tidak terdapat perbedaan. Pada tabel 8 terlihat bahwa p data yang lebih kecil dari 0,05 terdapat pada hubungan data dengan semua konsentrasi mulai dari 100, 50,
25, 12,5 hingga 6,25.
5.3 Kadar Hambat Minimal KHM
Kadar hambat minimum KHM yaitu konsentrasi terendah dimana tidak ada pertumbuhan bakteri yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri 50 setelah
diinkubasi 24 jampengukuran dengan metode dilusi. Konsentrasi antimikroba terendah dimana masih ada pertumbahan bakteri dan tidak semua mati yaitu di dapat
pada konsentrasi 6,25.
5.3 Kadar Bunuh Minimal KBM
Kadar bunuh minimum KBM yaitu konsentrasi terendah yang dapat membunuh pertumbuhan bakteri pada media MHA. Pada metode dilusi nilai KBM
dipastikan dengan melakukan subkultur dari tabung untuk media padat. Konsentrasi antimikroba terendah dimana tidak ada pembentukan koloni dari bakteri yang di uji
yaitu pada konsentrasi 12,5. Dilanjutkan dengan metode difusi untuk memastikan kadar bunuh minimal bakteri dengan konsentrasi terendah pada 12,5
memperlihatkan adanya zona bening yang berarti bakteri pada sekitar blankdisk 100 mati.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 PEMBAHASAN
Penelitian eksperimental laboratorium secara in vitro mengenai esktrak etanol daun Afrika terhadap Streptococcus mutans dilakukan untuk membuktikan bahwa
ekstrak etanol daun Afrika memiliki efek antibakteri dalam menghambat dan membunuh pertumbuhan Streptococcus mutans. Penelitian ini dimulai dengan
melakukan identifikasi terhadap daun Afrika yang akan digunakan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI. Dari hasil identifikasi diperoleh bahwa daun Afrika
merupakan salah satu jenis tumbuhan Vernonia sp dengan suku composite. Setelah dilakukan pengidentifikasian dilanjutkan dengan pembuatan ekstrak daun Afrika
dengan 350 gram serbuk simplisia daun Afrika yang dilarutkan dengan pelarutkan etanol 70 etanol hingga diperoleh hasil ekstrak etanol daun Afrika sebanyak 135
gram yang diperkirakan cukup sebagai bahan coba dalam pengujian aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus mutans.Uji aktivitas antibakteri pada dasarnya
dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode dilusi dan difusi. Pada penelitian ini dilakukan pengujian aktivitas antibakteri ekstrak etanol
daun Afrika terhadap streptococcus mutans dengan menggunakan metode dilusi yaitu metode pengenceran ganda dari konsentrasi awal sehingga konsentrasi yang didapat
adalah setengah dari konsentrasi awal. Konsentrasi yang digunakan dimulai dari konsentrasi terbesar yaitu 100, 50, 25, 12,5, 6,25 dan terakhir konsentrasi
3,125. Setiap bahan coba dilakukan replikasi sebanyak 4 kali agar diperoleh hasil yang lebih akurat dan mengetahui berapa rata-rata jumlah bakteri yang tumbuh pada
ekstrak daun Afrika dalam berbagai konsentrasi karena pada konsentrasi yang sama belum tentu jumlah koloni bakteri yang tumbuh juga sama.Penetapan konsentrasi
tersebut berdasarkan pada standart laboratorium mikrobiologi Fakultas kedokteran USU. Pengujian antibakteri ini menggunakan media MHB Mueller Hinton Broth
yang merupakan media standart yang digunakan untuk menguji bakteri pada metode dilusi.MHB memiliki pH, konsentrasi kation dan kandungan thymidine yang
Universitas Sumatera Utara
terkontrol dengan baik dan memberikan pertumbuhan yang baik pada berbagai jenis mikroorganisme.
