83
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah mendapatkan data di lapangan, maka berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai “Tinjauan Yuridis Tentang Klaim Asuransi Pada Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Studi pada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Cabang Lubuk Pakam” maka penulis dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut : 1.
Tata Cara klaim non kapitasi di fasilitas kesehatan tingkat pertama pada badan penyelenggara jaminan sosial kesehatan adalah Klaim Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan hanya dilakukan oleh rumah sakit maupun fasilitas kesehatan yang telah ditunjuk oleh BPJS Kesehatan.
Klaim non kapitasi tidak dapat dilakukan oleh individu. 2.
Prosedur pembayaran klaim di fasilitas kesehatan tingkat pertama pada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan adalah pembayaran
dibayar dengan kapitasi, yaitu berdasarkan norma penetapan besaran
kapitasi dan jumlah peserta terdaftar di fasilitas kesehatan tingkat pertama
sesuai ketentuan pendaftaran peserta di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang berlaku. Pembayaran kapitasi kepada fasilitas kesehatan
tingkat pertama dilaksanakan setiap bulan selambat-lambatnya tanggal 15 lima belas sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Fasilitas kesehatan
Universitas Sumatera Utara
3. tingkat pertama tidak diperkenankan menarik biaya apapun terhadap
Peserta sepanjang pelayanan kesehatan 4.
Hambatan dalam pelaksanaan klaim asuransi pada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan adalah jika berkas tidak memenuhi syarat dan
pengajuan klaim lewat dari batas waktu yang ditentukan
C. SARAN
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan diharapkan menjadi program tepat pemerintah dalam meningkatkan kesehatan rakyat Indonesia
secara nasional. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan memang menjadi andalan masyarakat untuk menjamin kesehatan tapi diakui masih
banyak kekurangan dalam hal pelayanan. Terdapat beberapa polemik yang ada dalam penyelenggaraan jaminan kesehatan ini. Untuk itu pemerintah
harus lebih memperhatikan kinerja dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan agar seluruh masyarakat nantinya dapat merasakan penuh manfaat
dari program pemerintah yang bertujuan untuk kesejahtaraan rakyat Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
19
BAB II PENGATURAN ASURANSI DI INDONESIA
A. Pengertian dan Dasar Hukum Asuransi
Manusia selalu dihadapkan dengan peristiwa yang tidak pasti. Peristiwa yang tidak pasti tersebut dapat berupa peristiwa menguntungkan
atau menyenangkan atau merupakan keuntungan yang mungkin diharapkan. Disamping itu dapat pula berupa peristiwa negatif yang
merugikan baik bagi dirinya, keluarganya maupun harta bendanya.
18
Oleh sebab itu manusia memerlukan proteksi atau perlindungan. Asuransi
dalam bahasa belanda disebut verzekering yang berarti pertanggungan atau asuransi dalam bahasa inggris disebut inssurance
19
. Asuransi berasal dari bahasa inggris “assure” yang berarti menanggung dan “assurance” yang
berarti tanggungan
20
Dalam hukum asuransi dikenal bermacam macam istilah. Ada istilah hukum pertanggungan, hukum asuransi. dalam bahasa belanda
disebut verzekering recht dan dalam istilah bahasa inggris disebut insurance law, sedangkan dalam praktek sejak dalam hindia belanda
sampai sekarang banyak dipakai orang istilah asuransi assurantie
21
18
M. Suparman sastrawidjaya, Aspek-Aspek Hukum Asuransi dan Surat Berharga, Alumni, Bandung, 1997, hal. 1
19
J.C.T.Simorangkir, Rudy erwin, J.T. Prasetyo, Kamus Hukum, Jakarta; Sinar Grafika, 2009 hal 182
20
I.P.M. Ranuhandoko, Terminal Hukum : Inggris-Indonesia, Jakarta; Sinar Grafika, 2006, hal 75
21
Abdul Muis, Hukum Asuransi dan Bentuk-bentuk Perasuransian, Medan; Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2005, hal 1
Universitas Sumatera Utara
Asuransi merupakan suatu sistem atau tindakan untuk melimpahkan, mengalihkan, atau mentransfer risiko yang ditanggung
kepada pihak lain dengan syarat melakukan pembayaran premi dalam rentang waktu tertentu secara teratur sebagai ganti polis yang menjamin
perlindungan terhadap risiko yang dimungkinkan terjadi di masa depan seiring dengan ketidakpastian itu sendiri.
