84
BAB IV PENUTUP
4.1.Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang dominan antara kesukuan dengan
kemenangan caleg di kabupaten Langkat di Pemilu 2014. Untuk memberikan penjelasan atas penarikan kesimpulan tersebut, ada
beberapa hal yang perlu dipaparkan sebagai hasil analisis tentanghubunganantara kesukuan dengan kemenangan caleg di kabupaten Langkat di Pemilu 2014 yang
berkaitan dengan sudut pandang kesukuan lebih ditentukan seberapa besar intensitas kebersamaan di antara mereka atau dikaitkan dengan jarak yang lebih
dekat antara calon dan pemilih pada saat pemilihan umum. Indonesia merupakan negara yang multikultural yang terdiri dari berbagai
suku, agama dan ras. Kehidupan masyarakat Indonesia dengan demikian selalu melibatkan perujukan pada pluralitas budaya suku serta fenomena bagaimana
pluralitas budaya ini jalankan. Kesukuan secara otomatis kemudian menjadi cara pandang kehidupan manusia diterapkan dimanapun tempat dan
kehidupannya dalam menjalankan akitifitasnya. Setiap masyarakat di Indonesia memiliki corak budaya dan suku yang berbeda-beda dan memiliki identitas dalam
Universitas Sumatera Utara
85
menjalankan budayanya. Budaya ini juga tidak lepas dari bagaimana sistem politik yang tumbuh bersama suku yang mendiaminya.
Budaya politik masyarakat sebuah wilayah di Indonesia tidak lepas dari ketergantungan pilihan politik pemimpinnya, baik pemimpin adat, suku, maupun
agama akan menggambarkan budaya politik macam apa yang berkembang di dalam masyarakat tersebut. Hal ini berkaitan dengan budaya patronase yang masih
melekat dalam politik Indonesia. Faktor kesukuan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan politik, walaupun sementara pihak seringkali memandang kesukuan dalam politik tidak lebih hanya sebagai kondisi-kondisi yang mewarnai corak
kehidupan politik dalam suatu wilayah, tanpa memiliki hubungan baik dengan sistem politik maupun struktur politik. Untuk itu, Kesukuan politik sangat
diperhitungkan sama sekali dalam proses-proses politik. Asumsi itu banyak digunakan sebagai pendekatan seorang calon menjelang pemilihan umum.
Kesukuan saat ini menjadi subjek yang sangat penting sebagai salah satu variabel penting dalam sistem politik, karena variabel ini mencerminkan faktor-faktor
subjektif yang sangat menguntungkan. Dewasa ini, Dalam setiap perhelatan pemilihan umum. Di banyak wilayah
di Indonesia termasuk kabupaten Langkat. kelompok kesukuan seringkali menjadi target kepentingan partai politik, Hal ini dilakukan dalam rangka menarik simpati
massa dan mendulang kemenangan. Upaya mempolitisasi dengan maksud
Universitas Sumatera Utara
86
menyamakan persepsi anggota dalalm kesukuan tertentu yang seragam untuk diarahkan dalam frame politik dengan memakai baju kesukuan dan adat istiadat.
Kesukuan salah satu aspek yang sangat penting dalam hubungan politik. Hal ini disebabkan munculnya kesukuan menyangkut gagasan tentang perbedaan,
dikotomi didalam masyarakat juga sebagai sebuah pembedaan terhadap dasar asal usul, dan karakteristik budaya. Dari perspektif politik, kesukuan berkaitan dengan
nasionalisme. Kehidupan politik suatu masyarakat sangat dipengaruhi oleh kesukuan.
Demikian pula sebaliknya kesukuan mempengaruhi kehidupan politik. Kemunculan kesukuan telah menjalin hubungan dengan politik. Kontak dengan
kelompok suku yang lain dan masing masing menerima gagasan dan ide ide perbedaan di antara mereka, baik secara kultural maupun politik. Dengan kata
lain, Kesukuan muncul dalam kerangka hubungan relasional, dalam interaksinya dengan dunia luar dan komunitas kelompoknya. Kesukuan merupakan satu hal
yang berpengaruh terhadap kandidat dalam menjaring masa untuk memperoleh kekuatan politik guna memperoleh dukungan dari masyarakat. Karena dalam
konteks politik kesukuan, suku merupakan satu kekuatan yang penting untuk meraih kekuasaan.
