70
kelompok etnis terjadi, yang meliputi interaksi timbal balik. Artinya politik uang money politic merupakan bentuk kepentingan pribadi. Namun, pola interaksi
yang telah dibangun berdasarkan kelompok akan membangun kesadaran bersama. Disinilah titik temunya agar menang dalam Pemilihan Legislatif di kabupaten
Langkat bahwa pola interaksi yang jelas dan sesuai dengan kebutuhan rakyat akan membuat rakyat akan memberi pilihan yang lebih realistis mengenai apa yang
akan dipilih.
3. Sebagai Mobilisasi Politik
Dalam model sosiologis tentang perilaku pemilih, factor-faktor sosiologis diyakini memiliki pengaruh penting pada perilaku pemilih. Baik itu dalam
partisipasi maupun pilihan politik. Factor-faktornya antar lain demografi yang mencakup perbedaan jenis kelamin, umur, kelompok etnik atau kedaerahan ,
afiliasi agama dan tingkat ketaatan terhadap agama yang dianut, kelas social yang dapat diidentifikasi dari wilayah tinggal, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan.
Namun untuk melihat partisipasi dan pilihan politik maka terdapat tiga factor sosiologis yang lebih diperhatikan, yaitu : agama, suku bangsa, dan kelas social.
56
Banyak studi yang menunjukan bahwa kesukuan di banyak Negara demokrasi merupakan factor pendorong keterlibatan warga dalam kegiatan
komunitas kesukuan yang tidak politis Warga yang aktif ini kemudian masuk dan
56
https:iskandardian2790.wordpress.com20121119agama-suku-bangsa-dan-kelas-sosial diunduh tanggal 26 Februari 2015 pukul 21.00 wib.
Universitas Sumatera Utara
71
berada dalam jaringan kesukuan yang luas dan dengan mudah untuk terdeteksi untuk dijangkau oleh berbagai kegiatan politik.Kegiatan politik sering
memanfaatkan kesukuan yang luas tersebut sehingga terjadi interaksi antara warga yang fanatik terhadap kesukuannya dan yang aktif dalam kegiatan
kesukuan disatu pihak, dengan kegiatan social nonkesukuan dipihak lain. pada gilirannya warga tersebuat mempunyai kesempatan lebihi banyak untuk terlibat
dalam aktivitas politik, berada dalam jaringan untuk mobilisasi politik sehingga cenderung untuk ikut dalam pemilu atau kampanye menjelang pemilihan umum.
57
Hubungan lain antara kesukuan dan kemenangan Caleg di kabupaten langkat 2014-2019 adalah terkait dalam melakukan Mobilisasi massa.Faktor
Kesukuan menawarkan kerangka kelembagaan untuk aksi-aksi mobilisasi politik massa dan instrumenbagi pembentukan sikap-sikap politik pemilih di Pemilihan
umum di kabupaten langkat. Guna mencapai hal ini, kesukuan memenuhihal seperti memiliki kemampuankeorganisasian untuk mengendalikan sumber-sumber
dukungan yang tersedia secarapermanen seperti kesukuan dan memiliki kemampuan keorganisasian yang responsif dan adaptif terhadap situasi yang
Pola hubungan kesukuan dan partisipasi politik semacam juga berlaku dalam masyarakat di kabupaten langkat. Dimana partisipasi politik yang merujuk
data tingkat partisipasi menurut afiliasi kesukuan. Terlihat dalam kampanye sebagai bentuk partisipasi yang lain. Kesukuan bukan hanya tentang indentitas
57
Firmansyah,Marketing Politik: Antara Pemahaman dan Realita, 2007, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, Hal.80.
Universitas Sumatera Utara
72
berkembang di kabupaten langkat . perkembangan situasi eksternal tanpa harus mengganggu stabilitas internalnya. Pada situasi. Tingkat fanatisme kesukuan yang
tinggi merupakan kondisi ataupersyaratan politik yang harus ada jika suku-suku tertentu ingin melanggengkan eksistensinya Pola mobilisasi politik yang dipilih
masyarakat untuk menggalang dukungan pemilih. Penerapan mobilisasi politik sangat bergantung pada karakter dan situasi
politik yang dihadapi masing-masing Calon Legillatif. mobilisasi politik di kabupaten langkat yang dilakukan calon legislatif jugadipengaruhi oleh karakter
kesukuan di yang mendorong suku-suku mayoritas untuk menghadirkan massa sebesar-besarnya.