22
Pengaturan ini diperbaharui dengan diterbitkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian Pasal 1 yang mengemukakan
Adapun pengertian asuransi sendiri memiliki beberapa defenisi. Pertama, definisi asuransi menurut Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian. Dalam undang-undang ini, disebutkan bahwa asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian
antara dua pihak atau lebih. Dalam konteks, pihak penanggung mengingkatkan diri kepada pihak tertanggung dengan menerima premi
asuransi guna memberikan penggantian pada tertanggung yang disebabkan oleh kerugian yang dialaminya, semisal berupa kerusakan,
kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum terhadap pihak ketiga yang dimungkinkan akan dialami oleh pihak
tertanggung yang disebabkan oleh berbagai macam peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu pembayaran didasarkan pada meninggal atau
hidupnya seseorang yang dipertanggungkan
22
Zian Farodis, Buku Pintar Asuransi, Jogjakarta; Laksana, 2014, hal.1
Universitas Sumatera Utara
bahwa asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk :
a. Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang
polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada
pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti; atau
b. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meningganya
tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan
danatau didasarkan pada hasil pengelolaan dana
23
Menurut Abbas Salim, asuransi adalah suatu kemauan untuk menetapkan kerugian kecil sedikit yang sudah pasti sebagai pengganti
substansi kerugian-kerugian yang besar yang belum pasti. Dapat ditarik kesimpulan bahwa, orang bersedia membayar kerugian yang sedikit untuk
masa sekarang, agar bisa menghadapi kerugian-kerugian besar yang mungkin terjadi pada waktu mendatang
24
23
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 jo Undang-Undang 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian
24
Abbas Salim, Asuransi dan Manajemen Risiko, Jakarta; Raja Grafindo Persada, 2007 hal 1
Dasar hukum perjanjian asuransi diatur dalam Pasal 1774 KUH Perdata yang berbunyi sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Suatu perjanjian untung untungan adalah suatu perbuatan yang hasilnya, mengenai untung ruginya, baik bagi semua pihak, maupun bagi
sementara, bergantung kepada suatu kejadian yang belum tetntu. Demikian adalah: perjanjian pertanggungan; bunga cagak hidup;
perjudian dan pertaruhan. Perjanjian yang pertama diatur dalam Kitab undang undang hukum dagang
Menurut pasal di atas, perjanjian asuransi digolongkan ke dalam perjanjian untung untungan. Penggolongan perjanjian asuransi sebagai
perjanjian untung untungan tidak sesuai dengan sifat perjanjian asuransi yang sesungguhnya.
Dorhout mess mengatakan bahwa pembuat undang undang memasukkan asuransi sebagai perjanjian untung untungan, seperti
perjudian dan pertaruhan yang diatur dalam Pasal 1774 tersebut berdasarkan pertimbangan bahwa besarnya kewajiban penanggung
digantungkan pada peristiwa yang tidak pasti. Kewajiban tersebut baru dapat dipenuhi jika peristiwa yang ditanggung benar benar terjadi.
Penggolongan perjanjian asuransi secara umum oleh KUH Perdata sebagai salah satu bentuk perjanjian untung untungan sebenarnya merupakan satu
penerapan yang sama sekali tidak tepat di samping bertentangan dengan prinsip prinsip yang harus dipenuhi dalam perjanjian asuransi itu sendiri.
