dilakukan melalui pelelangan umum yang dilaksanakan oleh Kantor Lelang perlu diketahui dalam melaksanakan penjualan objek Hak Tanggungan tersebut yang berhak mengambil pelunasan penjualan objek Hak Tanggungan tersebut serta yang mengambil pelunasan piutangnya tersebut diberikan kewenangan istimewa kepada Kreditur pemegang Hak Tanggungan yang disebut “Droit de preference” yaitu Hak mendahului yang dimiliki kreditur atas benda-benda tertentu yang dijaminkan pada kreditur tersebut. Atas hasil penjualan benda-benda tersebut, kreditur berhak mendapatkan pelunasan utang debitur terlebih dahulu dan “Droit de suite” yaitu hak suatu kebendaan seseorang yang berhak terhadap benda itu, mempunyai kekuasaanwewenang untuk Universitas Sumatera Utara 91 mempertahankan atau menggugat bendanya dari tangan siapapun juga atau dimanapun benda itu berada. Sehubungan dengan keterangan di atas, maka pelaksanaan eksekusi lelang hak tanggungan untuk Bank Pemerintah dan Bank Swasta tetap yang melaksanakan pelelangan yaitu KPKNL dengan ketentuan: dilaksanakan di muka umum, didahului dengan pengumuman lelang dan dilaksanakan di hadapan Pejabat Lelang. Karena Bank Pemerintah dan Bank Swasta sama-sama berasal dari Lembang Keuangan Bank. b. Lembaga Keuangan Bukan Bank LKBB LKBB adalah lembaga atau badan yang melakukan kegiatan di bidang keuangan yang secara langsung atau tidak langsung menghimpun dana dengan jalan mengeluarkan surat berharga dan menyalurkannya ke dalam masyarakat guna membiayai investasi perusahaan-perusahaan. 80 1 Koperasi Simpan Pinjam. Macam-macam LKBB: 2 Perum Pegadaian selanjutnya disebut sebagai Perum Pegadaian. 3 Perusahaan Asuransi. 4 Dana Pensiun yaitu perusahaan yang mengelola dana pensiun adalah P.T. Taspen Tabungan Asuransi Pensiunan . Salah satu macam dari LKBB yang dijelaskan Bapak Arieffadillah selaku Kepala Seksi Pelayanan Lelang ialah Pegadaian. Perum Pegadaian merupakan perusahaan umum milik pemerintah yang tujuannya 80 M. Marwan dan Jimmy P, Loc.Cit, hal. 404. Universitas Sumatera Utara 92 memberikan pinjaman kepada perseorangan atau golongan ekonomi lemah. Pinjaman yang diberikan oleh Perum Pegadaian didasarkan pada nilai barang jaminannya. Bapak Arieffadillah selaku Kepala Seksi Pelayanan Lelang menjelaskan dalam memberikan kreditnya, pegadaian tidak memerhatikan penggunaan uang tersebut. Pinjaman dapat digunakan untuk usaha perdagangan, industri rumah tangga dan bahkan untuk keperluan konsumsi. Jaminan kredit dapat berupa benda-benda bergerak dan tidak bergerak. Jaminan tersebut diserahkan oleh peminjam untuk dikuasai pemberi kredit tanpa akta notaris. Apabila peminjam terlambat melunasi pinjamannya maka ia dikenai peringatan dan diberi kesempatan 20 dua puluh hari untuk melunasi pinjamannya. Jika ternyata tetap tidak dapat melunasi barulah barang jaminannya dilelang. Di dalam praktiknya, penerima gadai tidak memberikan teguran kepada debitur yang lalai melaksanakan kewajibannya. Ketentuan ini hanya berlaku terhadap benda gadai yang nilainya kecil. Jika benda gadai nilainya besar maka pihak penerima gadai akan memberikan satu kali somasi kepada pihak debitur yang lalai. Apabila pihak debitur tidak melunasi juga maka penerima gadai dapat melakukan pelelangan terhadap objek gadai. Pelaksanaan lelang pegadaian sepenuhnya menjadi tanggung jawab pihak Pegadaian karena pihak Pegadaian memiliki hak untuk menjual barang yang akan dilelang dengan kekuasaan sendiri tanpa title Universitas Sumatera Utara 93 eksekutorial yang disebut Parate Eksekusi. Hal ini berarti pihak Pegadaian selaku pelaksana lelang tidak memerlukan perantara Pengadilan, tidak memerlukan bantuan juru sita dan pelaksanaannya tidak dilakukan oleh pihak KPKNL. Dengan demikian pelelangan Pegadai dilaksanakan dihadapan Pegawai lelang yang ditunjuk oleh negara yang berwenang melaksanakan pelelangan yaitu Pegawai Perum Pegadaian. Mekanisme penjualan barang gadai dilakukan di hadapan umum menurut kebiasaan setempat dengan persyaratan yang telah ditentukan. Untuk barang-barang dagangan atau efek maka penjualan dapat dilakukan di tempat itu juga, asalkan dengan perantara 2 dua orang makelar yang ahli dalam bidang tersebut. Jika nilai jual jaminan lebih tinggi daripada nilai utang, kelebihannya dikembalikan kepada pihak pemberi gadai. 81 3. Cara Pelaksanaan Eksekusi Hak Tanggungan Eksekusi Hak Tanggungan diatur dalam Pasal 20 UUHT No. 4 Tahun 1996. Sesuai dengan ciri Hak Tanggungan sebagai lembaga hak jaminan atas tanah yang kuat, yaitu mudah dan pasti dalam pelaksanaannya, maka cara penjualan objek Hak Tanggungan disederhanakan. Apabila debitur cedera janji, maka berdasarkan Pasal 20 UUHT No. 4 Tahun 1996: a. Hak pemegang Hak Tanggungan pertama untuk menjual objek Hak Tanggungan jika debitur cedera janji. 