Gambaran Hematologi Pasien Sepsis Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin

2004, menyebutkan bahwa dari total 160 pasien sepsis sebanyak 135 orang 84,9 meninggal.

5.2.2 Gambaran Hematologi Pasien Sepsis Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin

Berdasarkan data yang telah dipaparkan sebelumnya terjadi penurunan rata-rata hemoglobin pada semua pengelompokan pasien sepsis, baik menurut usia, jenis kelamin. Secara keseluruhan Tabel 5.8 didapatkan rata-rata hemoglobin pria sejumlah 9,92 ±2,58 gdl, wanita sejumlah 9,48 ±3,26 ggl, dan total sejumlah 9,74 ±2,87 gdl. Begitu juga halnya dengan usia Tabel 5.9. Pasien sepsis usia 18-40 tahun rata-rata hemoglobin total sejumlah 10,66 ±3,36 gdl, usia 41-60 tahun rata-rata hemoglobin total sejumlah 9,02 ±2,49 gdl, usia 61-75 tahun rata-rata hemoglobin total sejumlah 10,18 ±2,76 gdl, dan usia 75 tahun hemoglobin total sejumlah 9,85 ±3,74 gdl. Hal ini bisa terjadi karena sepsis menyebabkan berbagai kelainan pada lini eritrosit, antara lain gangguan deformabilitas, agregasi eritrosit, anemia, serta peningkatan hemoglobin bebas akibat peningkatan destruksi sel eritrosit. Keempat gangguan ini dapat menyebabkan gangguan sirkulasi, yang pada akhirnya akan memperberat disfungsi organ yang terjadi. Eritrosit memiliki kemampuan deformabilitas, yaitu kemampuan untuk berubah bentuk dan kembali ke bentuk semula tanpa terjadi ruptur pada situasi tertentu. Deformabilitas ini memegang peranan penting bagi sel darah merah dalam menjalankan fungsinya untuk menghantarkan oksigen hingga sirkulasi mikrovaskular. Kemampuan ini dikarenakan oleh bentuk eritrosit dan adanya komponen elastik pada struktur korteks membran eritrosit. Penurunan deformabilitas pada sepsis akan meningkatkan waktu pengaliran darah, terutama mikrosirkulasi, sehingga berpengaruh negatif terhadap penghantaran oksigen ke jaringan dan dapat memperberat disfungsi organ yang terjadi. Pada sepsis dapat terjadi agregasi eritrosit, namun patofisiologi yang pasti belum diketahui. Hal ini dapat terlihat melalui peningkatan laju endap darah. Kelainan pada membran sel eritrosit juga dapat mengakibatkan peningkatan penghancuran sel. Bila terjadi peningkatan penghancuran eritrosit, maka kadar hemoglobin bebas akan Universitas Sumatera Utara meningkat. Anemia pada penderita dengan sepsis berat bisa terjadi akibat pendarahan. Dalam kebanyakan kasus, pada pasien sepsis didiagnosis sumber kehilangan darah yang jelas. Sumber anemia mungkin kurang jelas pada pasien yang menjadi septik akibat trauma besar dengan perdarahan langsung ke dalam jaringan lunak dalam hal ini seperti perdarahan retroperitoneum. Sepsis dapat memicu DIC dengan hemolisis karena fragmentasi sel darah merah. Sekitar 25 pasien dengan DIC akan memiliki bukti klinis hemolisis mikroangiopati diwujudkan oleh adanya schistocytes pada apusan darah tepi mereka Goyette et al.,2004. Pada rata-rata jumlah leukosit secara keseluruhan ditemukan peningkatan jumlah leukosit pada pengelompokan pasien. Rata-rata jumlah leukosit menurut jenis kelamin Tabel 5.8 di peroleh rata-rata leukosit pria adalah 25,69 ±45,83 10 3 mm 3 , sedangkan pada wanita 20,02 ±30,10 10 3 mm 3 dan total sejumlah 23,33 ±40,03 10 3 mm 3 . Jumlah tersebut cukup jauh dari normal yaitu 5,0-10,0 10 3 mm 3 WebMd, 2012. Berdasarkan pengelompokan menurut usia Tabel 5.9 jumlah rata-rata leukosit tertinggi adalah pada kelompok usia 41-60 tahun yaitu 29,34 ±54,73 10 3 mm 3 . Sedangakan pada usia 61-75 tahun yaitu 21,94 ±17,05 10 3 mm 3 dan terendah pada usia 75 tahun yaitu 13,85 ±92,63 10 3 mm 3 . Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Goyette et al 2004 bahwa ada perubahan leukosit yang umum pada pasien dengan sepsis berat. Leukositosis netrofilik adalah manifestasi umum dari sepsis. Neutropenia pada penderita sepsis merupakan hasil dari penipisan prekursor granulosit sumsum tulang, sebuah granulositik atau perpindahan leukosit ke dalam fokus yang terinfeksi dalam jumlah yang melebihi kemampuan sumsum tulang untuk menggantikan mereka secara tepat waktu. Pada pasien dewasa yang mengalami sepsis berat lebih sedikit yang mengalami hal ini daripada pasien anak. Selanjutnya jumlah rata-rata trombosit secara umum ditemukan masih dalam batas normal pada seluruh pengelompkan pasien. Berdasarkan jenis kelamin Tabel 5.8 rata-rata jumlah trombosit pasien pria adalah 262,27 ±150,86 10 3 mm 3 , rata-rata trombosit pada wanita adalah 2276,96 ±164,24 10 3 mm 3 , dan total sejumlah 268,38 ±156,08 10 3 mm 3 . Bersadarkan pengelompokan menurut Universitas Sumatera Utara usia Tabel 5.9 yaitu 3 urutan tertinggi masing-masing usia 41-60 sejumlah 281,03 ±169,07 10 3 mm 3 , usia 61-75 tahun sejumlah 278,06 ±149,18 10 3 mm 3 , dan umur 18-40 tahun sejumlah 243,93 ±138,83 10 3 mm 3 . Tentu hal ini tidak sependapat dengan penelitian yang dilakukan oleh Goyette et al 2004 bahwa trombositopenia adalah gejala yang sering terjadi pada penyakit kritis, umumnya digunakan dalam uji klinis terapi sepsis berat sebagai penanda disfungsi sistem organ hematologi. Dalam sebuah penelitian dari populasi ICU, sepsis telah diidentifikasi sebagai faktor risiko utama untuk trombositopenia. Sepsis yang terkait trombositopenia berasal dari banyak faktor. Dalam sebuah eksperimen sepsis, trombosit yang melekat pada endotel diaktifkan dalam beberapa organ. Mediator inflamasi dan produk bakteri seperti endotoksin dapat berkontribusi dalam terjadinya trombositopenia pada sepsis dengan meningkatkan reaktivitas dan adhesivitas platelet. Universitas Sumatera Utara BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan