ada  terlalu  sedikit  trombosit,  perdarahan  yang  tidak  terkontrol  mungkin  menjadi masalah.  Jika  ada  terlalu  banyak  trombosit,  ada  kemungkinan  gumpalan  darah
terbentuk di pembuluh darah WebMd, 2012.
Tabel 2.5 Kadar Normal Trombosit Kategori
Kadar
Dewasa 140.000-400.000 plateletmm
3
Anak 150.000-450.000 plateletmm
3
Sumber : WebMd, 2012
2.1.9  Gambaran Hematologi Penyakit Sepsis
Sistem  hematologi  memegang  peranan  penting  dalam  penghantaran oksigen,  pembuangan  karbondioksida,  hemostasis,  dan  pertahanan  diri  terhadap
patogen.  Gangguan  pada  sistem  hematologi  pada  sepsis  sering  dihubungkan dengan  terjadinya  morbiditas  dan  mortalitas  pada  pasien  sepsis.  Sistem
hematologi yang terlibat dapat meliputi berbagai komponen sel darah dan protein koagulasi.  Salah  satu  yang  banyak  diteliti  adalah  gangguan  pada  lini  sel  darah
merah eritrosit. Sepsis menyebabkan berbagai kelainan pada lini eritrosit, antara lain  gangguan  deformabilitas,  agregasi  eritrosit,  anemia,  serta  peningkatan
hemoglobin  bebas  akibat  peningkatan  destruksi  sel  eritrosit.  Keempat  gangguan ini dapat menyebabkan gangguan sirkulasi, yang pada akhirnya akan memperberat
disfungsi organ yang terjadi Goyette et al., 2004. Eritrosit  memiliki  kemampuan  deformabilitas,  yaitu  kemampuan  untuk
berubah  bentuk  dan  kembali  ke  bentuk  semula  tanpa  terjadi  ruptur  pada  situasi
tertentu.  Deformabilitas  ini  memegang  peranan  penting  bagi  sel  darah  merah
dalam  menjalankan  fungsinya  untuk  menghantarkan  oksigen  hingga  sirkulasi mikrovaskular.  Kemampuan  ini  dikarenakan  oleh  bentuk  eritrosit  dan  adanya
komponen  elastik  pada  struktur  korteks  membran  eritrosit.  Penurunan deformabilitas  pada  sepsis  akan  meningkatkan  waktu  pengaliran  darah,  terutama
mikrosirkulasi,  sehingga  berpengaruh  negatif  terhadap  penghantaran  oksigen  ke jaringan  dan  dapat  memperberat  disfungsi  organ  yang  terjadi.  Pada  sepsis  dapat
terjadi agregasi eritrosit, namun patofisiologi yang pasti belum diketahui. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
dapat  terlihat  melalui peningkatan laju  endap darah. Kelainan pada membran sel eritrosit juga dapat mengakibatkan peningkatan penghancuran sel Goyette et al.,
2004. Bila  terjadi  peningkatan  penghancuran  eritrosit,  maka  kadar  hemoglobin
bebas  akan  meningkat.  Anemia  pada  penderita  dengan  sepsis  berat  bisa  terjadi akibat  pendarahan.  Dalam  kebanyakan  kasus,  pada  pasien  sepsis  didiagnosis
sumber kehilangan darah yang  jelas. Sumber anemia mungkin kurang jelas pada pasien  yang  menjadi  septik  akibat  trauma  besar  dengan  perdarahan  langsung  ke
dalam  jaringan  lunak  dalam  hal  ini  seperti  perdarahan  retroperitoneum.  Sepsis dapat memicu DIC dengan hemolisis karena fragmentasi sel darah merah. Sekitar
25  pasien  dengan  DIC  akan  memiliki  bukti  klinis  hemolisis  mikroangiopati diwujudkan  oleh  adanya  schistocytes  pada  apusan  darah  tepi  mereka  Goyette  et
al., 2004. Perubahan  leukosit  yang  umum  pada  pasien  dengan  sepsis  berat.
