kerja dan seterusnya. Sementara itu di kelompok lainnya responden tersebar hampir merata. Peneliti menarik kesimpulan bahwa stressor dapat timbul bila
seorang pekerja mulai masuk ke dunia kerja atau sudah merasa jenuh akan pekerjaannya.
d. Tingkat stres berdasarkan pendidikan terakhir
Pada tabel diatas didapati bahwa responden dengan pendidikan S1,D3 dan SMA merupakan responden dengan tingkat stres yang Tidak Stres, tetapi
didapati juga bahwa responden dengan tingkat pendidikan SMA berada pada tingkat stres sangat parah. Dari tabel diatas peneliti menarik kesimpulan bahwa
jenjang pendidikan yang tinggi mempengaruhi tingkat stres seseorang, ia akan lebih mudah dalam mengatasi beban kerja yang diberikan kepadanya karena ia
sudah memiliki ilmu dan keterampilan. Kesimpulan ini didukung oleh pernyataan Santrock dalam Pin, 2012 dimana ia berpendapat bahwa semakin
tinggi jenjang pendidikan seorang individu, ia mudah menghadapi tantangan dalam kesehariannya, sehingga tingkat stres yang ia miliki juga cenderung lebih
rendah.
e. Tingkat stres berdasarkan status pernikahan
Dari Tabel 5.13 diatas hasil dari keduanya hampir tidak ada perbedaan yang mencolok. Dari 31 responden yang tidak stres, 23 responden 46,0
merupakan responden yang telah menikah, dan 8 responden 16,0 sisanya belum menikah, tetapi stres sedang hingga stres sangat parah sebagian besar
dialami oleh responden yang telah menikah. Dari hasil ini peneliti menyimpulkan bahwa status pernikahan dapat menjadi pemicu stres, tetapi bisa juga menjadi
faktor yang menurunkan stres itu sendiri. Penelitian lainnya mendapati bahwa
Universitas Sumatera Utara
status pernikahan dapat menjadi stressor bagi seorang individu Ravichandran dan Rajendran, 2007.
f. Tingkat stres berdasarkan ada tidaknya anak
Untuk frekuensi berdasarkan ada tidaknya anak sebanyak 31 responden berada dalam kategori tidak stres, 20 responden 40,0 memiliki anak, dan 11
lainnya 22,0 belum memiliki anak. Tetapi sama seperti pembahasan sebelumnya, responden yang memiliki anak juga ditemui pada tingkat stres yang
lebih tinggi. Dari penelitian ini kesimpulannya adalah bahwa anak dapat menjadi faktor yang mencetuskan dan dapat juga menghilangkan stres itu sendiri.Tetapi,
hasil ini bertentangan dengan sebuah penelitian di Amerika Luecken, Linda J., 1997 mendapatkan hasil bahwa orang tua karir yang memiliki anak cenderung
memiliki stres yang tinggi.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dari data yang sudah diperoleh, peneliti berkesimpulan dalam penelitian ini bahwa:
1. Pria cenderung memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dari wanita
2. Usia bukan merupakan faktor pencetus stres
3. Individu yang baru mulai bekerja cenderung memiliki tingkat stres yang
lebih rendah. 4.
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, tingkat stresnya cenderung rendah.
5. Status pernikahan dan ada tidaknya anak dapat menjadi suatu faktor
pencetus stress.
6.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan
diatas, maka
saran – saran yang
direkomendasikan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
6.3.1. Bagi Perusahaan
Saran peneliti bagi perusahaan adalah untuk menciptakan suasana kerja dan komunikasi yang baik antarpekerja sehingga tingkat stres yang cukup baik
tersebut dapat dipertahankan. Adanya program family gathering dan jalan santai setiap bulan untuk pekerja dan keluarga, diberlakukannya Keamanan dan
Keselamatan Kerja K3, merupakan beberapa faktor yang menjaga stres kerja ini tidak timbul sehingga kinerja perusahaan menjadi lebih baik.
Universitas Sumatera Utara