keluar dari Pelabuhan Dwikora Pontianak melewati Muara Jungkat yang keadaan air pada saat itu sedang surut. Akibatnya KM Titian Nusantara mengalami
kandas.
39
B. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan Pada Angkutan Laut
Kandasnya sebuah kapal dapat juga disebabkan oleh menabrak sebuah gundukan yang berada didasar laut. Maka dari itu peran penting seorang Nahkoda
sangat berpengaruh, Nahkoda harus memperhatikan keadaan permukaan air pada saat pelayaran untuk menghindari kandas. Nahkoda harus menghindari permukaan
air yang sedang surut dan juga harus memperhatikan apakah didalam permukaan air tersebut atau didasar air laut terdapat gundukan apa tidak yang dapat
menyebabkan sebuah kapal kandas.
Pengangkutan mempunyai peranan yang sangat luas dan penting untuk pembangunan ekonomi bangsa. Dapat dilakukan melalui udara, laut, dan darat
untuk mengangkut orang dan barang. Dalam perjalanannya dalam melakukan pengangkutan melalui udara, laut, dan darat sering mendapat halangan ataupun
hal-hal yang menghambat pengangkutan tersebut. Salah satu hambatan ataupun halangan tersebut adalah kecelakaan.
40
Kecelakaan Accident adalah peristiwa hukum pengangkutan berupa kejadian atau musibah; yang tidak dikehendaki oleh pihak-pihak; terjadi sebelum,
dalam waktu, atau sesudah penyelenggaraan pengangkutan; karena perbuatan
39
http:www.kalamanthana.com20160609ini-penyebab-kenapa-sering-kapal-kandas- di-muara-jungkat
40
Sinta Uli. Pengangkutan : Suatu Tinjauan Hukum Multimoda Transport Angkutan Laut, Angkutan Darat, dan Angkutan Udara
. Medan.USU Press. 2006. Hal.1
Universitas Sumatera Utara
manusia atau kerusakan alat pengangkut sehingga menimbulkan kerugian material, fisik, jiwa, atau hilangnya mata pencaharian bagi pihak penumpang,
bukan penumpang, pemilik barang, atau pihak pengangkut.
41
The term safety is an overall term that can include both safety and health hazards. In the personel are, however, a distinction is usually made between them.
Occupational safety refers to the condition of being safe from suffering or causing-hurt, injury, or loss in the workplace. Safety hazards are those aspects of
the work environment that can cause burns, electrical shick, cuts, bruises, sprains, broken bones, and the loss of limbs, eyesight, or hearing. They are often
associated with industrial equipment or the physical environment and involve job taks that require care and training. The harm is usualy immediate and sometimes
violent. Occupational health refers to the condition of being free from physical, mental, or emotional disease or pain caused by the work environment that, over a
period of time, can create emotional stress or physical disease. Dalam pengangkutan apapun, keselamatan menjadi faktor penting demi
menunjang kenyamanan dalam perjalanan. Keselamatan juga menjadi modal penting bagi berkembangnya usaha, terlebih dalam bidang jasa. Semua orang atau
pengguna jasa angkutan pastinya sangat mementingkan keselamatan dalam memilih sebuah angkutan, karena keselamatan berhubungan erat dengan jiwa
manusia. Seperti kutipan Leon C. Megginson 1981:364 mengemukakan bahwa :
42
41
Muhammad Abdulkadir., op.cit. Hal. 225
42
Chung, Kae H., and Leon C. Megginson.Organizational Behaviour: Developing Managerial Skills
. New York: Harper Row Publishers. 1981. Hal. 364
Universitas Sumatera Utara
Memang dalam tulisan tersebut lebih ditegaskan pada keselamatan kerja, tetapi ada sebuah tulisan tersebut yang menegskan bahwa istilah keselamatan
mencakup kedua istilah resiko keselamatan dan resiko kesehatan. Maka dalam sebuah pengangkutan keselamatan menjadi unsur yang sangat penting. Tidak
menutup kemungkinan bahwa memang setiap orang ingin agar perjalanan mereka ke suatu tempat aman dan selamat, tanpa ada halangan dan hambatan.
43
International Ship and Port Facility Security Code atau ISPS Code adalah
merupakan aturan yang menyeluruh mengenai langkah-langkah untuk Pada pembahasan sekarang ini Kecelakaan yang akan di bahas adalah
mengenai kecelakaan yang terjadi pada angkutan laut. Kecelakaan yang dapat terjadi pada kegiatan pelayaran. Pelayaran itu sendiri dapat diartikan sebagai
segala sesuatu yang berkaitan dengan angkutan perairan, kepelabuhan, serta keamanan dan keselamatannya. Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa, dalam menjalankan pengangkutan terlebih pengangkutan laut harus memperhatikan nilai keamanan dan keselamatan. Terlebih dalam angkutan laut,
pihak penyedia moda angkutan laut harus memperhatikan aspek-aspek keamanan dan keselamatan yang terdapat didalam sebuah objek angkutan laut yaitu kapal.