81 Wawancara dengan Narasumber Bapak Arieffadillah., S.E, Kepala Seksi Pelayanan Lelang Medan, Dokumen Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan lelang KPKNKL Medan, [Pada tanggal 23 Juni 2016, Pukul: 09.00]. Universitas Sumatera Utara 94 b. Titel eksekutorial yang terdapat dalam sertifikat Hak Tanggungan memuat irah-irah “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA” dan objek Hak Tanggungan dijual melalui pelelangan umum menurut tata cara yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan untuk pelunasan piutang pemegang Hak Tanggungan dengan hak mendahului daripada kreditur-kreditur lainnya. c. Atas kesepakatan pemberi dan pemegang Hak Tanggungan, penjualan objek Hak Tanggungan dapat dilaksanakan di bawah tangan jika dengan demikian itu akan dapat diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan semua pihak. d. Pelaksanaan penjualan, hanya dapat dilakukan setelah lewat waktu 1 satu bulan sejak diberitahukan secara tertulis oleh pemberi danatau pemegang Hak Tanggungan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan diumumkan sedikit-dikitnya dalam 2 dua surat kabar yang beredar di daerah yang bersangkutan danatau media massa setempat, serta tidak ada pihak yang menyatakan keberatan. e. Setiap janji untuk melaksanakan eksekusi Hak Tanggungan dengan cara yang bertentangan akan batal demi hukum. f. Sampai saat pengumuman untuk lelang dikeluarkan, penjualan dapat dihindarkan dengan pelunasan utang yang dijamin dengan Hak Universitas Sumatera Utara 95 Tanggungan itu beserta biaya-biaya eksekusi yang telah dikeluarkan. 82 Pasal 20 UUHT No. 4 Tahun 1996 merupakan perwujudan dari kemudahan yang disediakan oleh UUHT No. 4 Tahun 1996 bagi para kreditur pemegang Hak Tanggungan dalam hal harus dilakukan eksekusi terhadap objek Hak Tanggungan. Cara penjualan objek Hak Tanggungan terdapat dua macam yaitu: a. Melalui pelelangan umum menurut tata cara yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan. b. Penjualan di bawah tangan. Eksekusi pada prinsipnya harus dilaksanakan dengan melalui pelelangan umum karena dengan cara ini diharapkan diperoleh harga yang paling tinggi untuk objek Hak Tanggungan. Kreditur berhak mengambil pelunasan piutang yang dijamin dari hasil penjualan objek Hak Tanggungan. Dalam hal hasil penjualan itu lebih besar daripada piutang tersebut yang setinggi-tingginya sebesar nilai tanggungan, sisanya menjadi hak pemberi Hak Tanggungan. Hapusnya Hak Tanggungan karena peristiwa-peristiwa sebagaimana dimaksud di atas, maka demi ketertiban administrasi dilakukan pencoretan catatan atau roya Hak Tanggungan. Hal mana tidak mempunyai pengaruh hukum terhadap Hak Tanggungan yang bersangkutan yang sudah dihapus. 82 Lihat, Pasal 20 UUHT No. 4 Tahun 1996. Universitas Sumatera Utara 96 Mengenai Pencoretan Hak Tanggungan diatur dalam Pasal 22 UUHT No. 4 Tahun 1996. Adapun pengaturan mengenai pencoretan Hak Tanggunan ini ialah: 1 Setelah Hak Tanggungan hapus, Kantor Pertanahan mencoret catatan Hak Tanggungan tersebut pada buku tanah hak atas tanah dan sertifikatnya. 2 Dengan hapusnya Hak Tanggungan, sertifikat Hak Tanggungan yang bersangkutan ditarik dan bersama-sama buku tanah Hak Tanggungan dinyatakan tidak berlaku lagi oleh Kantor Pertanahan. 3 Apabila sertifikat karena sesuatu sebab tidak dikembalikan kepada Kantor Pertanahan, hal tersebut dicatat pada buku tanah Hak Tanggungan. 4 Permohonan pencoretan diajukan oleh pihak yang berkepentingan dengan melampirkan sertifikat Hak Tanggungan yang telah diberi catatan oleh kreditur bahwa Hak Tanggungan hapus karena piutang yang dijamin pelunasannya dengan Hak Tanggungan itu sudah lunas, atau pernyataan tertulis dari kreditur bahwa Hak Tanggungan telah hapus karena piutang yang dijamin pelunasannya dengan Hak Tanggungan itu telah lunas atau karena kreditur melepaskan Hak Tanggungan yang bersangkutan. 5 Apabila kreditur tidak bersedia memberikan pernyataan bahwa Hak Tanggungan hapus karena piutang yang dijamin pelunasan dengan Hak Tanggungan itu sudah lunas, maka pihak yang berkepentingan dapat mengajukan permohonan perintah pencoretan tersebut kepada Ketua Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat Hak Tanggungan yang bersangkutan didaftar. 6 Apabila permohonan perintah pencoretan timbul dari sengketa yang sedang diperiksa oleh Pengadilan Negeri lain, permohonan tersebut harus diajukan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang memeriksa perkara yang bersangkutan. 7 Permohonan pencoretann catatan Hak Tanggungan berdasarkan perintah Pengadilan Negeri, diajukan kepada Kepala Kantor Pertanahan dengan melampirkan salinan penetapan atau putusan Pengadilan Negeri yang bersangkutan. 8 Kantor Pertanahan melakukan pencoretan catatan Hak Tanggungan menurut tata cara yang ditentukan dalam peraturan perundang- undangan yang berlaku dalam waktu 7 tujuh hari kerja terhitung sejak diterimanya permohonan. 9 Apabila pelunasan utang dilakukan dengan cara angsuran maka hapusnya Hak Tanggungan pada bagian objek Hak Tanggungan yang bersangkutan dicatat pada buku tanah dan sertifikat Hak Tanggungan Universitas Sumatera Utara 97 serta pada buku tanah dan sertifikat hak atas tanah yang telah bebas dari Hak Tanggungan yang semula membebaninya. Pasal 20 UUHT No. 4 Tahun 1996 mengatur bahwa setelah Hak Tanggungan hapus, Kantor Pertanahan mencoret catatan Hak Tanggungan tersebut pada buku tanah hak atas tanah dan sertifikatnya. Permohonan pencoretan Hak Tanggungan diajukan oleh pihak yang berkepentingan dengan melampirkan: a. Sertifikat Hak Tanggungan yang telah diberi catatan oleh kreditur bahwa Hak Tanggungan hapus karena piutang yang dijamin pelunasannya dengan Hak Tanggungan itu sudah lunas. b. Pernyataan tertulis dari kreditur bahwa Hak Tanggungan telah hapus karena piutang yang dijamin pelunasannya dengan Hak Tanggungan itu telah lunas atau karena kreditur melepaskan Hak Tanggungan yang bersangkutan. 83 83 Rachmadi Usman, Op. Cit, 2011, hal. 322-323. Universitas Sumatera Utara 98 BAB IV PELAKSANAAN LELANG EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN DI KANTOR PELAYANAN KEKAYAAN NEGARA DAN LELANG KPKNL MEDAN

