Pemeriksaan langsung Pembiakan atau kultur

6. Otomikosis Otomikosis adalah infeksi jamur kronik atau subakut pada liang telinga luar dan lubang telinga luar, yang ditandai dengan inflamasi eksudatif dan gatal. Penyebab utamanya adalah jamur-jamur kontaminan, misalnya Aspergilus, Penisilium, dan Mukor Budimulja, 2011.

2.5. Jamur Kontaminan

2.5.1. Aspergillus sp.

Aspergillus sp. sangat umum dijumpai di dalam maupun di luar ruangan, sehingga kebanyakan orang menghirup spora jamur setiap hari. Menghirup spora Aspergillus sp. tidak berbahaya pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang sehat. Namun, bagi orang yang sistem kekebalannya melemah, menghirup spora Aspergillus sp. dapat menyebabkan infeksi di paru-paru atau sinusitis. Ada sekitar 180 spesies Aspergillus, tetapi yang diketahui dapat menyebabkan infeksi pada manusia kurang dari 40 spesies. Aspergillus fumigatus adalah spesies yang paling sering menginfeksi manusia CDC, 2016.

2.5.2. Penicillium

Penicillium adalah salah satu jamur yang dapat dijumpai diberagam habitat seperti tanah, udara, lingkungan dalam ruangan dan berbagai produk makanan Visagie et al. 2014. Penicillium marneffei adalah satu-satunya spesies dari genus Penicillium yang dapat menginfeksi manusia, dan sering menjadi infeksi penyerta pasa pasien HIV Cao et al, 2011.

2.6. Penegakan Diagnosis

Selain dari gejala-gejala khas setiap jamur, diagnosis suatu penyakit jamur harus dibantu pemeriksaan laboratorium, yaitu:

2.6.1. Pemeriksaan langsung

Untuk melihat apakah ada infeksi jamur perlu dibuat preparat langsung dari kerokan kulit, rambut, atau kuku. Sediaan dituangi larutan KOH 10-40 dengan maksud melarutkan keratin kulit atau kuku sehingga akan tinggal kelompok hifa. Sesudah 15 menit atau sesudah dipanasi di atas api kecil, jangan Universitas Sumatera Utara sampai menguap, dilihat di bawah mikroskop, dimulai dengan pembesaran 10 kali Siregar, 2005. Adanya elemen jamur tampak berupa benang-benang bersifat kontur ganda. Selain itu, tampak juga bintik spora berupa bola kecil sebesar 1-3 mikrometer Siregar, 2005. Bahan-bahan yang diperlukan untuk diperiksa didapat dari Siregar, 2005: 1. Kulit Bahan diambil dan dipilih dari bagian lesi yang aktif, yaitu daerah pinggir. Terlebih dahulu dibersihkan dengan alkohol 70 lalu dikerok dengan skalpel sehingga memperoleh skuama yang cukup. Letakan di atas gelas objek, lalu dituangi dengan KOH 10. 2. Rambut Rambut yang dipilih adalah rambut yang terputus-putus atau rambut yang warnanya tak mengilat lagi, tuangi KOH 20, lihat adanya infeksi endotrik atau ektotrik. 3. Kuku Bahan yang diambil adalah masa detritus dari bawah kuku yang sudah rusak atau dari bahan kukunya sendiri, selanjutnya dituangi dengan KOH 20-40 dan dilihat di bawah mikroskop, dicari hifa atau spora. Dengan preparat langsung ini, sebenarnya diagnosis suatu dermatomikosis sudah dapat ditegakkan. Penentuan etiologi spesies diperlukan untuk keperluan penentuan prognosis, kemajuan terapi dan epidemiologis Siregar, 2005.

2.6.2. Pembiakan atau kultur

Pembiakan dilakukan dalam media agar saboroud pada suhu kamar 25- 30ºC, kemudian dalam satu minggu dilihat dan dinilai apakah ada perubahan atau pertumbuhan jamur. Faktor pH juga berperan untuk pertumbuhan jamur, pH yang optimal sekitar 5,6. Sedangkan bakteri tidak dapat tumbuh pada pembenihan agar saboroud. Untuk mencegah tumbuhnya jamur kontaminansaprofit dapat ditambahkan antibiotik sikloheksimid pada agar saboroud Kumala, 2009. Universitas Sumatera Utara Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah Siregar, 2005: 1. Bentuk koloni a. Koloni ragi Makroskopis tampak bundar, lunak, atau lembek dengan permukaan halus atau rata n mengkilat, tidak berpigmen, warna kekuningan, seperti koloni bakteri. Bila diperiksa secara mikroskopis hanya didapati sel-sel ragi yang berupa sel yang bulat dan tampak seolah- olah mempunyai dua dinding dan kadang-ada tunas satu tunas besar dengan tunas bola yang kecil yang disebut BUDDING, misalnya pada kandida. b. Koloni menyerupai ragi Secara makroskopis tampak lembek, permukaan halus, mengkilat, dan warnanya putih kekuningan. Secara mikroskopis tampak sebagai sel tunggal dan kadang-kadang tampak miselium semu sel-sel panjang, tetapi tidak khas dan tidak bersekat. Juga ada sel yang berbentuk bulat dan kadang-kadang ada yang bertunas. c. Koloni filamen Secara makroskopis tampak seperti kapas berupa benang halus, permukaan dan pinggir tidak rata, dan menonjol di atas permukaan media. Mikroskopis tampak sebagai hifa sejati, yaitu benang-benang yang bersifat kontur ganda, berinti dan mempunyai sekat, misalnya: trichophyton, microsporum dan epidermopiton. Kadang-kadang tampak bentuk campuran, yaitu pembiakan pada temperatur 37ºC dapat menghasilkan koloni ragi, tetapi pada temperatur kamar akan menghasilkan koloni filamen, misalnya sporotrikosis. 2. Bentuk hifa Bentuk hifa ini dapat dibedakan dalam beberapa jenis, yaitu: a. Menurut fungsinya hifa dibagi menjadi hifa vegetatif yaitu hifa yang berfungsi untuk perkembangan dan mengambil makanan dan hifa reproduktif yaitu hifa dikhususkan untuk membentuk atau memperbanyak diri dengan spora. Universitas Sumatera Utara b. Menurut jenisnya hifa bibagi menjadi hifa berseptum dan hifa tidak berseptum sunositik. 3. Bentuk spora Bentuk spora dapat dibagi menjadi: a. Spora seksual yaitu spora yang dibentuk dalam suatu organ khusus yang sebelumnya terjadi penggabungan dari dua hifa b. Spora aseksual yaitu spora yang langsung dibentuk oleh hifa tanpa melalui penggabungan dari hifa-hifa reproduktif.

2.6.3. Reaksi imunologis alergi