2.3 Daun Afrika Vernonia Amygdalina
Genus Vernonia memiliki sekitar 1000 spesies. Keseluruhan tumbuhan tersebut digunakan sebagai makanan dan obat. Pada penelitian yang telah dilakukan
terhadap 109 spesies Vernonia menunjukan adanya kandungan sebagai medikamen. 105 dari spesies Vernonia dihubungkan kepada perawatan atau manajemen 44
penyakit dan kondisi kesehatan yang diderita manusia, 2 jenis spesiesnnya dapat digunakan sebagai medikasi untuk hewan simpanse dan gorilla. Terdapat 103 jenis
senyawa bioaktif juga diperoleh dari berbagai spesies Vernonia. Vernonia amygdalina merupakan salah satu jenis dari genus Vernonia yang paling sering
digunakan.
28
Di Indonesia Vernonia amygdalina dikenal dengan daun Afrika, di Malaysia dengan South Africa Leaf, di Inggris dengan Bitter Leaf, di Nigeria dengan
Etidod, di Zimbabwe dengan Musikavakadzi, di China dengan Chrysabthemum tonsils dan di Afrika sendiri di kenal dengan Akpa Gbo.
29
Klasifikasi daun Afrika Vernonia amygdalina adalah sebagai berikut :
30
Synonim : Gymnanthemum amygdalinum
Kingdom : Plantae
Division : Angiosperm
Classes : Dicotyledons
Order : Asterales
Family : Compositae
Genus : Vernonia
Species : Vernonia amygdalina
Daun Afrika Vernonia amygdalina tumbuh di daerah ekologi Afrika termasuk Zimbabwe dan Nigeria yang beriklim tropis, dapat tumbuh secara liar
ataupun ditanam disepanjang Sub Sahara Afrika ataupun ditemukan dirumah-rumah maupun desa-desa sebagai tanaman pagar dan pot.
31
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2. Daun Afrika Vernoniaa amygdalina A.Habitat; B. Bunga ranting; C. Bunga;
D. Kuntum bunga; E.Cypsela
33
Daun Afrika Vernonia amygdalina memiliki ciri-ciri khusus seperti bunga yang berbentuk pada lingkungan tertentu, berwarna putih dan menarik kedatangan
lebah. Daun Afrika memiliki daun berwarna hijau gelap, bau yang khas dan rasa yang pahit. Pohon kecil dari Compositae dengan ketinggian mencapai 2 sampai 5
meter atau bahkan hingga 10 meter yang dilengkapi dengan ukuran daun berdiameter 6 mm berbentuk elips ini tidak memiliki benih yang dihasilkan sehingga untuk
memperbanyak tumbuhan ini dilakukan dengan cara pemotongan.
31
2.3.1 Nilai Farmakologis Daun Afrika Vernonia amydalina
Analisis fitokimia pada daun Afrika Vernonia amygdalina mengandung antara lain, flavonoids 0.85±0.11mg, tannins 0.37±0.2mg, saponins 2.2 ± 0.0mg,
alkaloids 2.13±0.10mg HCN 12.25±0.10mg dan beberapa vitamin seperti vitamin A, C, E dan B serta Fe dan niacin.
17
Flavonoidjuga ditemukan pada tanaman ini terdiri dari 3 jenis yaitu luteolin, luteolin 7-0 beta-glkuronosid dan luteolin 7-0 beta
Universitas Sumatera Utara
glukosid yang memiliki aktivitas antioksidan dan berguna untuk mencegah kanker, serta dapat melindungi dari diabetes dan ateroskleosis.
Selain itu ditemukan pula kandungan antioksidan vitamin C yang tinggi pada daun Afrika Vernonia amygdalina.
30
Berdasarkan kandungan metabolit yang ada pada daun Afrika Vernonia amydalina sehingga daun ini mempunyai aktivitas
antimalaria, antimikroba, laksatif, antidiabetes dan efek hipoglikemia dan hipolipidemia.
30
2.3.2 Aktifitas Antibakteri Daun Afrika Vernonia amygdalina
Daun Afrika Vernonia amygdalina memiliki aktivitas antibakteri yang lebih tinggi dibandingkan dengan batang dan akar, namun di Nigeria batang dan akar daun
afrika Vernonia amygdalina digunakan sebagai chewing stick yang digunakan secara tradisional untuk memelihara kesehatan rongga mulut dengan menghilangkan
mikroorganisme kariogenik. Chewing stick menunjukan aktivitas anti bakteri terhadap bakteri anaerob rongga mulut seperti B. oralis, B. melaninogenicus,
B. gingivalis dan B. asaccharolyticus. Penelitian Taiwo cit Yeap 2010, ekstrak air dari akar daun Afrika Vernonia amygdalina juga menunjukaan aktivitas antibakteri
terhadap bakteri Streptococcus gordoni, porphyromonas nigrescens, Porphyromonas gingivalis, Prevotella intermedia, Fusobacterium nucleatum dan pseumonas
aeruginosa dengan kadar hambat minimum 100 mgml.
