Buku II Bab 9 dan Bab 10 Pasal 592 – Pasal 695 KUHD dengan rincian sebagai berikut :
a. Asuransi kebakaran Pasal 287 – Pasal 298 KUHD
b. Asuransi hasil pertanian Pasal 299 – Pasal 301 KUHD
c. Asuransi jiwa Pasal 302 – Pasal 308 KUHD
d. Asuransi pengangkutan laut dan perbudakan Pasal 592
– Pasal 658 KUHD e.
Asuransi pengangkutan darat, sungai dan perairan pedalaman Pasal 686 – Pasal 695 KUHD
27
B. Asuransi sebagai perjanjian
Inti atau jiwa atau ruh dalam asuransi adalah perjanjian.
28
Menurut Apeldoorn perjanjian disebut faktor yang membantu pembentukan
hukum, sedangkan menurut Lemaire perjanjian adalah determinan hukum.
29
27
Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, PT CITRA ADITYA BAKTI, Bandung, 2006, hal. 18
28
H.K. Martono Eka Budi Tjahjono, Asuransi Transportasi Darat-Laut-Udara, Mandar Maju, Bandung, 2011, hal. 55
29
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, Liberty, Yogyakarta, 1985, hal. 117
Asuransi merupakan salah satu jenis perjanjian khusus yang diatur dalam KUHD. Sebagai perjanjian, maka ketentuan syarat-syarat
sah suatu perjanjian dalam KUH Perdata berlaku juga bagi perjanjian asuransi. karena perjanjian asuransi merupakan perjanjian khusus,
maka di samping ketentuan syarat-syarat sah suatu perjanjian, berlaku juga syarat-syarat khusus yang diatur dalam dalam Kitab Undang-
undang Hukum Dagang. Syarat-syarat sah suatu perjanjian diatur
Universitas Sumatera Utara
dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Menurut ketentuan pasal tersebut, ada 4 empat syarat sah suatu perjanjian, yaitu kesepakatan para pihak,
kewenangan berbuat, objek tertentu, dan kausa yang halal. Syarat yang diatur dalam KUHD adalah kewajiban pemberitahuan yang diatur
dalam Pasal 251 KUHD 1.
Kesepakatan Consensus Tertanggung dan penanggung sepakat mengadakan perjanjian
asuransi, kesepakatan tersebut meliputi : a.
Benda yang menjadi obyek asuransi b.
Pengalihan risiko dan pembayaran premi c.
Evenemen dan ganti kerugian d.
Syarat-syarat khusus asuransi e.
Dibuat secara tertulis yang disebut polis Kesepakatan aatara tertanggung dan penanggung dibuat secara
bebas, tidak berada di bawah pengaruh, tekanan, atau paksaan pihak tertentu. Kedua belah pihak sepakat menentukan syarat-
syarat perjanjian asuransi sesuai dengan ketentuan perundang- undangan yang berlaku
2. Kewenangan authority
Kedua pihak tertanggung dan penanggung wenang melakukan perbuatan hukum yang diakui oleh undang-undang. Kewenangan
berbuat tersebut ada yang bersifat subjektif dan ada yang bersifat objektif. Kewenangan subjektif artinya kedua pihak sudah dewasa,
Universitas Sumatera Utara
sehat ingatan, tidak berada di bawah perwalian atau pemegang kuasa yang sah. Kewenangan objektif artinya tertanggung
mampunyai hubungan yang sah dengan objek asuransi karena benda tersebut adalah kekayaan miliknya sendiri. Penanggung
adalah pihak yang sah mewakili perusahaan asuransi berdasarkan anggaran dasar perusahaan. Apabila asuransi yang diadakan itu
untuk kepentingan pihak ketiga, maka tertanggung yang mengadakan asuransi itu mendapat kuasa atau pembenaran dari
pihak ketiga yang bersangkutan 3.
Objek tertentu fixed object Objek tertentu dalam perjanjian asuransi adalah objek yang
diasuransikan, dapat berupa harta kekayaan, dapat berupa harta kekayaan dan kepentingan yang melekat pada harta kekayaan,
dapat pula berupa jiwa atau raga manusia. Objek tertentu berupa harta kekayaan dan kepentingan yang melekat pada harta kekayaan
terdapat pada perjanjian asuransi kerugian. Objek tertentu berupa jiwa atau raga manusia terdapat pada perjanjian asuransi jiwa.
Karena yang mengasuransikan objek itu adalah tertanggung, maka dia harus mempunyai hubungan langsung atau tidak langsung
dengan objek asuransi itu. 4.
Kausa Yang Halal Legal Cause Kausa yang halal maksudnya adalah isi perjanjian asuransi itu
tidak dilarang undang-undang, tidak bertentangan dengan
Universitas Sumatera Utara
ketertiban umum, tidak bertentangan dengan kesusilaan. Berdasarkan kausa yang halal itu, tujuan yang hendak dicapai oleh
tertanggung dan penanggung adalah beralihnya risiko atas objek asuransi yang diimbangi dengan pembayaran premi, penanggung
menerima peralihan risiko atas objek asuransi. jika premi dibayar maka risiko beralih. Jika premi tidak dibayar risiko tidak beralih
5. Pemberitahuan notification
a. Teori objektivitas objectivity theory
Salah satu teori ilmu hukum yang dikenal dalam hukum asuransi adalah teori objektivitas. Menurut teori ini setiap
asuransi harus mempunyai objek tertentu. Objek tertentu artinya jenis, identitas dan sifat yang dimiliki objek tersebut
harus jelas dan pasti. sifat objek asuransi mungkin dapat menjadi sebab timbulnya kerugian. Berdasarkan pemberitahuan
itu penanggung dapat mempertimbangkan apakah dia akan menerima pengalihan risiko dari tertanggung atau tidak.
keunggulan teori ini adalah penanggung dilindungi dari perbuatan tertanggung yang tidak jujur in bad faith
sebaliknya tertanggung selalu dimotivasi untuk berbuat jujur in good faith dan selalu berhati-hati melakukan
pemberitahuan sifat objek asuransi kepada penanggung. Teori ini berfungsi untuk mengarahkan tertanggung dan penanggung
Universitas Sumatera Utara
agar mengadakan perjanjian asuransi dilandasi asas kebebasan berkontrak yang adil fair
b. Pengaturan pemberitahuan dalam KUHD
Tertanggung wajib memberitahukan kepada penanggung mengenai keadaan objek asuransi. kewajiban ini dilakukan saat
mengadakan asuransi. jika tertanggung lalai maka akibat hukumnya asuransi batal
30
Dalam sahnya suatu perjanjian yang terdapat dalam Pasal 1320 KUH Perdata, dua syarat pertama dinamakan syarat-
syarat subjektif karena mengenai orang-orangnya atau subjeknya yang mengadakan perjanjian sedangkan dua syarat
yang terakhir dinamakan syarat-syarat objektif karena mengenai perjanjiannya sendiri oleh obyek dari perbuatan
hukum yang dilakukan itu
31
C. Tujuan asuransi