INDUSTRI PELAPISAN LOGAM .1 Pengertian Industri Pelapisan Logam Elektroplating

8 Mg-total 0,25 C-total 44,02 CN 24,19 Dari Tabel kandungan kulit jengkol unsur karbon merupakan nilai persen kedua tertinggi, hal ini yang memungkinkan kulit jengkol dapat dijadikan adsorben.

2.1.3 Pemanfatan Tumbuhan Jengkol

Hampir seluruh bagian tanaman bermanfaat. Kayunya untuk bangunan rumah, peti mati dan kayu bakar. Daun mudanya untuk obat luka, rebusan dari babakannya dapat menurunkan kadar glukosa darah. Dinding polong yang di tumbuk dimanfaatkan untuk mencuci rambut. Bijinya dapat dikonsumsi namun pada orang yang memakannya air seninya akan berbau keras. Selain itu, di beberapa tempat di buat makanan ringan seperti keripik. Bagian yang dimanfaatkan untuk pewarna: Daunnya digunakan untuk memberikan warna hitam pengganti sumba. Bagian yang mengandung zat warna adalah kulit buah, kulit biji dan kulit batang. Menurut laporan, zaman dahulu di sepanjang pantai Kalimantan Barat kulit dan daun jengkol digunakan untuk member warna hitam pada bahan anyaman [17]. Sementara kulit jengkol baru dimanfaatkan sebagai bioherbisida dan biolarvasida. Padahal dalam kulit jengkol terkandung alkaloid, flavonoid, glikosida antrakinon, tannin, triterpenoidsteroid, dan saponin dan senyawa unsur kimia seperti N, P, K, Ca, Mg, C, dan CN. 2.2 INDUSTRI PELAPISAN LOGAM 2.2.1 Pengertian Industri Pelapisan Logam Elektroplating Elektroplating adalah proses elektrolisis untuk memberikan lapisan logam pada substrat yang bertujuan untuk meningkatkan penampilan atau sifat-sifat komponen logam tersebut. Proses elektroplating pada dasarnya dengan melewatkan arus listrik antara dua elektroda direndam dalam larutan elektrolit. Elektroda bermuatan positif dikenal sebagai anoda sedangkan elektroda bermuatan negatif adalah katoda. Elektrolit mengandung partikel bermuatan listrik atau ion. Ketika potensial listrik Universitas Sumatera Utara 9 atau tegangan diterapkan antara elektroda ion ini bermigrasi ke arah elektroda dengan muatan yang berlawanan - bermuatan positif ion ke katoda dan ion bermuatan negatif untuk anoda. Hal ini menyebabkan transfer elektron, yang merupakan aliran arus, antara elektroda - sehingga menyelesaikan sirkuit listrik [18]. Skema sel elektropalating dapat di lihat dari Gambar 2.2 di bawah ini. Gambar 2.2 Sekema sel elektropalating [18] Industri elektroplating menghasilkan produk samping berupa limbah cair dengan unsur logam yang sangat tinggi seperti uranium, kadmium, merkuri, nikel, kromium dan tembaga. Limbah yang di hasilkan ini berdampak buruk pada lingkungan, karena biasanya limbah industri pelapisan logam sering di buang ke sungai. Unsur - unsur ini dikenal sebagai unsur B3 Beracun dan Berbahaya, karena unsur ini bersifat karsinogenik [19].

2.2.2 Potensi dan Keadaan Industri Elektroplating di Indonesia

Meningkatnya kebutuhan akan produk yang menggunakan proses elektroplating mendorong berkembangnya industri elektroplating yang berada di Indonesia. Perkembangan industri yang semakin pesat tersebut selain memberikan manfaat, juga menimbulkan dampak negatif dari limbah yang dihasilkan [09]. Industri elektroplating merupakan industri yang jumlahnya cukup banyak dan vital bagi perekonomian Indonesia dan sebagian besar 84 merupakan Industri Kecil Menengah IKM dan berada di pulau jawa [20]. Pada tahun 2009 sebagai contoh debit limbah salah satu industri pelapisan logam yang berpotensi menghasilkan Universitas Sumatera Utara 10 limbah logam berat yaitu rata-ratanya: 358.22 m3hari. Hal ini diyakini sangat berdampak besar pada pencemaran lingkungan [21]. Sifat karakteristik limbah industri elektroplating yaitu: pH 2; Cr 311,09 ppm; Ni 2,7 ppm; Cd 12-24 ppm; Zn 31,85; Fe 44,64; TDS 306 ppm; COD 777,54 ppm [10]. Sedangkan mengacu pada peraturan menteri negara lingkungan hidup nomor 03 tahun 2010 baku mutu air limbah bagi kawasan industri dapat dilihat pada Tabel 1.1 dibawah ini: Tabel 2.3 Baku Mutu Air Limbah Bagi Kawasan Industri Elektroplating [22]. No Parameter Satuan Kadar Maksimum 1 Sulfida H 2 S mgL 1 2 Amonia NH 3 mgL 20 3 Fenol C 6 H 6 O mgL 1 4 Kadmium Cd mgL 0,1 5 Krom Cr mgL 1 6 Tembaga Cu mgL 2 7 Timbal Pb mgL 1 8 Nikel Ni mgL 0,5 9 Seng Zn mgL 10 Melihat dari karakteristik dan kadar maksimum peraturan mentri Negara lingkungan hidup tentunya membrikan pebandingan yang sangat jauh, sehingga kondisi seperti ini dapat dikategorikan sebagai permasalahan semua pihak dan harus diatasi secara bersama-sama.