Karakteristik perjanjian untung untungan adalah berdasarkan kemungkinan yang sangat bersifat spekulatif dengan tujuan utama hanya
kepentingan keuangan sementara perjanjian asuransi pada dasarnya
Universitas Sumatera Utara
mempunyai tujuan yang lebih pasti, yaitu memperalihkan risiko yang sudah ada yang berkaitan pada kemanfaatan ekonomi tertentu sehingga
tetap berada dalam posisi yang sama. Pasal 1774 KUH Perdata yang menyatakan perjanjian asuransi diatur selanjutnya dalam KUH Dagang
menjadikan asuransi sebagai perbuatan ekonomi yang sah oleh hukum dan pengakuan sah tersebut telah diatur pula dalam berbagai undang undang
dinluar KUH Dagang antara lain Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian. Dengan demikian ketentuan Pasal 1774
KUH Perdata tidak dapat dijadikan dasar hukum perjanjian asuransi. Dari sudut pandang dewasa ini, penggolongan asuransi ke dalam
perjanjian untung untungan dan pertaruhan tersebut tidak sesuai dengan sifat perjanjian asuransi sesungguhnya. Kejanggalan penggolongan
tersebut dapat dibuktikan dari alasan alasan berikut : 1.
Dasar perjanjian asuransi adalah kesanggupan penanggung, dengan imbalan pembayaran premi dari tertanggung, untuk
mengganti kerugian atau memberikan manfaat apabila peristiwa yang diasuransikan terjadi, bukan faktor terjadi
atau tidak terjadinya peristiwa yang diasuransikan. Pada perjudian dan pertaruhan, dasar perjanjian adalah terjadi
atau tidak terjadinya peristiwa yang diperjanjikan 2.
Keberadaan kepentingan yang dimiliki insurable interest pada tertanggung atas objek asuransi sebagai syarat mutlak
untuk mengingatkan diri dengan penanggung yaitu dapat
Universitas Sumatera Utara
diukur dari apakah tertanggung akan dirugikan apabila peristiwa yang diasuransikan terjadi Pasal 250 KUH
Dagang. Penanggung tidak berkewajiban mengganti kerugian atau membayar manfaat kepada siapa pun yang
tidak mempunyai kepentingan atas objek asuransi. perjudian dan pertaruhan tidak memberikan persyaratan
tersebut dan siapa pun dapat ikut serta, dan kepentingan itu ada setelah peristiwa terjadi.
3. Penjudi berharap peristiwa yang diperjanjikan terjadi
sehingga memperoleh keuntungan finansial. Tertanggung tidak berharap peristiwa yang diasuransikan karena
tertanggung tidak akan mendapat keuntungan finansial tetapi ganti kerugian
4. Perjanjian asuransi merupakan mekanisme pengalihan
risiko sedangkan perjudian dan pertaruhan bukan merupakan pengalihan risiko, tetapi perjanjian untung
untungan chance game yang semata mata berdasarkan kesempatan terjadi atau tidak terjadinya suatu peristiwa
yang diperjanjikan 5.
Pengalihan risiko dalam perjanjian asuransi dilakukan dengan imbalan pembayaran premi oleh tertanggung yang
dianggap setimpal dengan risiko yang harus diasuransikan walaupun pembayaran klaim sebagai pemenuhan prestasi
Universitas Sumatera Utara
belum tentu seimbang dengan jumlah premi. Perjudian atau pertaruhan dapat dilakukan tanpa menggantungkannya pada
keseimbangan antara prestasi dan biaya penyertaan. 6.
Pada perjanjian perjudian dan pertaruhan, pihak yang wanprestasi tidak dapat digugat secara hukum karena
merupakan perikatan alamiah. Dalam perjanjian asuransi, tertanggung atau penanggung yang tidak memenuhi
kewajibannya dapat dituntut secara hukum karena merupakan perikatan perdata
25
Pengaturan asuransi sebagai sebuah perjanijan diatur di bawah KUH Dagang. Berdasarkan Pasal 1 KUH Dagang, hukum dagang dapat
dikatakan merupakan lanjutan dari hukum perdata. Oleh sebab itu, ketentuan yang terdapat dalam KUH Perdata sebagai ketentuan khusus,
selama oleh ketentuan yang terakhir itu belum diatur sebaliknya. Secara positif, asuransi dan lembaga asuransi beserta pengaturannya telah berlaku
di indonesia sejak tahun 1848, yaitu sejak KUH Dagang berdasarkan asas kondordansi berlaku di indonesia.