Metode dilusi dilakukan dengan cara mengambil 1 ml suspensi bakteri yang telah dipersiapkan sebelumnya dengan mengunakan mikropipet lalu dimasukkan ke
dalam sederet tabung reaksi dengan berbagai konsentrasi bahan coba daun Afrika yang telah diberi label konsentrasi yang berbeda, kemudian divortek dan diinkubasi
37ÂșC selama 24 jam dan diamati kekeruhan yang terjadi dengan membandingkan tabung-tabung tersebut dengan kontrol untuk menentukan nilai KHM Kadar Hambat
Minimal. Hasil pengamatan menunjukakan bahwa tidak dapat dilihat secara makroskopik dari hasil biakan pada daun afrika tidak menunjukan kejernihan di
karenakan warna ekstrak pekat. Setelah itu dilanjutkan dengan menyemaikan hasil dari tabung dengan
berbagai konsetrasi tersebut ke media agar padat. Setelah itu diinkubasi 24 jam lalu dapat dilihat secara visual pembentukan koloni bakteri yang tumbuh pada konsentrasi
tertentu. Metode dilusi media padat ini yang menunjukan hasil pertumbuhan bakteri yang berbeda disetiap konsentrasi dan untuk memastikannya dilakukan perhitungan
koloni serial dilusi. Maka dari itu di dapatkan pada penelitian ini nilai KBM secara dilusi diperoleh pada konsentrasi 12,5 dimana pada konsentrasi tersebut tidak
dijumpai pertumbuhan bakteri dan nilai KHM yaitu pada konsentasi 6,25 dimana pada konsentrasi tersebut adalah konsentrasi terendah dengan masih adanya
pertumbuhan bakteri yang tidak semuanya mati pada media padat. Dilanjutkan dengan media agar padat juga pada konsentrasi 6,25 adalah konsentrasi yang masih
terlihat pertumbuhan koloni bakteri dan dengan metode perhitungan bakteri serial dilusi memperlihatkan pertumbuhan bakteri pada nilai 10,5.10
6
. Pengujian antibakteri selanjutnya yaitu dilakukan dengan metode difusi untuk
melihat zona hambat bakteri dan membuktikan bahwa bakteri tersebut dapat menghambat ataupun membunuh bakteri. Dengan cara media padat yang sebelumnya
telah di inokulasi dengan Streptococcus mutans yang akan dites diletakkan blank disk yang berisi bahan coba ekstrak etanol daun Afrika lalu diinkubasi selama 24 jam
Universitas Sumatera Utara
setelah itu dilakukan pengukuran zona inhibisi yang jernih disekitar blank disk tersebut sebagai hasil pembuktian kalau hasil pemeriksaan yang terdapat zona bening.
secara difusi nilai KBM pada konsentrasi 12,5 dimana zona bening dari konsentrasi terendah dengan diameter lebih luas yang berarti konsentrasi tersebut tidak terdapat
pertumbuhan bakteridan KHM pada konsentrasi 6,25 dimana konsentrasi tersebut konsentrasi terendah yang masih terdapat zona bening.
Berdasarkan hasil penelitian, maka hipotesis ini diterima yaitu ada efek antibakteri ekstrak daun Afrika Vernonia amygdalina terhadap Streptococcus
mutans dengan metode dilusi nilai KHM 6,25 dan KBM 12,5. Pada Pengujian dengan metode dilusi dan difusi terdapat zona hambat yang berbeda pada setiap
konsentrasi yang kemudian dianalisi dengan uji statistik Kruskal-Wallis dan uji Mann-Whitney.
Pada hasil uji statistik Kruskal-Wallis terlihat bahwa nilai signifikansi 0,000. Nilai tersebut lebih kecil dari standar nilai signifikansi yaitu 0,05 sehingga
membuktikan bahwa data-data zona hambat bakteri dari tiap konsentrasi mempunyai perbedaan secara dilusi maupun difusi. Pada uji statistik lanjutan Mann-Whitney
secara uji difusi menunjukkan bahwa data nilai p lebih kecil dari 0,05 terdapat pada hubungan data dengan berbagai konsentrasi mulai dari 100, 50, 25, 12,5
hingga 6,25 yang berarti terdapat signifikansi antara konsentrasi 100 dengan 50, 25 12,5 dan 6,25 lalu 50 dengan 100, 50, 25, 12,5 dan 6,25
hingga konsentrasi 6,25 terhadap 100, 50, 25, 12,5 dan 6,25 konsentrasi zona hambat esktrak etanol daun Afrika Vernonia amygdalina terhadap
Streptococcus mutans. Namun berdasarkan uji statistik lanjutan Mann-Whitney secara uji dilusi singnifikasinya hanya terdapat pada konsentrasi 6,25 dan kontrol +
dengan konsentrasi 100 dan konsentrasi 6,25 dengan kontrol positif. Penelitian mengenangi Streptococcus mutan sudah banyak dilakukan terhadap
beberapa ekstrak diantaranya menurut Wardani A 2012, penggunaan larutan ekstrak siwak dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans dengan metode dilusi
dan data diperoleh secara visual pada konsentrasi 50 paling efektif dalam menghambat pertumbuhan Strptococcus mutans.