Ada berbagai fasilitas ataupun aspek yang menunjang keamanan dan keselamatan pada angkutan laut. Dimulai dari pelampung,skoci,dan fasilitas
keamanan kapal lainnya. Tetapi sekarang sudah ada peraturan Internasional yang mengatur tentang keamanan kapal.Peraturan tersebut dinamakan International
Shipand Port Facility Security Code atau yang disingkat dengan ISPS Code.
43
Mangkunegara Anwar Prabu. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung:PT Remaja Rosdakarya. 2013. Hal. 161
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan keamanan terhadap kapal dan fasilitas pelabuhan, atau dapat dikatakan sebagai peraturan Internasional tentang keamanan kapal dana fasilitas
pelabuhan, yang terdiri dari dua bagian, bagian A dan B. Bagian A terdiri berisi persyaratan wajib untuk pemerintah, kapalperusahaan, dan fasiitas pelabuhan.
Sedangkan bagian B berisi pedoman. Adapun fasilitas ataupun kelengkapan keselamatan yang harus ada dalam
sebuah kapal, sesuai dengan isi dari International Ship and Port Facility Security Code
adalah : a.
Memastikan pelaksanaan terhadap seluruh tugas-tugas keamanan kapal. b.
Pengawasan keluar masuk ke kapal. c.
Pengawasan terhadap naiknya orang-orangpersonil-personilnya dan barang bawaannya.
d. Memantau areal terbatas untuk memastikan bahwa hanya orang-
orangpersonil-personil yang berwenang yang memiliki akses keluar masuk.
e. Memantau areal geladak dan areal sekeliling kapal.
f. Mengawasi penanganan muatan dan perbekalan kapal.
g. Memastikan bahwa komunikasi keamanan ada dan siap digunakan.
Masih banyak lagi aspek keamanan kapal yang diatur dalam International Ship and Port Facility Security Code
tersebut, untuk menunjang kelancaran serta keamanan dan kenyamanan kapal dalam hal pelayaran. Namun seringkali pihak-
pihak tertentu tidak memperhatikan peraturan yang telah dibuat,terutama ISPS itu sendiri. Akibatnya masih sering terjadi kecelakaan yang dialami oleh sebuah
Universitas Sumatera Utara
kapal. Akan tetapi, tidak semua kecelakaan kapal yang terjadi disebabkan oleh kesalahan teknis atau Human Error. Kecelakaan kapal dapat juga disebabkan oleh
faktor alam. Dan masih ada lagi faktor yang menyebabkan kecelakaan pada angkutan laut terlebih pada kapal.
Menurut Ketentuan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran, Mahkamah Pelayaran dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada
menteri Perhubungan, yang berfungsi untuk melaksanakan pemeriksaan lanjutan atas kecelakaan kapal.
44
a. Faktor Manusia
Berikut akan diuraikan faktor-faktor penyebab dari kecelakaan angkutan laut, antara lain:
Kecelakaan yang terjadi atau dialami oleh angkutan umum terlebih angkutan laut, tidak lepas dari faktor manusia. Faktor manusia merupakan faktor
yang paling besar yang diantaranya adalah kecerobohan didalam menjalankan kapal, kurangnya kemampuan awak kapal dalam menguasai berbagai
permasalahan yang timbul dalam operasional kapal. Masih banyak awak kapal ataupun Nahkoda kapal yang menghiraukan aspek
keselamatan pada saat pelayaran. Padahal sudah ada peraturan yang mengatur Nahkoda dan awak kapal untuk menjaga kenyaman dan keselamatan kapal yang
dikemudikan. Sebelum berbicara mengenai faktor manusia yang menyebabkan kecelakaan pada angkutan laut, perlu di jelaskan terlebih dahulu pihak-pihak
ataupun petugas-petugas yang mendukung kelancaran dan keselamatan pelayaran.
44
Muhammad Abdulkadir., Op.cit. Hal.242
Universitas Sumatera Utara
Adapun pihak-pihak tersebut antara lain:
45
Selain daripada Nahkoda kapal, pihak yang berperan dalam sebuah pelayaran adalah awak kapal. Awak kapal teridiri dari:
Sesuai dengan definisi dari Nahkoda itu sendiri, Nahkoda ialah pejabat yang bertanggung jawab dan memegang kekuasaan
tertinggi dalam kapal. Artinya segala sesuatu baik mengenai pengoperasian, mekanisme kapal, ataupun keselamatan pada saat pelayaran, itu dipegang penuh
oleh seorang nahkoda.
