Potensi Bangunan Bersejarah Istana Maimon Sebagai Aset Pariwisata di Kota Medan

52 Kesimpulannya, perdagangan tembakau Deli di kota Medan semakin maju sejak pemerintahan Raja Sultan Deli IX dan menjadi bagian dari sejarah berdirinya Istana Maimon juga, karena berkat izinnya Nienhuys, seorang pengusaha asal Belanda mendirikan usaha tembakau. Pendirian usaha tembakau ini adalah cikal bakal berkembangnya kota Medan dan menjadi faktor penyebab kedatangan bangsa-bangsa asing Cina, India Tamil, Belanda ke wilayah Medan. Sehingga, bangunan bersejarah Istana Maimon termasuk salah satu objek dan daya tarik wisata terfavorit di kota Medan, juga menjadi bukti bahwa Istana Maimon merupakan sejarah dari awal berkembangnya perkebunan tembakau Deli yaitu dapat dilihat adanya ornament-ornamen daun tembakau di bagian bangunan Istana Maimon. Oleh karena hal itulah masyarakat lokal maupun wisatawan mancanegara banyak ingin tahu akan kaitannya sejarah berdirinya Istana Maimon dengan kota Medan.

4.3 Potensi Bangunan Bersejarah Istana Maimon Sebagai Aset Pariwisata di Kota Medan

4.3.1 Sejarah berdirinya Istana Maimon Istana Maimon dibangun pada tahun 1888 di bawah pemerintahan Sultan Mahmud Perkasa Alamsyah dari Kesultanan Deli. Kesultanan Deli merupakan nama sebuah kerajaan melayu di daerah pesisir barat Sumatera Utara yang bercorak Islam. Nama deli diketahui keberadaan dengan jelas setelah tercantum dalam daghregister VOC pada April 1641. Saat itu belum diberitahukan bahwa Deli telah menjadi sebuah kesultanan. Penyebutan Deli hanya sebagai nama suatu Universitas Sumatera Utara 53 daerah. Pada Daghregister VOC Mei 1644, pemberitaan mengenai Deli kembali muncul. Pada pemberitaan ini, tercantum istilah penguasa Deli yang bergelar Panglima Deli. Pada Daghregister VOC 1667 baru disebutkan adanya keinginan dari Deli untuk melepaskan diri dari kesultanan Aceh. Dari pemberitaan ini, dapat disimpulkan bahwa hingga tahun 1667, Deli masih merupakan sebuah kawasan yang berada di bawah kekuasaan Kesultanan aceh. Kemudian, sejak masa pendiriannya, kesultanan Deli beberapa kali mengalami perpindahan pusat pemerintahan. Awal mulanya pada abad ke 16 berdiri sebuah kerajaan yang bernama Kerajaan Aru terletak di daerah Sungai Lalang Delitua sekarang. Pada tahun 1612, Kerajaan Aru ini ditaklukkan oleh pasukan kerajaan Aceh, dibawah pimpinan Panglima Hisyamuddin seorang turunan dari Zulkarnaeni Bahasid Syekh Batraluddin Hindustan dan negeri Shindi Hindustan. Menurut cerita masyarakat, Panglima Hisyamuddin yang ditunjuk untuk memimpin perang melawan kerajaan Aru pada akhirnya ia diangkat oleh Sultan Iskandar Muda dari kerajaan Aceh sebagai wakil kerajaan untuk daerah Sumatera Timur yang berkedudukan di sungai Lalang, karena ia dapat memenangkan perang tersebut sehingga ia diberi gelar yaitu Panglima Gocah Pahlawan. Kemudian Beliau mendirikan Kerajaan Deli pertama disana, pada tahun 1632 di daerah sungai Lalang tersebut yang sekarang dikenal dengan Deli Tua, maka dari itulah mengapa ada kaitannya Deli Tua dengan Putri Hijau. Kaitannya karena menurut cerita masyarakat, Putri Hijau tersebut berasal dari