A. Profil Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang KPKNL Medan

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Frekuensi Pelaksanaan Lelang Atas Hak Tanggungan Dari Kreditur Perbankan di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Medan

8 140 218

Hambatan-Hambatan Dalam Pelaksanaan Lelang Atas Jaminan Hutang Kebendaan Yang Diikat Dengan Hak Tanggungan (Penelitian Pada Kantor Pelayanan Piutang Dan Lelang Negara (Kp2ln) Medan), 2003

0 22 231

LELANG EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN DENGAN KREDITUR BANK PEMERINTAH DI KANTOR PELAYANAN KEKAYAAN NEGARA DAN LELANG(KPKNL) SEMARANG

6 85 94

PELAKSANAAN PEMBATALAN LELANG EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN KARENA PELUNASAN UTANG DI KANTOR PELAYANAN KEKAYAAN NEGARA DAN LELANG BUKITTINGGI.

0 0 6

Tinjaun Yuridis Tentang Pelaksanaan Lelang Eksekusi Hak Tanggungan (Studi Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Medan)

0 0 11

Tinjaun Yuridis Tentang Pelaksanaan Lelang Eksekusi Hak Tanggungan (Studi Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Medan)

0 1 1

Tinjaun Yuridis Tentang Pelaksanaan Lelang Eksekusi Hak Tanggungan (Studi Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Medan)

0 0 14

Tinjaun Yuridis Tentang Pelaksanaan Lelang Eksekusi Hak Tanggungan (Studi Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Medan)

0 1 49

Tinjaun Yuridis Tentang Pelaksanaan Lelang Eksekusi Hak Tanggungan (Studi Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Medan)

0 0 5

PELAKSANAAN LELANG PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN OLEH KANTOR PELAYANAN KEKAYAAN NEGARA DAN LELANG (KPKNL) SEMARANG - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 2