37
Penelitian lain tentang
Universitas Sumatera Utara
Streptococcus mutan dengan ekstrak daun salam dilakukan oleh Ramadhania Q 2014 menyatakan dengan metode difusi Hasil ekstrak etanol daun salam Eugenia
polyantha W konsentrasi 5, 10, 20, 40, 80 dan 100 mempunyai daya antibakteri yang efektif terhadap Streptococcus mutans.
38
Penelitian ekstrak etanol daun Afrika di Nigeria juga telah dilakukan dengan metode difusi mengujikannya kepada bakteri Streptococcus mutans dan
Staphylococcus aurens oleh Anibijuwon et al 2012, menjunjukan nilai KHM pada konsentrasi 30 mgml atau setara dengan 3 dan KBM pada konsentrasi 50mgml
setara dengan 5. sedangkan pada Staphylococcus aurens menunjukan nilai KHM pada konsentrasi 45 mgml setara dengan 4,5 dan nilai KBM pada konsentrasi
125mgml setara dengan 12,5.
20
Penelitian lain terhadap beberapa bakteri juga telah dilakukan oleh Tula et al 2012, menyatakan ekstrak etanol daun Afrika Vernonia
amygdalina memiliki daya antibakteri terhadap Shigella sp, Staphylococcus aureus, Salmonella thypi, Escherichia coli, Proteus mirabilis, Klebsiella pneumonia,
Pseudomonas aeruginosa yang menunjukkan KHM pada konsentrasi 150 mgml atau setara 15 efektif terhadap bakteri Shigella sp, Escherichia coli, Proteus mirabilis,
Klebsiella pneumonia, Pseudomonas aeruginosa pada konsentrasi 175 mgml setara 17,5 efektif terhadap bakteri S.thypi dan pada konsentrasi 125 mgml setara 12,5
efektif terhadap bakteri S.aurens.
19
Penelitian Adetunji et al. 2013, Ekstrak etanol daun Afrika Vernonia amygdalina menunjukan aktifitas antibakteri dengan nilai
KHM pada S.aureus 12,5, S.typhi 17,5 E.coli 15 dan P. aeruginosa 15.
39
Di Indonesia juga telah dilakukan penelitian mengenai pengembangan bahan alami sebagai obat herbal dan juga sebagai bahan alternatif medikamen saluran akar
dengan ekstrak etanol daun Afrika pada beberapa bakteri. Pada Penelitian Vika 2014 ekstrak etanol daun Afrika Vernonia amygdalina terhadap bakteri
fusobacterium nucleatum dengan metode dilusi tidak menunjukan hasil KHM dan dengan metode difusi menunjukan nilai KBM 12,5 .
21
Penelitian Jocelyn 2014 ektrak etanol daun Afrika Vernonia amygdalina terhadap bakteri Enterococcus
faecalis dengan metode dilusi tidak menunjukan nilai KHM dan dengan metode difusi menunjukan nilai KBM 6,25.
22
Dan Menurut Penelitian lain oleh Sitompul T
Universitas Sumatera Utara
2015 ekstrak etanol daun Afrika Vernonia amygdalina terhadap bakteri Porphyromonas gingivalis denngan metode dilusi tidak menunjukan nilai KHM dan
dengan metode difusi diperoleh nilai KBM 50.
23
Hasil yang diperoleh oleh Peneliti memiliki perbedaan dengan penelitian yang ada sebelumnya dikarenakan ada nya perbedaan kualitas ekstrak dan
perbedaaan jenis dan morfologi bakteri yang diujikan. Pada negara lain kemungkinan jenis daun Afrika dipengaruhi oleh perbedaan iklim tropis kering di Nigeria.
Sedangkan peneliti menggunakan daun afrika yang berasal dari Kota Medan, Sumatera utara, Indonesia dengan iklim tropis basah. Selain dipengaruhi oleh faktor
biologis tumbuhan, kualitas ekstrak juga dipengaruhi oleh faktor kimia salah satunya adalah pelarut etanol 70 karena sifatnya yang universal, relatif aman dan tidak
toksik. Penelitian Adetunji et al 2013 menunjukan bahwa ekstrak etanol daun Afrika memiliki aktivitas yang lebih tinggi terhadap bakteri yang disolasi
dibandingkan ekstrak air yang disebakan oleh polaritas yang lebih tinggi dari etanol yang cenderung untuk lebih mengestrakkan senyawa aktif daripada air.
39
Hal ini di dukung oleh penelitian Tula et al dan Anibijuwon et al 2012 yang menunjukkan
bahwa antibakteri ekstrak etanol daun afrika Vernonia amygdalina lebih tinggi nilai signifikannya dibandingkan dengan ekstrak methanol ataupun ekstrak air.