Kerajaan Aru yang Universitas Sumatera Utara 54 telah ditaklukkan oleh pasukan Kerajaan Aceh di bawah pimpinan Panglima Hisyamuddin yaitu Raja Sultan Deli I. Setelah itu Tuanku Panglima Gocah Pahlawan, Beliau mangkat pada tahun 1669, dimakamkan di Desa Lantasan Lama, Kec. Patumbak, Kab. Deli Serdang. Kemudian dilanjutkan pada Putra Sulung dari RajaSultan Deli I yaitu Tuanku Panglima Parunggit. Beliau memindahkan pusat keraajaan ke daerah Padang Datar Kota Medan sekarang, tepatnya di daerah “Kesawan”. Kemudian Beliau mangkat pada tahun 1698, dimakamkan di Jalan Balai Kota Medan. Setelah itu dilanjutkan pada Putra Sulung dari RajaSultan Deli II yaitu Tuanku Panglima Padrar, Beliau memindahkan pusat kerajaan ke daerah Pulo Brayan sekarang, dan Beliau mangkat pada tahun 1728, diamakamkan di Jalan Yos Sudarso Brayan. Setelah itu dilanjutkan pada Putra Sulung dari RajaSultan Deli III yaitu Tuanku Panglima Pasutan, Beliau memindahkan pusat kerajaan ke Labuhan Deli dan mangkat pada tahun 1761, dimakamkan di Jalan Yos Sudarso Km 12. Setelah itu Kerajaan Deli dilanjutkan pada Putra Sulung dari RajaSultan Deli IV yaitu Tuanku Panglima Gandar Wahid, Beliau mangkat pada tahun 1805 dan Kerajaan Deli masih berdiri kokoh di daerah Labuhan Deli. Beliau dimakamkan di Jalan Yos Sudarso Km 15 Komplek Mesjid Raya Al Osman I. Setelah itu dilanjutkan pada Putra Ketiga dari RajaSultan Deli V yaitu Sulthan Amaluddin Mangedar Alam, Beliau memerintah sampai tahun1850 pada masa pemerintahannya hubungan dan pengaruh Kerajaan Siak lebih kuat dari Universitas Sumatera Utara 55 Kerajaan Aceh, hal ini ditandai dengan pemberian gelar Kesulthanan kepada Kerajaan Deli. Beliau dimakamkan di Jalan Yos Sudarso Km 15 Komplek Mesjid Raya Al Osman I. Setelah itu dilanjutkan pada Putra Sulung dari RajaSultan Deli VI yaitu Sulthan Osman Perkasa Alam, Beliau mangkat pada tahun 1858 dan Kerajaan Deli masih berdiri kokoh di daerah Labuhan Deli. Beliau mendapat pengesahan dari Kerajaan Aceh, bahwa Kesultanan Deli merupakan daerah yang berdiri sendiri yang ditandai dengan diberikannya pedang Bawar dan Cap Sembilan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi pengaruh Kerajaan Siak di Kesultanan Negeri Deli ini. Beliau dimakamkan di Jalan Yos Sudarso Km 15 Komplek Mesjid Raya Al Osman I. Setelah itu dilanjutkan pada Putra Sulung dari RajaSultan Deli VII yaitu Sulthan Mahmud Al Rasyid Perkasa Alamsyah, Beliau mangkat pada tahun 1873, pada masa itu Sulthan mulai menjalin hubungan dengan pemerintah Belanda, hal ini ditandai dengan kerjasama pembukaan lahan tembakau di daerah Kerajaan Deli. Beliau dimakamkan di Jalan Yos Sudarso Km 15 Komplek Mesjid Raya Al Osman I. Setelah itu dilanjutkan pada Putra Sulung dari RajaSultan Deli VIII yaitu Sulthan Ma’mun Al Rasyid Perkasa Alamsyah, Beliau mangkat pada tahun 1924. Beliau memindahkan pusat kerajaan ke Medan dan mendirikan Istana Maimon pada tanggal 26 agustus 1888 yang diresmikan pada tanggal 18 mei 1891, dan di arsiteki oleh seseorang berkebangsaan Belanda yang bernama Kapten Teodore Universitas Sumatera Utara 56 Van Erp. Kemudian Beliau dimakamkan di