KUH Dagang merupakan induk berbagai ketentuan ketentuan hukum dagang indonesia. KUH Dagang memuat bab bab tersendiri
mengenai asuransi sebagai sebuah perjanjian yang dibagi dalam dua bagian, yaitu pengaturan yang bersifat umum dan pengaturan yang bersifat
khusus. Sebagai aturan induk selain dari ketentuan umum mengenai
25
A. Junaedy ganie, Op.Cit hal. 64
Universitas Sumatera Utara
perikatan yang merupakan asas asas yang dikandung oleh KUH Perdata, ketentuan ketentuan KUH Dagang akan selalu menjadi dasar suatu
perjanjian asuransi apabila tidak diatur secara khusus dalam perjanjian asuransi itu sendiri.
Pengertian asuransi menurut KUH Dagang Menurut Pasal 246 KUH Dagang, asuransi adalah
Suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu.
Pengertian tersebut menunjukkan bahwa perjanjian asuransi merupakan suatu perikatan timbal balik antara penanggung yang
memberikan jaminan dan dengan tertanggung yang memberikan imbalan pembayaran premi asuransi. pengertian dalam Pasal 246 KUH Dagang
tersebut hanya mengatur penggantian kepada tertanggung atas kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan. Dalam asuransi
jiwa, yang menjadi objek asuransi adalah jiwa tertanggung atau mereka yang diasuransikan dan manfaat yang diberikan dapat berupa santunan
kepada seseorang atau lebih yang ditunjuk sebagai penerima manfaat apabila tertanggung atau yang dipertanggungkan meninggal dunia atau
penerimaaan manfaat yang disepakati oleh tertanggung yang selamat sampai akhir masa asuransi.
Universitas Sumatera Utara
Adapun yang paling penting untuk diperhatikan adalah bahwa perjanjian asuransi adalah perjanjian atas dasar uberrimae fidei, utmost
goodfaith. Dalam sistem common law, terdapat kewajiban yang luas bagi para pihak untuk melakukan keterbukaan disclosure. Tetapi untuk tujuan
yang lebih umum, sebuah perjanjian di mana satu pihak penanggung dengan imbalan tertentu, sepakat untuk menanggung risiko dari suatu
peristiwa, kejadian yang waktunya tidak dapat ditentukan, atas hal tersebut pihak yang lain tertanggung terancam exposed dan mempunyai
kepentingan dan sepakat dalam hal timbulnya peristiwa, kejadian yang ditanggung, penanggung akan membayar kepada tertanggung sejumlah
uang, atau menyediakan manfaat dalam bentuk lain yang memiliki nilai keuangan tidak selalu harus membayar dalam bentuk uang. Meskipun
demikian, sementara defenisi ini mencukupi untuk tujuan tujuan tertentu, dapat saja diperlukan suatu defenisi yang lain yang akan tepat untuk
keperluan keperluan yang berbeda beda.
26
Dalam KUH Dagang ada 2 dua cara pengaturan asuransi, yaitu pengaturan yang bersifat umu dan yang bersifat khusus. Pengaturan yang
bersifat umum terdapat dalam buku I Bab 9 Pasal 246 – Pasal 286 KUH Dagang yang berlaku bagi semua jenis asuransi, baik yang sudah diatur
dalam KUHD maupun yang diatur di luar KUHD, kecuali jika secara khusus terdapat dalam Buku I Bab 10 Pasal 287 – Pasal 308 KUHD dan
26
Ibid, hal 84-85
Universitas Sumatera Utara
Buku II Bab 9 dan Bab 10 Pasal 592 – Pasal 695 KUHD dengan rincian sebagai berikut :
a. Asuransi kebakaran Pasal 287 – Pasal 298 KUHD
b. Asuransi hasil pertanian Pasal 299 – Pasal 301 KUHD
c. Asuransi jiwa Pasal 302 – Pasal 308 KUHD
d. Asuransi pengangkutan laut dan perbudakan Pasal 592
– Pasal 658 KUHD e.
Asuransi pengangkutan darat, sungai dan perairan pedalaman Pasal 686 – Pasal 695 KUHD
27
B. Asuransi sebagai perjanjian