19,20
Perbedaan morfologi dari jenis bakteri yang berbeda merupakan salah satu faktor yang menyebabkan perbedaan. Setiap bakteri terdapat perbedaan struktur dinding
bakteri sehingga diduga menyebabkan perbedaan aktivitas dan besar konsentrasi bahan coba dalam menghambat ataupun membunuh sel bakteri tersebut.
40
Penelitian ini membuktikan bahwa ekstrak daun Afrika memiliki efek antibakteri secara in vitro. Hal ini kemungkinan akan menunjukan hasil yang berbeda
jika di aplikasikan dalam saluran akar karena bakteri yang terdapat saluran akar adalah polimikrobial dan Streptococcus mutans memiliki kemampuan untuk melekat
dan membentuk suatu lapisan bioflim pada saluran akar. Maka dari itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut agar daun Afrika dapat digunakan sebagai bahan
medikamen saluran akar secara klinis. Hal ini terbukti dengan diperoleh nilai KHM yaitu pada konsentrasi 6,25 dan nilai KBM pada konsentrasi 12,5.
Universitas Sumatera Utara
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian eksperimental yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun Afrika Vernonia amygdalina memiliki efek
anti bakteri terhadap Streptococcus mutans secara in vitro dengan metode dilusi dan difusi yang terdapatnilai KBM pada konsentrasi 12,5 dan nilai KHM terdapat pada
konsentrasi 6,25 .Analisi dengan Uji Kruskal-Wallis dan uji Man-Whitney setiap hubungan antara masing-masing konsentrasi menunjukan hasil yang signifikan.
7.2 Saran
Adapun saran penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Disarankan untuk melakukan kultur bakteri sendiri agar mengetahui cara memperoleh isolat bakteri uji yang murni
2. Diharpakn untuk penelitian selanjutnya menggunakan alat perhitungan koloni
bakteri colony counter agar hasil yang di dapatkan lebih pasti dan cara kerja lebih praktis.
3. Perlu dilakukan penelitian tentang uji efek antibakteri daunAfrika Vernonia
amygdalina terhadap genotif dan fenotif bakteri Streptococcus mutans dan bakteri lainnya yang diambil secara langsungdari infeksi endodontik primer secara in vitro.
4. Disarankan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efek
daun Afrika Vernonia amygdalina sebagai alternatif medikamen saluran akar secara in vivo sehingga didapat konsentrasi yang dapat digunakan secara klinis dalam
perawatan endodontik.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Keberhasilan perawatan saluran akar secara instumentasi, irigasi dan medikamen saluran akar merupakan bagian penting dalam mengeliminasi
mikroorganisme pada saluran akar.
3
Salah satu mikroorganisme yang banyak terdapat pada rongga mulut maupun dalam saluran akar adalah Streptococcus mutans.
9,13
Bahan desinfeksi saluran akar yang sering digunakan sebagai medikamen saluran akar adalah kalsium hidroksida. Namun, kalsium hidroksida tidak menunjukkan
kemampuan yang sama terhadap seluruh bakteri.
5
Penggunaaan bahan obat tradisional seperti Daun Afrika Vernonia amygdalina yang memiliki daya
antibakteri sehingga ekstrak etanol daun Afrika Vernonia amygdalina diharapkan dapat digunakan sebagai bahan medikamen saluran akar.
18,19,20
2.1 Streptococcus mutans
Streptococcuss mutanspertama kali di isolasi dari plak gigi oleh Clacrk Pada tahun 1924.
7
Bakteri ini temasuk dalam kelompok gram positif, tidak bergerak dan fakultatif anaerob.
26
Klasifikasi Streptococcuss mutansmenurut Bergey dalam Capuccino 1998 adalah sebagai berikut :
27
Kingdom : Monera
Divisio : Firmicutes
Class : Bacilli
Order : Lactobacilalles
Family : Streptococcaceae
Genus : Streptococcus
Species : Streptococcus mutans
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1.Streptococcus sp
6
Streptococcus mutans berbentuk kokus yang mempunyai karakteristik membentuk rantai panjang dalam pertumbuhannya. Bakteri ini juga memiliki
kemampuan untuk melekat dan berkolonisasi pada jaringan mulut karena diperantarai oleh permukaan seperti permukaan sel protein.
12
Mikroorganisme dalam saluran akar juga tidak hanya tumbuh sebagai bakteri plantonik, tetapi juga dalam membentuk
bioflim.