2.2.3 Pengolahan Limbah Industri Elektroplating di Indonesia

Teknologi pengolahan limbah cair merupakan kunci dalam memeliharan kelestarian lingkungan. Apapun teknologi pengolahan limbah cair industri yang dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh perusahana setempat. Berbagai teknik pengolahan limbah cair untuk menyisihkan bahan polutannya telah dicoba dan dikembangkan selama ini. Teknik-teknik pengolahan air buangan yang telah dikembangkan tersebut secara umum terbagi menjadi 3 metode pengolahan: a. pengolahan secara fisika b. pengolahan secara kimia b. pengolahan secara biologi Universitas Sumatera Utara 11 untuk suatu jenis air buangan tertentu, ketiga metode pengolahan tersebut dapat diaplikasikan secara sendiri-sendiri atau secara kombinasi. Pengolahan air buangan dapat dilakukan secara fisika, kimia dan biologi, atau gabungan biologi-kimia dan kimia-biologi. Cara fisika memisahkan sebagian dari beban pencemaran yang berupa bahan-bahan tersuspensi dengan cara adsorpsi, sedimentasi, dan filtrasi. Adsorpsi dilakukan dengan memanfaatkan karbon aktif sebagai adsorbannya, namun kendala yang timbul adalah mahalnya harga karbon aktif. Cara kimia yang umumnya digunakan adalah koagulasi, flokulasi dan penetralan. Masalah dalam pengolahn limbah kimiawi adalah banyaknya endapan lumpur yang dihasilkan sehingga perlu penangana lebih lanjut [23]. Berbagai macam teknologi telah dikembangkan untuk menyisihkan logam berat dari air limbah. Teknik konvensional yang biasanya digunakan adalah proses fisik- kimiawi, seperti presipitasi, oksidasi, reduksi, ekstraksi pelarut, ekstraksi elektrolisis, penguapan, osmosis, pertukaran ion dan adsorpsi. Reverse osmosis meskipun sangat efektif, merupakan proses yang membutuhkan biaya yang besar. Presipitasi kimia tidak cocok digunakan jika polutan yang hadir dalam jumlah banyak dan juga akan menghasilkan banyak lumpur dalam proses ini. Proses adsorpsi merupakan salah satu metode yang paling sering dilakukan untuk penyisihan logam beracun dalam air limbah. Adsorpsi merupakan proses fisik-kimiawi dimana adsorbat, dalam hal ini pencemar, terakumulasi di permukaan padatan yang disebut adsorben. Proses adsorpsi cocok untuk air limbah dengan logam konsentrasi rendah dan industri dengan keterbatasan biaya [24]. 2.3 LOGAM KADMIUM CD 2.3.1 Pengertian Logam Kadmium

Dokumen yang terkait

Pemanfaatan Kulit Jengkol (Pithecellobium jiringa Prain) Sebagai Adsorben Dalam Penyerapan Logam Pb (II) Pada Limbah Cair Industri Pelapisan Logam

18 60 79

Pemanfaatan Kulit Jengkol (Pithecellobium jiringa Prain) Sebagai Adsorben Dalam Penyerapan Logam Pb (II) Pada Limbah Cair Industri Pelapisan Logam

2 4 19

Pemanfaatan Kulit Jengkol (Pithecellobium jiringa Prain) Sebagai Adsorben Dalam Penyerapan Logam Pb (II) Pada Limbah Cair Industri Pelapisan Logam

0 0 2

Pemanfaatan Kulit Jengkol (Pithecellobium jiringa Prain) Sebagai Adsorben Dalam Penyerapan Logam Pb (II) Pada Limbah Cair Industri Pelapisan Logam

0 0 5

Pemanfaatan Kulit Jengkol (Pithecellobium jiringa Prain) Sebagai Adsorben Dalam Penyerapan Logam Cd (II) Pada Limbah Cair Industri Pelapisan Logam

0 0 19

Pemanfaatan Kulit Jengkol (Pithecellobium jiringa Prain) Sebagai Adsorben Dalam Penyerapan Logam Cd (II) Pada Limbah Cair Industri Pelapisan Logam

0 0 2

Pemanfaatan Kulit Jengkol (Pithecellobium jiringa Prain) Sebagai Adsorben Dalam Penyerapan Logam Cd (II) Pada Limbah Cair Industri Pelapisan Logam

0 0 5

Pemanfaatan Kulit Jengkol (Pithecellobium jiringa Prain) Sebagai Adsorben Dalam Penyerapan Logam Cd (II) Pada Limbah Cair Industri Pelapisan Logam

0 0 13

Pemanfaatan Kulit Jengkol (Pithecellobium jiringa Prain) Sebagai Adsorben Dalam Penyerapan Logam Cd (II) Pada Limbah Cair Industri Pelapisan Logam

0 4 5

Pemanfaatan Kulit Jengkol (Pithecellobium jiringa Prain) Sebagai Adsorben Dalam Penyerapan Logam Cd (II) Pada Limbah Cair Industri Pelapisan Logam

0 0 8