Jalan Mesjid Raya Komplek Mesjid Raya Al Mashun Medan. Setelah itu dilanjutkan pada Putra Sulung dari RajaSultan Deli IX yaitu Sulthan Amaluddin Al Sani Perkasa Alamsyah, Beliau mangkat pada tahun 1945. Pada masa pemerintahannya hubungan dagang dengan luar negeri dan kerajaan- kerajaan lainnya di nusantara terjalin dengan baik. Hal ini ditandai dengan pengembangan pelabuhan laut. Dengan diplokamirkannya kemerdekaan RI pada tanggal 17 agustus 1945, pemerintah Kesulthanan Deli mengakui kedaulatan Negara Republik Indonesia dan kedudukan Sulthan-sulthan selanjutnya menjadi penguasa tertinggi Adat Istiadat dan kebudayaan Melayu Deli. Kemudian Beliau dimakamkan di Jalan Mesjid Raya Komplek Mesjid Raya Al Mashun Medan. Setelah itu dilanjutkan pada Putra Sulung dari RajaSultan Deli X yaitu Sulthan Osman Al Sani Perkasa Alam, Beliau mangkat pada tahun 1967, dimakamkan di Jalan Mesjid Raya Komplek Mesjid Raya Al Mashun Medan. Setelah itu dilanjutkan pada Putra Sulung dari RajaSultan Deli XI yaitu Sulthan Azmi Perkasa Alam, Beliau mangkat pada tahun 1998, dimakamkan di Jalan Mesjid Raya Komplek Mesjid Raya Al Mashun Medan. Setelah itu dilanjutkan pada Putra Sulung dari RajaSultan Deli XII yaitu Sulthan Otteman Mahmud Perkasa Alam, Beliau mangkat pada tahun 2005, dimakamkan di Jalan Mesjid Raya Komplek Mesjid Raya Al Mashun Medan. Setelah itu dilanjutkan pada Putra Sulung dari RajaSultan Deli XII yaitu Sulthan Mahmud Arya Lamantjiji Perkasa Alam, Beliau menjadi penguasa dari Universitas Sumatera Utara 57 tahun 2005 sampai sekarang. Inilah turunan Raja-raja Deli sepanjang yang diketahui sesudah Proklamasi 1945 Kesultanan Deli yang tidak pernah diakui oleh Pemerintah RI dan tidak pula pernah secara hukum di hapuskan. sumber : hasil wawancara dengan Bapak T. Moharsyah Nazmi, pada 20 november 2013. Pada tanggal 3 maret 1946 di daerah Sumatera Timur, terjadi sebuah peristiwa yang dinamakan “revolusi sosial” al: Sinar, t.th; Reid, 1987, said, 1973. Pada hari itu, terjadi pembantaian terhadap Sulthan dan Bangsawan- bangsawan penguasa di daerah Sumatera Timur yang dilakukan oleh pemuda- pemuda radikal yang berbeda di dalam tubuh gerakan Persatoean Perdjoeangan. Tujuan gerakan itu adalah untuk menjatuhkan kekuasaan Sulthan-sulthan agar terciptanya suatu pemerintahan rakyat Reid, 1987: 366-367. Gerakan revolusi sosial ini terjadi hamper di seluruh wilayah Sumatera yang dikuasai oleh Raja atau Sultan, termasuk Aceh, Karo, Tapanuli, dan Riau. Sasaran utama adalah Sultan atau Raja yang dianggap pro-Belanda, namun pada kenyataannya banyak penyimpangan yang terjadi saat gerakan ini berlangsung. Ketika tragedi tersebut berlangsung, Sultan Deli meminta pertolongan dari pasukan Inggris yang saat itu menguasai kota Medan. Pasukan Inggris ini kemudian bekerja sama dengan pasukan Istana sehingga Sultan Deli dan Istana Maimon dapat diselamatkan. Namun, pemuda-pemuda tersebut berhasil membakar seluruh kota Maksum termasuk Istana Putri Sultan Deli Kota Maksum. Selanjutnya, keluarga-keluarga Sultan Deli yang masih selamat mengungsi ke Istana Maimon Sinar, t.th: 504. Universitas Sumatera Utara 58 Sejak