Kabupaten Langkatmerupakan sebuah wilayah yang multi budaya, multi etnis, agama, ras, dan multi golongan. Namun, ketika terjadi pemilihan umum
terdapat kesetiaan etnis yang relatif tinggi. Mengabaikan faktor suku dapat
Universitas Sumatera Utara
87
menimbulkan kesalahpahaman mengenai politik di Kabupaten Langkat. Maka dapat dikatakan saya simpulkan bahwa adanya hubungan yang kuat terhadap
perilaku politik seseorang. Gambaran mengenai isu kesukuan memang melekat pada beberapa Caleg yang bertarung dalam Pemilihan umum di kabupaten langkat
pada tahun 2014 yang lalu. Mayoritas calon melihat peluang berdasarkan kesukuan, agama, dan kapabilitasnya. Secara substansi isu kesukuan seolah
menjadi komoditas politik dan dipakai saat memilih para calon menjelang pemiliu saja. Isu kesukuan sangat sering digunakan untuk mendulang suara.
Sebagai sebuah penguatan argumen dalam hubungan kesukuan dan kemenangan calon legislatif di kabupaten Langkat. Melihat fenomena yang terjadi
di kabupaten Langkat pada Pemilihan Legislatif 2014 yang lalu. Kesukuan menjadi sebuah identitas politik kesukuan di kabupaten Langkat. Identitas tersebut
dapat diketahui dengan cara interaksi antara calon dan masyrakat yang meliliki suku yang sama. Interaksi ini dimanfaatkan sebagai sebuah Identiats seseorang
untuk mendapat pengakuan atas kesukuannya dan penentu diterima atau tidaknya seseorang tersebut dalam suatu golonganIdentitas Kesukuanyang ada dalam suatu
interaksi yang dilakukan oleh sesama individu, sesama kelompok dan lain sebagainya dalam sebuah wadah masyarakat.
Dalam sebuah diskursus dan studi ilmiah, pola pendekatan untuk memahami politik dalam konteks Pemilihan umum di
Kabupaten Langkat.Kesukuan membangkitkan proses pergulatan antar kelompok suku.
Pergulatan kelompok suku dengan elit partai politik, dan kesenjangan antara
Universitas Sumatera Utara
88
kelompok suku dengan pemerintahan Kabupaten Langkat. Kebangkitan politik kesukuan terjadi karena perasaan identitas, harkat dan martabat sebuah suku
terancam. Oleh karena harkat dan martabat mereka terancam, mereka berkompetisi merebut jabatan strategis untuk memerintah. Dalam rangka
mewujudkan harkat dan martabat tersebut mereka mempergunakan simbol-simbol budaya, norma-norma dan hukum adat untuk mengahadang intervensi kelompok
suku yang lain. Disisi yang lain perjuangan mereka mempergunakan simbol kelompok
kesukuan hanya sebagai instrumen untukmengembalikan identitas, harkat dan martabat serta berkuasa atas etnis lain yang dianggap mengganggu eksistensi
sebuah suku dan mengakomodasi modernisasi dalam kesukuan di Kabupaten Langkat.
Kemudian, hubungan kesukuan dan politik tidak lepas dari masuknya tokoh masyarakat sebuah suku menjadi pemimpin partai politik tertentu.Tokoh-
tokoh ini kemudianmemiliki peran aktif menempatkan orang yang sesuku dengannya pada tataran legislatif dan ekskutif. Sebab, para calon legislatif
menyadari Partai politik merupakan suatu sarana untuk setiap orang dapat terlibat aktif dalamengambilan kebijakan publik. Partai politik dibentuk oleh masyarakat
untuk merespon terhadap pentingnya representasi ditingkat parlemen dan menempatkan wakilnya pada jabatan strategis di kabupaten Langkat.