Mobilisasi Politik di Kabupaten langkat yang kuat ini diperlukan untuk mendukung kerja calon legislatif Caleg kabupaten langkat dalam melakukan
mobilisasi politik secara luas. Keorganisasianyang kuat juga diperlukan ketika isu kesukuan menghadapi situasi krisis pendukungan misalnya Kuatnya dominasi
partai politik sebagai mobilizer dapat dilihat dari konsep mobilisasi politik. Bapak Surya Darma Ginting Karo berpandangan bahwa :
“Saya sudah aktif di kegiatan-kegiatan kesukuan, apalagi orang- orang karo ini lebih kental sukunya daripada agamanya. Identitas
kesukuan karo itu sangat kuat dimana walaupun berbeda agama tapi tetap identitas budaya karo sangat toleran. Perkumpulan muslim karo
dan masyarakat GBKP Gereja Batak Karo Protestan menyatu dalam Marga silima. Nah dari sinilah terbentuk sebuah kesadaran dalam
masyarakat karo itu sendiri dan nanti pas pemilu kita akan saling mengajak ke TPS dan saling mendukung, tak jarang ini seperti
digiring secara massa”
58
58
Wawancara dengan Surya Darma Ginting Karo, ST Anggota DPRD dari partai Gerindra Kab. Langkat periode 2014-2019, pada tanggal 6 Juli 2015 Pukul 10.00 Wib
Universitas Sumatera Utara
73
Hal ini ditegaskan kembali oleh bapak Sujono Jawa yang memilih Caleg yang bersuku jawa juga yang mengatakan :
“Tentunya seperti itu bahwa saya memilih bapak Agus Salim karena sama-sama orang Jawa, saya juga mengajak teman-teman dan
keluarga untuk memilih agus Salim. Hal ini disebabkan kan semua orang punya kepentingan yang berbeda dan keinginan yang berbeda-
beda juga, tentunya kita orang jawa pasti lebih mengertilah jika yang dipilih orang Jawa juga. Ini udah kayak perjanjian tidak tertulis
bahwa kemajuan suku karena suku itu juga”
59
Aktivitas mobilisasi politik yang dilakukan karena faktor kesukuan mendorong pemilih lebih partisan datang ke TPS. Rasa ketertarikanatau kedekatan
pemilih pada suatu Calon disebabkan oleh hal-hal yang menyangkut kesukuan calon tersebu yang berhubungan dengan sosiokultural keluarga, rasetnik
Instrumen-instrumen kesukuan ini misalnya jaringan sosial etnik, agama, Cara-cara yang dilakukan oleh Caleg untuk memilih berdsarkan kesukuan
dengan menimbulkan rasaketertarikan pemilih potensial untuk lebih terlibat dalam hal-hal yang dihubungkan dengan aktivitas budaya atau suku. Menciptakan
suasana kedekatan pemilih dengan calon. Misalnya para pemilih potensial dari suku yang sama yang dikontak atau didekati aktivis tokoh tokoh masyarakat,
ternyata aktif terlibat dalam memasang atribut caleg, menghadiri kampanye Calon, bekerja membantu calon dan mempengaruhi pemilih lain dengan isu
kesukuan yang dijual.
59
Wawancara dengan Sujono Jawa masyarakat langkat bersuku jawa konstituen Agus Salim di batang serangan, Kabupaten Langkat pada tanggal 2 Juli 2015 Pukul 11.30 wib.
Universitas Sumatera Utara
74
ketokohan, keluarga, klienhingga jaringan kerja sebagai sarana penggalangan dukungan pemilih.
Dengan beragamnya suku di kabupaten langkat, adat serta agama yang dimiliki oleh kabupaten langkat yang masing-masing suku memiliki khasnya
masing-masing, telah memunculkan perilaku politik yang berbeda-beda. Mobilisasi politik dikabupaten langkat pencerminan dari budaya politik suatu
masyarakat yang penuh dengananeka bentuk kelompok dengan berbagai macam tingkah lakunya dengan pola mobilisasi.
Struktur masyarakat di kabupaten langkat ditandai oleh dua ciri yang bersifat unik.Secara horizontal, hal itu ditandai dengan adanya perbedaan suku
bangsa, agama, adat istiadat, dan kedaerahan. Secara vertikal, struktur di kabupaten langkat ditandai oleh adanya perbedaan antara lapisan atas dan lapisan
bawah yang cukuptajam. Secara horizontal, masyarakat di kabupaten langkat dalam hubungan politik dalamperbedaan perspektif suku melahirkan perbedaan
kepentingan yang merucing dan menuju konflik sertaperbedaan kepentingan politis antara masyarakat lapisan atas dan masyarakatlapisan bawah memicu
terjadinya penguasaan lapisan masyarakat bawah olehlapisan masyarakat atas. keberadaan politiketnisitas dan politik identitas masih dipandang penting
sebagai salah satu media dalam acara mobilisasi politik, membangun jaringan politik membangun koalisikoalisipartai dan membangun jaringan lobi politik.