tahun 1946, sebagian keluarga besar Kesultanan tinggal menetap si Istana Maimon hingga saat ini. 4.3.2 Sumber Daya Budaya Bangunan Bersejarah Istana Maimon Dilihat Dari Bentuk Arsitektur Bangunannya Istana Maimon yang didirikan dengan biaya FI. 100.000 dengan arsitek seorang tentara KNIL yang bernama Kapten Th. Van Erp, Th. Van pernah menjabat sebagai Kepala Commissie in Nederlandsch Indie voor Oudheidkundig Onderzoek op Java en Madoera, yaitu lembaga yang menangani kepurbakalaan di Jawa dan Madura pada masa Kolonial. Pada tahun 1905-1911, Theo Van Erp menjadi pimpinan kegiatan Restorasi Borobudur. Restorasi ini merupakan restorasi Borobudur yang pertama JICA, 1979: 73. Bangunan Istana Maimon didesain meniru berbagai gaya yaitu gaya tradisional istana-istana Melayu yang memanjang di depan dan bertingkat dua juga pola India Islam Moghul dan yang diambil dari Eropa. Bangunan bersejarah Istana Maimon sebagai pusaka budaya dan termasuk juga dalam Benda Cagar Budaya, karena gaya bangunan arsitekturnya perpaduan 2 kultur budaya yaitu kultur budaya timur dan barat yang digabungkan. Menyangkut budaya timur yaitu bangunan ini bercirikan Melayu dikombinasikan budaya timurnya ada gaya Arab, Persia, Mongol dan budaya Eropa Barat. Bangunan ini dapat diperhatikan dari gaya Eropanya dilihat dari ada pilar-pilarnya, bangunannya seperti bangunan Eropa yang ada di daerah tropis yang menciptakan plavon-plavon yang tinggi, Universitas Sumatera Utara 59 pintu-pintu yang besar, jendela-jendela yang besar, hal ini guna menciptakan sirkulasi udara seperti bangunan yang ada di daerah tropis Negara Eropa. Begitu juga di dalam ukiran-ukiran terutama di ruang Balairung Sri bercampur baur. Ukiran-ukiran Melayu tradisional dapat kita lihat pada “Pagar Tringgalum”, pinggiran atas lespfank dengan bentuk “pucuk rebung” yang terkenal, dinding sebelah atasnya dengan bentuk “Awan Boyan”, langit-langit dengan Kubisme gaya India Islam. Adapun tahta singgasana baru didirikan di zaman pemerintahan Sulthan Amaluddin Sani Perkasa Alamsyah, karena dari salah satu gambar lama masa Sulthan Ma’mun Alrasyid memerintah, singgasananya berbentuk lain. Pada tahta yang ada sekarang dapat dilihat ukiran Foliage dan bunga corak ukiran Melayu yaitu “Bunga Tembakau”, ukiran atas depan “Awan Boyan, samping atas bulatan bunga matahari. Karena hal inilah yang menjadi sumber daya budaya dari bangunan bersejarah Istana Maimon. Berikut berbagai unsur bangunan bersejarah Istana Maimon, sumber: http:lib.ui.ac.idfile?file=digital20310018-S43020-Penilaian20cagar.pdf diakses 24 oktober 2014: 1. Pondasi Pondasi yang digunakan pada bangunan Istana Maimon adalah pondasi masif. Hal ini berbeda dengan rumah panggung yang umumnya digunakan pada bangunan tradisional melayu. Walaupun sudah menggunakan pondasi masif, namun penggunaan ruang istana masih dipengaruhi kebiasaan rumah tradisional melayu. Hal ini didasarkan Universitas Sumatera Utara 60 pada keletakan ruang jamuan istana, tetap berada di lantai 2. Sedangkan lantai 1 justru digunakan sebagai penjara dan gudang. 