10
Bioflim adalah suatu komunitas mikroba yang ditandai dengan adanya mikroba bersel yang melekat erat ke permukaan dan terjerat dalam matrik. Matrik
tersebut terdiri dari eksopolisakarida, protein, garam dan mineral sel dalam bentuk larutan.
10,11
Struktur bioflim bakteri planktonik dalam saliva berfungsi sebagai sumber utama pembentukan plak.
11
Tiga langkah dalam pembentukan plak yaitu yang pertama molekul saliva yang terabsorpsi ke enamel setelah dibersihkan, sehingga
enamel berlapis dengan campuran kompleks seperti glikoprotein, protein kaya prolin asam, mucins, exoproduct dan asam sialic. Langkah kedua interaksi dengan pelikel
diperoleh melalui interaksi sel-sel bakteri ke permukaan spesifik. Pembentukan bioflim dengan infeksi primer terutama Streptococcus sanguis dan Actinomyces
viscosus, dipengaruhi oleh sejumlah parameter lingkungan, seperti osmolaritas, sumber karbon dan pH. Langkah ketiga Streptococcus mutans mematuhi penjajah
Universitas Sumatera Utara
primer dengan sel-sel interaksi sehingga pertumbuhan bakteri berikutnya menyebabkan pembentukan plak yang juga merupakan pembentukan bioflim.
13
Streptococcus mutans dan Streptococcus sobrinus yang ada dalam saliva enamel dan bakteri plak lainnya sehingga kedua bakteri ini memegang peranan dalam
etiologi gigi karies. Diikuti juga dengan lactobacilii sebagi produsen asam kuat menyebabkan resiko karies. Streptococcus mutans dalam rongga mulut yang diikuti
oleh karies biasanya setelah 6-24 bulan.
13
Jika akhirnya karies dentin yang meluas mengakibatkan pulpa terbuka maka jaringan sekitar akan menjadi terinflamasi akut
dan secara terinfiltrasi oleh leukosit polimorfonuklear PMN dan membentuk suatu daerah nekrosis di tempat terbukanya pulpa. Bakteri kemudian berkolonisasi dan
menetap di lokasi dan jaringan pulpa dapat mengalami nekrosis.
4
Beberapa penelitian melaporan hasil penelitian terhadap flora gigi utuh dengan pulpa nekrotik dari 75
sampel organism gram-positif yang paling banyak adalah Streptococcus sebanyak 28.
2
Sundqvist 1994 mengungkapkan bakteri yang paling banyak kedua ditemukan pada saluran akar dengan hasil periapikal setelah Fusobacterium
nucleatum adalah Streptococcus mutans yaitu sebanyak 40.
8
Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Luciana et al 2003 juga menyebutkan prevalensi bakteri dari 31 saluran akar gigi manusia dengan pulpa
nekrotik dan lesi periapikal dengan menggunakan kultur bakteri menggunakan poin kertas penyerap untuk evaluasi mikrobiologi dan penentuan koloni membentuk unit
CFU. Darisampel yang ditemukan pada mikroorganisme anaerob sebanyak 96,7, yang terdiri dari basil hitam berpigmen sebanyak 35,5, mikroorganism eaerob
sebanyak 93,5, Streptococcuss banyak 96,7 dan Streptococcus mutans sebanyak 48,4.
9
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada saluran akar gigi dengan nekrosis pulpa dan lesi periapikal terdapat infeksi polymicrobial dengan sejumlah
mikroorganisme seperti Streptococcus mutans. Pada tabel 1 menjelaskan bakteri-bakteri yang mendominasi saluran akar
adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1 Bakteri yang diisolasi dari saluran akar gigi dengan lesi periapikal
8
.
Nama Bakteri Insiden
Fusobacterium nucleatum 48
Streptococcus sp 40
Bacteriodes sp 35
Prevotella intermedia 34
Parvimonas micra 34
Pseudorami bacter 34
Peptostreptococcus anaerobius 31
Lactobacillus spp 32
Eubacterium lentum 31
Fubacterium spp 29
Camhylobacter spp 25
Peptostreptococus spp 15
Actinomyces spp 15
Mogibacterium timidum 11
Capnocytophaga ochracea 11
Eubacterium bracy 9
Selemonas sputigena 9
Veillonella parvula 9
Porphyromonas endodontalis 9
Prevotella buccae 9
Prevotella oralis 8
Propionibacterium propionicum 8
Prevotella denticola 6
2.2 Penggunaan Bahan Medikamen Saluran Akar