46
• Bagian Geladak Deck Departement.
Awak kapal bagian geladak ini bertugas untuk navigasi pelayaran.
• Bagian Kamar Mesin Engineering Departement.
Kepala bagian mesin ini disebut “kepala kamar mesin” atau masinis kepala, tugasnya ialah menjalankan dan memelihara segala
macam mesin, yang ada di kapal. •
Bagian Perbekalan Catering Departement Bagian ini mempunyai dua seksi, yaitu: seksi masak dan seksi
pelayanan. Bagian ini adalah besar, dan lebih luas lagi di kapal penumpang, dimana organisasinya menyerupai hotel.
• Urusan administrasikeuangan.
Dalam kapal terkadang ditempatkan seorang petugas khusus yang mengurus administrasikeuanganmuatan. Petugas ini disebut
“Purser”.
45
Purwosutjipto, H.M.N,. Opcit. Hal. 115
46
Ibid . Hal. 117-118
Universitas Sumatera Utara
• Urusan Kesehatan.
Pada kapal penumpang terdapat pula seorang dokter dan beberapa juru rawat.
• Markonis.
Hampir disetiap kapal ditempatkan satu atau beberapa orang markonis, yang bertugas menerima dan mengirimkan telegrap atau
telepon radio. Dari semua pihak yang berperan dalam sebuah pelayaran, sudah jelas
bahwa masing-masing pihak sudah ada tugasnya sendiri. Dan sekali lagi para awak kapal tersebut bekerja berdasarkan perintah dari seorang Nahkoda kapal.
Sering kali, kecelakaan yang terjadi disebabkan oleh masing-masing pihak ataupun pihak tertentu menghiraukan perintah dari seorang Nahkoda kapal, serta
kecelakaan kapal dapat terjadi karena kesalahan kordinasi antara Nahkoda kapal dengan awak kapal, yang mengakibatkan tidak berjalannya satu atau beberapa
sistem kapal yang dapat mengakibatkan kecelakaan. a.
Faktor Teknis Kecelakaan yang dialami oleh sebuah kapal, dapat juga disebabkan oleh
faktor teknis. Yang dimaksudkan dengan faktor teknis disini adalah masalah kurang cermatnya pembuat design kapal dalam membuat design kapal. Banyak
kapal-kapal, terlebih kapal penumpang yang salah dalam hal design kapal tersebut. Ada juga faktor teknis dalam hal perawatan kapal telebih mesin kapal.
Perawatan yang dilakukan terkadang tidak sesuai dengan jadwal yang telah
Universitas Sumatera Utara
dibuat, sehingga menyebabkan mesin kapal menjadi cepat panas dan mengakibatkan sebuah kapal dapat terbakar.
47
b. Faktor Cuaca
Kecelakaan seringkali disebabkan oleh kondisi alam yang tidak bersahabat ataupun kondisi cuaca yang sedang buruk. Banyak Nahkoda yang menghiraukan
kondisi cuaca pada saat pelayaran, padahal sudah ada laporan mengenai kondisi cuaca yang terjadi pada jalur pelayaran. Faktor cuaca disini dapat berupa angin
yang sangat kencang, gelombang yang sedang meninggi, hujan yang sangat lebat, ataupun kabut yang dapat menghalangi jarak pandang dari Nahkoda tersebut.
Serta arus yang sangat deras yang dapat mengakibatkan terganggu nya sistem navigasi dari sang Nahkoda.
Dari faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan laut diatas, maka jelaslah bahwa sebelum sebuah kapal melakukan sebuah pelayaran harus diperiksa
terlebih dahulu kelengkapan serta perlengkapan dalam menunjang keselamatan dan kenyamanan dalam pelayaran, selanjutnya seorang Nahkoda harus bekerja
sama ataupun Nahkoda harus meminta laporan cuaca dari BMKG pada jalur pelayarannya, agar terhindar dari cuaca buruk. Tetapi sebelum itu semua
perusahaan penyedia transportasi laut harus menyeleksi Nahkoda dan awak kapal. Mereka harus mempunyai kompetensi dalam hal perkapalan agar sebuah kapal
terhindar dari sebuah kecelakaan.
47
http:kapal-pelaut-surveyor.blogspot.co.id2012113-faktor-penyebab-kecelakaan-dalam.html
Universitas Sumatera Utara
C. Pihak-Pihak Yang Bertanggung Jawab Terhadap Terjadinya Kecelakaan Angkutan Laut