2. Lantai Bangunan Istana Maimon terdiri dari tiga tingkat dan memiliki tiga jenis lantai yang dibagi menurut bahan pembuatnya. Lantai jenis pertama terbuat dari batu yang dilapisi pasir dan semen. Lantai dari jenis ini digunakan untuk menutupi seluruh lantai 1 bangunan. Lantai yang terbuat dari semen ini berwarna abu-abu gelap. Lantai jenis kedua, terbuat dari bahan marmer. Lantai jenis ini digunakan pada bangunan utama lantai dua. Gambar-gambar yang digunakan untuk membentuk motif marmer adalah gabungan bentuk geometris dan bentuk tanaman yang sudah dibentuk sedemikian rupa atau dalam seni rupa Islam disebut dengan arabesque. Hal ini dipengaruhi dengan kuatnya pengaruh Islam pada budaya melayu, sehingga motif-motif berbentuk manusia dan hewan tidak diizinkan untuk digambarkan. Lantai jenis ketiga, terbuat dari bahan kayu yang dicat dengan warna coklat kemerah-merahan. Lantai jenis ini terdapat di seluruh teras beratap bangunan lantai 2, dan seluruh lantai bangunan tingkat ketiga. Terdapat lima jenis motif marmer yang digunakan, empat motif merupakan jenis motif bersambung sedangkan satu jenis lagi merupakan marmer bermotif polos. Marmer bermotif polos, digunakan untuk melapisi tangga utama. Universitas Sumatera Utara 61 Tangga utama ini berada tepat di depan bangunan utama. Keempat motif lain akan dijelaskan sebagai berikut: Motif marmer pertama dihias dengan bentuk sulur yang saling membelit. Bagian atas dan bawah sulur diberi masing-masing sepasang garis merah dan biru yang sejajar. Untuk menciptakan pola dari motif ini adalah dengan cara menyambung motif sebelumnya, dengan motif sama yang sudah dibalikkan 180 derajat, demikian seterusnya. Pola ini cocok digunakan sebagai pembatas karena sifat polanya yang memanjang. Untuk selanjutnya motif ini dinamakan motif sulur. Marmer sulur dapat ditemukan di balairung, di daerah yang dekat pintu- pintu keluar. Motif marmer kedua dihias dengan bentuk dua kelopak bunga berwarna emas yang terpotong. Ruang kosong diantara kelopak tersebut bagian diberi hiasan daun-daun kecil berwarna biru. Untuk menciptakan pola dari motif ini adalah dengan menyambung empat motif untuk menciptakan satu bunga utuh. Caranya adalah dengan memutar motif selanjutnya 90 derajat searah jaruh jam. Untuk selanjutnya motif ini dinamakan motif kelopak bunga. Marmer motif kelopak bunga dapat ditemukan di balairung, di daerah yang dekat dengan pintu- pintu keluar. Motif marmer ketiga dihias dengan 3 bentuk seperempat lingkaran yang disusun melebar dengan pusatnya terletak di sudut marmer. Lingkaran yang terletak ditengah kemudian ditumpuk dengan bentuk geometris belah ketupat. Sebuah garis panjang yang menghubungkan lingkaran dalam lingkaran terluar memotong ketiga lingkaran itu tepat di tengah-tengah. Untuk menciptakan pola Universitas Sumatera Utara 62 dari motif ini, cara yang dilakukan sama dengan cara motif kedua, yaitu dengan menyambung 4 motif secara terpusat untuk menciptakan satu lingkaran utuh. Untuk selanjutnya motif ini dinamakan lingkaran lidah api. Marmer motif ini digunakan untuk menutupi lantai pada ruang penghubung antara ruang jamuan dan balairung. Motif marmer keempat dihias dengan 4 bentuk