29
Oboh dan Masodje 2009 dalam penelitiannya menunjukan ekstrak air daun Afrika Vernonia amygdalina dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus
aurens dan Escherichia coli dengan zona hambat 0,8 cm.
32
Pada penelitian yang dilakukan oleh Ilondu et al 2009 menunjukan bahwa pada ekstrak air daun afrika
Vernonia amygdalina dengan konsentrasi 20, 30, 40, 50 memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan jamur pada kulit ikan yang di uji coba.
33
Penelitian Anibijuwon et al, ekstrak etanol daun Afrika terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans menunjukkan hasil KHM 30mgml dan KBM 50mgml
dan juga terhadap bakteri Staphylococcus aurens menunjukkan hasil KHM 45mgml dan KBM 125 mgml.
20
Pada penelitian lain menyatakan bahawa ekstrak etanol lebih
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan efektivitas dari pada ekstrak air. Hal ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sule dan Agbabiaka terhadap bakteri Escherichia coli, Klebsiella sp,
Salmonella sp dan Shigella sp menunjukkan bahwa ekstrak air memiliki daya hambat yang lebih kecil dibandingkan ekstrak etanol dengan diameter zona hambatan
tanaman ekstrak pada konsentrasi 100mgml berkisar antara3.0-14.0 mm untuk air dan3.0-18.0 mm untuk etanol.
18
2.3.3 Analisis Fitokimia Daun Afrika Vernonia Amygdalina
Analisis fitokimia daun Afrika Vernonia amygdalina menunjukan bahwa tanaman tersebut mengandung anthraquinone, saponin, soluble tanin, condensed,
tepenoid tanin, cynogenic glycoside alkaloid, indole alkaloid, an steroidal alkaloid.
27
Pada ekstrak daun Afrika Vernonia amygdalina Anthraquinones, Flavonoid, Saponins dan Tannins diduga memiliki peran sebagai antibakteri dengan mekanisme
yang berbeda sebagai berikut : 1.
Anthraquinones merupakan golongan quinine yang berupa rantai dengan dua substitusi keton. Dengan kemampuannya untuk menyediakan sumber radikal
bebas yang stabil. Senyawa ini memiliki potensi sebagai anti mikroba yang tinggi karena dapat melengkapi asam amino nukleofil dalam protein secara irreversible
sehingga dapat menonaktifkan protein dan menyebabkan kehilangan fungsi. Sasaran yang terdapat pada sel mikroba adalah yang terdapat pada permukaan, polipeptida
dinding sel dan enzim yang berkaitan dengan membran. Quinone juga dapat menyebabkan substrat tidak tersedia oleh mikroorganisme.
34
2. Flavonoid merupakan senyawa fenol yang mengandung sekelompok
karbonil. Secara in vitro flavonoid adalah substansi antimikroba yang efektif terhadap mikroorganisme. Karena merupakan hasil dari sintesis tanaman sebagai respon
terhadap infeksi mikroba. Flavonoid juga memiliki kemampuann membentuk kompleks dengan protein ekstraseluler dan protein yang terlarut dengan dinding sel
bakteri. Sehingga flavonoid dapat mengganggu pertumbuhan mikroba.
34
3. Saponins merupakan mekanisme kerja saponins adalah membentuk
senyawa kompleks dengan sel bakteri melalui ikatan yang dapat menghancurkan
Universitas Sumatera Utara
permeabilitas dinding sel bakteri yang mengakibatkan kematian sel dan juga dapat membersihkan kototran seperti sabun.
22
4. Tannins merupakan senyawa fenol yang bersifat astringent zat yang
bersifat menciutkan. Tanninsdapat menstimulasi berbagai tindakan anti infeksi dan mampu menonaktifkan membrane adhesin mikroba. Sehingga dapat membentuk
komplek protein melalui ikatan spesifik, seperti ikatan hidrofobik dan efek hidrofobik serta pembentukan ikatan kovalen.
34
Universitas Sumatera Utara
2.4 Kerangka Teori