Universitas Sumatera Utara
89
Keberadaan akan identitas seseorang akan diakui ketika seseorang melakukan interaksi dengan sesamanya. Seseorang calon yang bertarung di
Kabupaten Langkat memerlukan identitas sebagai pengakuan jatidiri atas dirinya. Identitas tersebut memungkinkan berjalan peranannya dalam masyarakat. Dalam
menyandang identitas dalam kesukuan, seseorang butuh atribut identitas dalam konstetasi politik seperti pemilu. Atribut ini yang memberikan corak dan nantinya
akan menjadikan seseorang mampu hidup dan berinteraksi dengan orang lain sesuai dengan peranannya.
Saya menyimpulkan hubungan antara kesukuan dengan kemenangan caleg di Kabupaten Langkat pada pemilu 2014 lalu tidak dapat dipungkiri
memperhatikan aspek-aspek yang cenderung lebih tertutup dalam hal menentukan pilihan dibandingkan dengan masyarakat yang hidup didaerah perkotaan pada
umumnya. Sebab para pemilih di kabupaten langkat dalam menentukan pilihannya menjadikan isu kesukuan sebagai pilihan pertama yang dianggap
mereka paling rasional. Meskipun politik bagi kebanyakan orang di kabupaten Langkat dianggap
sebagai hal yang tidak penting karena persepsi awal bahwa pemilihan umum tidak akan merubah nasib mereka. Namun, Persuasi politik secara luas bisa diasumsikan
sebagai cara pandang yang kuat dan isu kesukuan telah berhasil merubah cara pandang masyarakat di Kabupaten Langkat mengenai pemilihan umum. Jika
mereka berhasil memimpin Langkat maka kedepannya kehidupan masyarakat Langkat akan semakin baik pula. Secara substansi isu kesukuan telah berhasil
Universitas Sumatera Utara
90
mempengaruhi para pemilih di kabupaten langkat. Hal ini terbukti sangat maksimal mempengaruhi segmentasi pemilih di kabupaten Langkat.
Para pemilih yang akhirnya terbagi dalam kelompok kesukuan yang mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, terutama dalam cara memandang
masalah dan isu-isu menjelang pemilihan umum berlangsung menjelang pemilu berlangsung. Oleh karena itu, timbulnya perbedaan persepsi ini akan muncul
adanya win-win solution yang ditawarkan diantara beberapa kelompok tersebut berkaitan dengan isu kesukuan.
Kemudian dalam menentukan segmentasi sasaran pemilih dalam kampanye, para calon legislatif di Kabupaten Langkat tetap menentukan kesukuan
sebagai kunci dalam pemenangan kampanye. Meskipun dalam pelaksanannya para Calon Legislatif dikabupaten Langkat tidak sepenuhnyamemaparkan visi
misi atau program kampanye mereka secara maksimal. Namun, para calon legislatif yang sukses di kabupaten Langkat tersebut mengikuti kegiatan-kegiatan
yang sifatnya pribadi seperti menghadiri undangan pernikahan, mengikuti arisan kesukuan serta melaksanakan kegiatan yang sifatnya organisasi.
