31
shire Inggris, dianggap sebagai orang pertama menemukan profesi Travel Agent sebagai salah satu cabang usaha seperti yang kita kenal sekarang. Setelah melihat
dan mempelajari perkembangan transportasi yang semakin lengkap fasilitasnya, ditambah banyaknya hotel yang didirikan, maka secara iseng-iseng ia
merencanakan suatu perjalanan wisata dengan kereta api. Tour yang paling bersejarah yang pernah diselenggarakannya yaitu A Round Trip Excursion antara
kota Leincester dan Lougborough dengan biaya 1 shiling setiap orang pada tanggal 5 juli 1841. Di luar dugaan pengikut tour tersebut mencapai jumlah lebih
kurang 500 orang. Dengan kepintarannya, ia kemudian mencarter kereta api untuk keperluan tour tersebut. Tour yang diselenggarakannya itu mendapat sambutan
hangat sehingga usahanya itu dianggap sebagai pengatur perjalanan yang terorganisasi pertama di dunia. Dengan dibukanya kantor Cook’s Travel Agent di
London pada tahun 1868 maka ia menjadi orang pertama yang ditunjuk sebagai agen dari banyak perusahaan pengangkutan, termasuk agen kapal laut.
2.4 Klasifikasi Motif Wisata
Untuk mengadakan klasifikasi motif wisata harus diketahui semua atau setidak-tidaknya semua jenis motif wisata. Akan tetapi tidak ada kepastian apakah
semua jenis motif wisata telah atau dapat diketahui. Tidak ada kepastian bahwa apa yang dapat diduga dapat menjadi motif wisata atau terungkap dalam
penelitian-penelitian motivasi wisata motivation research itu sudah meliputi semua kemungkinan motif perjalanan wisata. Pada hakikatnya motif orang untuk
mengadakan perjalanan wisata itu tidak terbatas dan tidak dapat dibatasi.
Universitas Sumatera Utara
32
Dalam buku Tourism, Principles, Practises, Philosophies, 1972:52, dalam Yoeti, 1996: 36-47 McIntosh mengklasifikasikan motif-motif wisata yang
dapat diduga menjadi 4 kelompok, yaitu: 1.
Motif fisik, yaitu moif-motif yang berhubungan dengan kebutuhan badaniah, seperti olahraga, istirahat, kesehatan, dan sebagainya;
2. Motif budaya, yang harus diperhatikan di sini adalah yang bersifat
budaya seperti sekedar untuk mengenal atau memahami tata cara dan kebudayaan bangsa atau daerah lain: kebiasaannya, kehidupannya
sehari-hari, kebudayaannya yang berupa bangunan, music, tarian dan sebagainya;
3. Motif Interpersonal, yang berhubungan dengan keinginan untuk
bertemu dengan keluarga, teman, tetangga, atau sekedar dapat melihat tokoh-tokoh terkenal: penyanyi, penari, bintang film, tokoh politik dan
sebagainya; 4.
Motif status atau motif prestise. Banyak orang beranggapan bahwa orang yang pernah mengunjungi tempat lain itu dengan sendirinya
melebihi sesamanya yang tidak bepergian. Orang yang pernah bepergian ke daerah-daerah lain dianggap atau merasa dengan
sendirinya naik gengsinya atau statusnya. Klasifikasi McIntosh tersebut sudah tentu dapat disubklasifikasikan
menjadi kelompok-kelompok motif yang lebih kecil. Motif-motif yang lebih kecil itu digunakan untuk menentukan tipe perjalanan wisata. Misalnya, tipe wisata
rekreasi, wisata olahraga, wisata ziarah, kesehatan. Di bawah ini tercantum
Universitas Sumatera Utara
33
sejumlah subkelas motif wisata serta tipe wisatanya yang sering disebut sebagai berikut:
a. Motif bersenang-senang atau tamasya
b. Motif rekreasi
c. Motif kebudayaan
d. Wisata olahraga
e. Wisata bisnis
f. Wisata konvensi
g. Motif spiritual
h. Motif interpersonal
i. Motif kesehatan
j. Wisata sosial
2.5 Bangunan-Bangunan Bersejarah dan Pariwisata Budaya