seperempat oktagonal, 2 bentuk bintang, 2 bentuk lingkaran, dan 2 bentuk oktagonal bergerigi, yang disusun sedemikian rupa sehingga apalagi 4 marmer motifnya disusun akan membentuk 3 bentuk oktagonal yang saling bertumpuk, yang dikelilingi 4 bentuk bintang. Untuk menciptakan pola dari motif ini, cara yang dilakukan sama dengan cara pada marmer motif kedua dan ketiga, yaitu dengan menyambung 4 motif secara terpusat untuk menciptakan satu bentuk oktagonal utuh. Untuk selanjutnya motif ini dinamakan motif oktagonal. Motif oktagonal ini digunakan untuk melapisi seluruh lantai pada teras utama di lantai dua. 3. Dinding Menutur Dictionary of Architecture and Building construction yang diterbitkan oleh Architectural Press, dinding adalah konstruksi vertikal yang berfungsi membagi atau menutup ruang di dalam bangunan. Dinding bangunan Istana Maimon memiliki tinggi 3,5 meter. Dinding pada bangunan lantai 1 dan bangunan induk lantai 2 terbuat dari tembok. Namun pada bangunan sayap kiri dan kanan lantai 2, dinding terbuat dari bahan kayu. Universitas Sumatera Utara 63 Seluruh dinding luar bangunan lantai 1 dicat dengan menggunakan warna putih polos, sedangkan dinding luar bangunan lantai 2 dicat dengan menggunakan dua warna, kuning pada bagian bawah, dan putih pada bagian atas. Batas antara warna kuning dan putih pada dinding diberi hiasan motif tanaman tembakau berwarna kuning. Motif yang sama juga ditemukan menghiasi kapital pilaster yang terdapat di ruang balairung Istana. Namun motif tersebut sudah diberi warna dan bentuk yang lebih kaya. Sisi timur depan bangunan Istana, dikelilingi barisan tiang dan lengkungan atau yang disebut juga sebagai arcade. Sisi luar arcade di lantai 1 dilapis dengan cat berwarna hijau tua, sedangkan sisi luar arcade di lantai 2 dilapis dengan cat berwarna kuning terang. Motif yang berbeda ditemukan di arcade terdepan yang berada tepat di depan tangga utama timur. Sisi luar bagian atas arcade dihias dengan motif belah ketupat, yang ditumpuk dengan motif bungan 8 kelopak, dan ditumpuk lagi dengan bentuk bintang 8 arah yang hampir membulat. Adapun warna dasar motif tersebut tetap berwarna hijau tua. Seluruh dinding dalam bangunan lantai 1 dicat dengan menggunakan warna putih polos, sedangkan dinding dalam bangunan lantai 2 dicat dengan beberapa warna dan motif. Pola hiasan seluruh dinding dapat dijabarkan sebagai berikut: motif pertama berukuran 50 cm dan berada di bagian bawah dinding, motif kedua adalah cat kuning polos berukuran tinggi 1 meter. Kedua motif tersebut dipisahkan kayu yang sudah dibentuk dan dicat dengan tinggi sekitar 7,5 cm. Motif ketiga adalah motif semut beriring. Motif ini berukuran tinggi 7,5 cm, dan menghias dinding bagian atas di seluruh bagian dalam bangunan 1, kecuali Universitas Sumatera Utara 64 ruangan yang terletak di sisi luar arcade dalam. Motif keempat adalah motif tanaman tembakau setinggi 20 cm. Motif kelima mulai digunakan diatas motif tanaman tembakau hingga ke dinding bagian atas. Selain bentuk tanaman tembakau dan semut beriring, bentuk lain yang banyak digunakan untuk menghiasi dinding bangunan adalah bentuk kelopak bunga, sulur, sangkar, dan oktagonal. 