Leukositosis  netrofilik  adalah  manifestasi  umum  dari  sepsis.  Neutropenia  pada penderita  sepsis  merupakan  hasil  dari  penipisan  prekursor  granulosit  sumsum
tulang,  sebuah  granulositik  atau  perpindahan  leukosit  ke  dalam  fokus  yang terinfeksi  dalam  jumlah  yang  melebihi  kemampuan  sumsum  tulang  untuk
menggantikan  mereka  secara  tepat  waktu.  Pada  pasien  dewasa  yang  mengalami sepsis berat lebih sedikit yang mengalami hal ini daripada pasien anak Goyette et
al., 2004. Trombositopenia  adalah  gejala  yang  sering  terjadi  pada  penyakit  kritis,
umumnya digunakan dalam uji klinis terapi sepsis berat sebagai penanda disfungsi sistem organ hematologi. Dalam sebuah penelitian dari populasi ICU, sepsis telah
diidentifikasi  sebagai  faktor  risiko  utama  untuk  trombositopenia.  Sepsis  yang terkait  trombositopenia  berasal  dari  banyak  faktor.  Dalam  sebuah  eksperimen
sepsis,  trombosit  yang  melekat  pada  endotel  diaktifkan  dalam  beberapa  organ. Mediator  inflamasi  dan  produk  bakteri  seperti  endotoksin  dapat  berkontribusi
dalam  terjadinya  trombositopenia  pada  sepsis  dengan  meningkatkan  reaktivitas dan adhesivitas platelet Goyette et al., 2004.
Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sepsis  adalah  suatu  sindroma  klinik  yang  terjadi  sebagai  manifestasi proses inflamasi imunologi karena adanya respon tubuh yang berlebihan terhadap
rangsangan produk mikroorganisme. Sepsis merupakan puncak dari interaksi yang kompleks  antara  mikroorganisme  penyebab  infeksi,  imun  tubuh,  inflamasi,  dan
respon koagulasi Hotchkiss et al., 1999. Prevalensi  penyakit  infeksi  memiliki  kecenderungan  yang  masih  cukup
tinggi  meskipun  terapi  pengobatan  dan  pencegahan  terhadap  kejadian  infeksi semakin berkembang. Antibiotik sebagai terapi infeksi merupakan salah satu obat
yang  hingga  saat  ini  paling  banyak  diresepkan  dan  diperkiraan  sepertiga  pasien rawat inap mendapat antibiotik dengan biaya mencapai 50 dari anggaran untuk
obat di rumah sakit Juwono dan Prayitno, 2003.
Sepsis  pada  penderita  dapat  menyebabkan  beberapa  perubahan  pada  sel- sel  darah  seperti  eritrosit,  leukosit  serta  trombosit.  Perubahan  tersebut  dapat
berupa  morfologi  maupun  jumlahnya  dan  perubahan-perubahan  tersebut  dapat dilihat  atau  dibaca  melalui  pembacaan  sediaan  apus  darah  tepi  Hery  Budhiarso,
2000.
Berbagai  penanda  diagnosis  sepsis  telah  dikembangkan  untuk  membantu diagnosis.  Penanda  diagnosis  sepsis  yang  ideal  harus  memiliki  spesifisitas  dan
sensitivitas  tinggi,  cepat,  mudah  dikerjakan,  dan  murah  serta  berkorelasi  dengan derajat keparahan dan prognosis. Pemeriksaan hematologi darah lengkap adalah
tes  hematologi  khusus  yang  digunakan  untuk  membantu  menegakkan  diagnosis, menunjang  diagnosis,  membantu  diagnosis  banding,  memantau  perjalanan
penyakit,  menilai  beratnya  sakit,  dan  menentukan  prognosis.  Selain  dengan pembacaan apus darah tepi, kultur bakteri juga perlu untuk kita laksanakan. Kultur
bakteri  sebagai  acuan  standar  diagnosis  sepsis  akibat  bakteri  memerlukan  waktu 2-3 hari. Diagnosis  cepat  sepsis secara laboratorium  berupa ;  C-reactive  protein,
Universitas Sumatera Utara