dalam sinkronisasi antara siklus hidup dengan perubahan lingkungan abiotik, waktu kawin, fenologi tanaman inang, dan faktor lainnya Herlina, 2008.
Jika berat akhir larva juga berat dewasa tereduksi hingga berada di bawah berat ideal, maka ada kemungkinan terjadi gangguan pada proses
reproduksi ketika dewasa. Nilai GR dipengaruhi oleh beberapa interaksi yaitu nilai laju konsumsi CR, perkiraan pencernaan AD, dan nilai efisiensi konversi
makanan yang dicerna ECD Slansky dan Scriber, 1985.
Efisiensi konversi dari makanan yang dicerna ECD merupakan nilai yang mengukur proporsi dari asimilasi nutrisi yang dimanfaatkan untuk pertumbuhan.
Nilai ini dipengaruhi oleh faktor-faktor berupa laju metabolisme, defisiensi vitamin, dan ketidakseimbangan nutrisi lainnya Waldbauer dan Friedman, 1991.
Menurut Slansky dan Scriber 1985 menuliskan bahwa nilai ECD akan menggambarkan proporsi dari asimilasi makanan antara produksi biomassa dan
nilai respirasi serta faktor-faktor lain yang diperkirakan dapat mempengaruhi nilai ECD termasuk jumlah dan laju metabolisme yang berhubungan dengan 1 laju
pertumbuhan dan lamanya perkembangan, 2 taraf penyimpanan makanan terhadap pertumbuhan, 3 katabolisme dari kelebihan nutrisi, 4 produksi,
pemeliharaan dan penggunaan enzim detoksifikasi, 5 produksi air metabolik dan panas metabolik, dan aktivitas metabolik lainnya, disamping aktivitas tingkah
laku seperti makan, berlari, merayap, terbang Slansky dan Scriber, 1985.
2.3. Tanaman Murbei Morus cathayana
Tanaman Murbei berasal dari Cina, tumbuh baik pada ketinggian lebih dari 100 m
diatas permukaan laut dan memerlukan cukup sinar matahari. Tanaman murbei berbentuk perdu, tingginya mencapai 5
–6 m. Di Indonesia terdapat sekitar 100 varietas murbei. Beberapa varietas tanaman murbei yang tumbuh dan berkembang
dan mempunyai percabangan banyak. Daun tunggal, letak berseling dan bertangkai dengan panjang 1-4 cm. Helai daun bulat telur, berjari atau berbentuk
jantung, ujung runcing, tepi bergerigi dan warnanya hijau. Bunga majemuk bentuk
Universitas Sumatera Utara
tandan, keluar dari ketiak daun, warnanya putih. Ukuran dan bentuk buah tergantung kepada jenis murbei. Warna buah ada yang putih, putih kemerahan,
ungu atau ungu tua sampai hitam. Di India utara murbei dibiarkan tumbuh sebagai pohon di belakang rumah dengan tujuan untuk buah yang enak dan harum
Pudjiono Septina 2008. Tanaman murbei disamping sebagai pakan ulat sutera juga sebagai
tanaman konservasi tanah dan penghijauan. Tanaman ini sudah lama dikenal di Indonesia dan mempunyai banyak nama antara lain : Besaran Jawa Tengah dan
Jawa Timur, Kertu Sumatra Utara, Gertu Sulawesi Kitaoc Sumatra Selatan, Kitau Lampung, Ambatuah Tanah Karo, Moerbei Belanda, Mulberry
Inggris, Gelsa Italia dan Murles Perancis.
Gambar 3. Murbei Morus cathayana a. Diberi pupuk dan b. Tanpa pupuk Klasifikasi daun murbei menurut De Pradua, L S, et al., 1999 adalah sebagai
berikut: Kingdom
: Plantae Divisi
: Spermatophyta Subdivisi
: Angiospermae Class
: Dicotyledoneae Ordo
: Urticales Famili
: Moraceae Genus
: Morus Spesies
: Morus cathayana
A
B
Universitas Sumatera Utara
Perkembangan murbei biasanya melalui biji dan stek. Biji berkecambah selama 9-14 hari tergantung pada musim. Perbanyakan vegetatif pada tanaman
murbei lebih banyak dilakukan untuk memperbanyak bibit tanaman murbei. Cara yang biasa dilakukan adalah dengan stek. Stek diambil dari tanaman induk yang
unggul dan berumur sekitar 12-20 bulan dengan pertumbuhan yang bagus, bebas hama penyakit, batang tegak, produksi daun tinggi, serta ukuran daun lebar-lebar.
Tanam murbei paling ideal ditaman pada ketinggian 400-800 m di atas permukaan laut. Dengan daerah yang mempunyai temperature rata-rata 21-23°C sangat cocok
untuk murbei. Tanah sebaiknya memiliki pH di atas 6, teksturnya gembur, ketebalan lapisan paling tidak 50 cm. tanah yang subur tentu akan memberikan
dukungan pertumbuhan yang baik. Walaupun begitu, tanah yang kurang subur bisa dibantu dengan dosis pemupukan yang tepat Subandy, 2008.
Berdasarkan penelitian Samsijah dan Kusumaputra 1975, mengenai pengaruh pemberian pakan pada ulat kecil dan ulat besar dengan jenis daun yang
berbeda M. multicaulis, M. alba, dan M. cathayana terhadap pemeliharaan daun dan mutu kokon, diperoleh hasil bahwa M. alba memiliki kadar protein tertinggi
pada daun muda 18,66 dan tua 17,59. Daun yang memilki kandungan karbohidrat tertinggi sebanyak 56,18 pada daun muda dan 63,14 pada daun
tua dimiliki oleh M. cathayana. Pemberian pakan M .alba pada ulat kecil dan M. multicaulis pada ulat besar dapat meningkatkan mutu kokon yang cukup baik.
2.4. Pemupukan