4. Jendela Bangunan Istana Maimon memiliki 39 jendela dengan pembagian pada bangunan induk lantai 1 terdapat 13 jendela, bangunan induk lantai 2 terdapat 10 jendela, 8 jendela masing-masing terdapat di bangunan sayap kiri dan kanan. 5. Pintu Menutur Dictionary of Architecture and Building construction yang diterbitkan oleh Architectural Press, pintu adalah bukaan pada dinding yang memiliki bagian yang dapat ditarik, didorong atau digeser, yang memungkinkan akses dari satu ruang ke yang lain. 6. Ventilasi Ventilasi atau lubang angin yang digunakan pada bangunan istana terdiri dari 5 tipe: 1. Tipe 1, bingkainya berbentuk kipas dengan lubang angin berbentuk seperti kelopak bunga yang sempit. Universitas Sumatera Utara 65 2. Tipe 2 bingkainya juga berbentuk kipas namun lubang anginnya berbentuk seperempat lingkaran yang diisi dengan kisi-kisi kayu. 3. Tipe 3, bingkainya berbentuk persegi panjang dengan lubang angin berbentuk persegi panjang yang ujung-ujungnya membulat 4. Tipe 4, bingkainya berbentuk persegi panjang dengan lubang angin berbentuk persegi panjang. 5. Tipe 5, bingkainya berbentuk persegi panjang dengan lubang angin berbentuk lingkaran-lingkaran yang salin bersinggungan. Motif lubang angin ini disebut dengan nama motif kawung. 6. Tipe 6, bingkainya berbentuk lengkungan dengan angin berbentuk bintang sepuluh. 7. Pagar Langkan balustrade Pagar langkan atau balustrade adalah pagar yang berfungsi untuk membatasi teras atau balkon pada bangunan bertingkat. Pada bangunan Istana Maimon terdapat 4 tipe pagar langkan, yaitu pertama seperti huruf kapital Y yang sambung-menyambung; kedua seperti belati yang saling berhadapan; ketiga tersusun dari bentuk setengah lingkaran, persegi panjang lingkaran penuh, persegi panjang dan setengah lingkaran; keempat susunan dari bentuk geometris oval, belah ketupat yang dibentuk menjadi pola berulang. Universitas Sumatera Utara 66 8. Tangga Terdapat 2 jenis pagar di Istana Maimon menurut bahan pembuatannya. Tangga pertama adalah tangga semen yang dilapisi marmer. Tangga ini menjadi penghubung antara halaman depan dan teras lantai 2. Jenis tangga kedua adlah yang berbahan kayu. Tangga ini terletak di empat tempat. Satu berada di teras belakang dekat bangunan sayap kiri, satu berada di belakang bangunan sayap kiri, satu tangga kayu berada di sebelah kamar jamuan, dan tangga kayu terakhir berada di bangunan sayap kanan. Baik tangga kayu dan batu memiliki bentuk yang relatif sama, hanya saja lebar tangga kayu lebih sempit dibandingkan tangga batu. Apabila pembatas tangga batu adalah dinding dan pagar langkan, maka tangga kayu memiliki bentuk pembatas sendiri. Pembatas tersebut berupa susunan kayu-kayu lonjong yang bagian tengahnya dibentuk. Kayu-kayu lonjong tersebut saling dihubungkan dengan papan yang dibentuk sedemikian rupa agar nyaman untuk dipegang. 