Sedangkan di kalanganbirokrasi dan jajaran eksekutif, kesukuan juga berkaitan dengan Etnisitas kelompok sosial dalam sistem sosial atau kebudayaan yang
Universitas Sumatera Utara
75
mempunyai arti atau kedudukan tertentu karena keturunan adat, agama, danbahasa.
60
“orang karo harus memilih orang karo juga. Kalau ada orang kita ngapain kita memilih yang lain dan keluarga-keluarga juga memilih
orang karo juga, terserah dia siapa yang penting orang karo. Meskipun, Istri saya br. Bangun, kemarin dia memilih Romelta ginting, karena
sama-sama orang karo” Dalam masyarakat yang multietnik dikabupaten langkat, dinamika politik
senantiasa memiliki tegangan yanglebih tinggi dibandingkan pada daerah yang relatif homogen. Hal tersebut dapat kita lihat padakontestasi politik di tingkat
lokal pada pemilu 2014 yang lalu yang menyita perhatian. Aspek memiliki peran yang sentral dalam politik lokal di Kabupaten langkat. Hal initampak pada proses
pemilihan legislative di Kabupaten Langkat. Mobilisasi pemilih dapat dilakukandengan mengangkat isu-isu yang berkaitan dengan etnisitas, baik etnis,
agama dan sebutanpenduduk asli atau pendatang. Hal ini kembali diperkuat oleh Terkelin Ginting yang memilih Romelta
Ginting Caleg terpilih dari PDI Perjuangan yang mengatakan bahwa :
61
Latar belakang etnis kandidat sedikit banyak mempengaruhipilihan pemilih. Ini terutama terjadi di wilayah-wilayah yang mempunyai perimbangan
etnisdimana ada dua atau lebih suku dominan di Kabupaten Langkat. Dalam Pemilihan legislatif 2014 kabupaten langkat faktor kesukuan memainkan peranan
penting. Pemilihcenderung memilih kandidat yang berasal dari etnis yang
60
Zuhro, S, Peran Aktor Dalam Demokratisasi, 2009, Yogyakarta: Penerbit Ombak, Hal,89.
61
Wawancara dengan Terkelin Ginting Karo masyarakat langkat bersuku jawa konstituen Romelta Ginting di kelurahan batang serangan, Kabupaten Langkat 2 Juli 2015.
Universitas Sumatera Utara
76
sama.putra daerah dan etnisitas lainnya. Ditambah lagi dengan disparitas agama yangdianut.
Salah satu tantangan dalam Mobilisasi politik menjelang pemilihan umum adalah terkait Money Politik. Dengan cara Money Politics hanya calon yang
memiliki dana besar yang dapat melakukan kampanye dan sosialisasi ke seluruh Indonesia. Ini memperkecil kesempatan bagi kandidat perorangan yang memiliki
dana terbatas. Namun, kondisinya berbeda ketika walaupun memiliki integritas tinggi. Misalnya orang tersebut merupakan tokoh di komunitas masyarakat Jawa,
suku Melayu atau suku Karo. Para pemilih akan lebih memilih mereka dengan menggunakan pendekatan kesukuan misalnya datang kesetiap acara pernikahan,
acara-acara yang sifatnya kedaerahan atau acara tahunan untuk suku karo.
Hal ini kembali ditegaskan oleh Bapak Ir. Munhasyar. Spd yang mengatakan :
“Memang betul untuk mengajak orang datang ke TPS dan memilih kita itu terkait masalah apa yang kan kita berikan. Hal ini tentunya
terkait besaran nominal yang akan kita berikan kepada pemilih. Namun, pendekatan yang kita lakukan masuk kesistem kekeluargaan mereka.
Kita ajak satu keluarga dengan mendatangi rumahnya. Kadang saya yang bertamu saya yang belikan makanan dan melakukan interaksi
dengan mereka, mengajak mereka untuk berpatisipasi dalam pemilihan. Inilah wujud kebersamaan itu bahwa semuanya akan luluh oleh
kebersamaan, perkiraan saya bahkan tidak meleset ketika dalam satu kelurahan saya targetkan 50 suara yang dapat 53 suara. Inikan jelas,
Universitas Sumatera Utara
77
bahwa mereka bisa aja menerima uang dari mana-mana namun untuk pilihan pada saya”.
62
4. Sejarah dan Hubungan antar Etnis di kabupaten Langkat