Sosialisasi partai politik beserta calon legislatif yang dilaksanakan kabupaten Langkat secara umum memainkan peranan strategis kesukuan dalam
mempengaruhi pilihan massa. Isu Kesukuan dalam hal ini diartikan secara luas, yaitu segala sarana yang terkait dengan penyampaian pesan secara simbolik yang
berkaitan dengan identitas, baik yang bersifat riil maupun simbolik dari institusi
Universitas Sumatera Utara
91
politik kepada masyarakat yang lebih luas. Ikatan emosional antara calon legislatif dan pemilih sangat kuat. Dimana pemilih dalam menentukan pilihannya tidak
mudah dipengaruhi dan diubah meskipun ada program-program kampanye pemilu yang paling bagus pun sulit sekali menarik perhatian pendukung calon legislatif
yang memiliki ikatan emosional kuat. Ikatan emosional ini dapat timbul karena adanya hubungan kedekatan dengan pemilih. Misalnya, calon legislatif pilihannya
adalah luarganya sendiri atau memiliki suku yang sama dengannya. Pola interaksi sosial yang berkaitan dengan kesukuan dan pemenangan
calon legislatif di Kabupaten Langkat terkait kesukuan mampu menunjuk pada penyesuaian politik di Kabupaten Langkat. Isu tersebut menjadi sebuah
keseimbangan dalam pengikat persaudaraan orang-peorangan atau kelompok- kelompok manusia dalam kaitannya dengan masa depan politik Kabupaten
Langkat. Dalam akhir penutup ini penulis menjelaskan keberadaan politiketnisitas
dan politik identitas masih dipandang penting sebagai salah satu media dalam membangun jaringan politik dan mendekatkan diri dengan masyarakat. Sedangkan
di kalanganbirokrasi dan jajaran eksekutif, kesukuan juga berkaitan dengan Etnisitas kelompok sosial dalam sistem sosial atau kebudayaan yang mempunyai
arti atau kedudukan tertentu karena keturunan adat, agama, danbahasa. Dalam masyarakat yang multietnik di Kabupaten Langkat, dinamika
politik senantiasa memiliki tegangan yanglebih tinggi dibandingkan pada daerah yang relatif homogen. Hal tersebut dapat kita lihat padakontestasi politik di
Universitas Sumatera Utara
92
tingkat lokal pada pemilu 2014 yang lalu yang menyita perhatian. Aspek kesukuan dan etnisistas memiliki peran yang sentral dalam politik lokal di
Kabupaten langkat. Hal initampak pada proses pemilihan legislatife di Kabupaten Langkat.
4.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka yang menjadi saran penulis adalah sebagai berikut:
Pertama, Para Calon Legislatif yang akan bertarung di Pemilihan Umum sebaiknya meningkatkan kualitas individu dan Ilmu Pengetahuan, kemampuan
berorganisasi dan memimpin, sehingga memberi keyakinan kepada orang banyak bahwa yang bersangkutan memiliki kapasitas dan kapabilitas untuk menjadi
pemimpin tidak hanya karena faktor identitas kesukuan dan etnisitas saja. Tetapi juga soal masalah kepastian bahwa masyarakat mendapatkan pemimpin yang
benar-benar tahu persoalan masyarakat terkait kesejahteraan. Kedua,Peningkatan kualitas kaderisasi dan pendidikan politik di internal partai
politik, sehingga apa yang menjadi tujuan dan cita-cita partai sejalan dengan apa yang akan diperjuangankan untuk rakyat secara umum. Sebab agar tidak terjadi
keslah pahaman tentang bagaimana calon wakil yang akan di pilih di Pemilihan Umum.
Universitas Sumatera Utara
93
Ketiga, Penguatan Sosialisasi terhadap masyarakat bahwa etnisitas dan faktor kesukuan memang penting namun faktor kemampuan Calon Legislatif
menyampaikan visi misi dan menjalankan program kerakyatan jauh lebih penting karena bersifat menyeluruh untuk semua kalangan dan tidak dibatasi faktor
kesukuan dan etnisitas. Ketiga hal ini sangat penting sebagai saran penulis tentang penelitian
hubungan antara kesukuan dan kemenangan calon dalam pemilihan legislatif di Kabupaten langkat. Pemahaman tentang politik, sosialisasi politik dan pendidikan
politik baik itu untuk para calon legislatif dan masyarakat sangatlah penting. Agar supaya budaya-budaya yang terkait patronasi politik dapat diminimalisir secara
maksimal serta Calon Legislatif yang terpilih dapat memegang amanah yang akan di embannya ketika menjadi wakil rakyat.
Universitas Sumatera Utara
31
BAB II DESKRIPSI LOKASI