9. Arcade Arcade adalah sebuah lengkungan yang saling menyambung yang dinaikkan dengan kolom atau pilar. Sebuah jalan yang ditutupi dengan lengkungan di satu sisi atau kedua sisi. Ada lengkungan yang berbentuk tapal kuda, berbentuk setengah lingkaran, berbentuk setengah lingkaran bergerigi, dan berbentuk lengkungan membulat di bagian bawahnya. Universitas Sumatera Utara 67 10. Pilaster Pilaster adalah Dekoratif fitur yang mengimitasi pilar namun sebenarnya bukan struktur penyangga, memiliki dasar, shaft, dan capital bagian-bagian dari sebuah kolom dan kemungkinan dibangun sebagai proyeksi dari dinding tersebut. 11. Langit-langit Pada bangunan Istana Maimon, terdapat dua jenis langit-langit apabila dilihat dari bahan baku yang digunakan. 1. Langit-langit berbahan kayu 2. Langit-langit berbahan tembok 12. Atap Atap adalah bangunan yang berfungsi menutupi bagian sisi atas bangunan. Atap bangunan Istana Maimon berbentuk limasan dan kubah. Atap kubah jumlahnya ada tiga dan terletak di sisi timur Istana. Sedangkan bagian lain, ditutupi dengan atas limasan. Bahan yang digunakan untuk membentuk kubah adalah kayu, sedangkan atap limasan terbuat dari ijuk atau sirap. Atap bangunan di sisi barat atau belakang terbuat dari seng. Ujung-ujung atap yang menutupi teras, dihias dengan bentuk gantungan atap pucuk rebung. Ujung atap kubah, dihias dengan motif gantungan yang berbentuk seperti salib. Sedangkan ujung atap limasan dihias dengan motif Universitas Sumatera Utara 68 gantungan atap yang bentuknya seperti sarang lebah. Berikut contoh gambar di dalam balirung Istana Maimon: Gambar 4.1 Gambar 4.2 Menurut pengkategorian cagar budaya yang disebutkan dalam UU No. 11 tahun 2010, Istana Maimon dapat dikategorikan sebagai bangunan cagar budaya yang hanya terdiri dari satu bangunan atau dapat disebut juga sebagai bangunan tunggal. Adapun fungsi dari situs ini pada masa lalu adalah sebagai bangunan pusat pemerintahan. Berdasarkan wujudnya, Istana Maimon dikategorikan sebagai cultural tangible heritage atau warisan dunia buatan manusia kebudayaan yang memiliki wujud. Namun selain mewakili cultural tangible heritage, Istana Maimon sebenarnya juga menjadi pusat pemeliharaan budaya tak wujud melayu. Hal ini didasarkan pada kegiatan kebudayaan yang dilakukan setiap tahun di Istana ini. Universitas Sumatera Utara 69 4.3.3 Atraksi Drama Tarian Melayu oleh Sanggar Tari Sri Indra Ratu di Istana Maimon Tari Tiga Serangkai adalah salah satu peninggalan budaya dari Kesultanan Deli yang dilestarikan hingga kini. Didalam tari tiga serangkai ini terdapat 3 tari masing masing diawali dengan Kuala Deli lenggang patah sembilan dilanjutkan dengan Tari Mak Inang Pulau Kampai dan diakhiri dengan Tari Serampang XII. Tari tiga serangkai menggambarkan awal perkenalan sepasang muda-mudi melayu yang ramah dan bersahabat tari Kuala Deli, kemudian dilanjutkan dengan pertunangannya ditamsilkan denga Tari Mak Inang Pulau Kampai tentu diakhir dengan pernikahanperkawinan ditamsilkan dengan tari Serampang XII. Tari ini diciptakan oleh Alm. Sayuti serta dikembangkan oleh Alm. T.Syita Saritsa salah seorang keluarga Istana Maimun dengan sanggar tarinya yang bernama Sri Indra ratu. Berikut hasil dokumentasi yang diambil di Istana Maimon: Gambar 4.3 Universitas Sumatera Utara 70 Gambar 4.4 Gambar 4.5 Universitas Sumatera Utara 71

BAB V PENUTUP