5.2. Proses Pengolahan Pertambangan Emas Tradisional
Desa Saba Padang merupakan salah satu Desa di Kecamatan Huta Bargot Kabupaten Mandailing Natal yang sebahagian besar mata pencaharian penduduknya
sehari-hari menambang emas dengan cara tradisional, dengan Adanya penambangan emas tradisional di Desa Saba Padang ini memberi lapangan pekerjaan bagi
masyarakat sekitar dan meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Namun disamping memberi dampak positif berupa meningkatnya perekonomian,
penambangan emas tradisional juga memberi dampak negatif, yaitu diperkirakan tercemarnya sumber air di Desa Saba Padang karena adanya pengolahan
penambangan emas tradisional dilokasi pemukiman Saba Padang.
Penambangan emas tradisional di Desa Saba Padang telah berkembang selama 7 tahun terakhir. Kegiatan proses penambangan emas diawali dengan
penggalian batuan yang diperkirakan mengandung emas. Penggalian batuan dilakukan didaerah perbukitan di Desa Huta Bargot Nauli dengan membuat
lobang atau terowongan. Batuan-batuan tersebut dibungkus dalam karung hingga penuh. Kemudian, batuan tersebut dibawa untuk diolah di Desa Saba Padang.
Proses pengolahan dimulai dengan penghancuran batuan. Batuan dihancurkan sampai berbentuk kerikil kecil berukuran kira-kira 1-2 cm.
Selanjutnya setelah batuan tersebut berbentuk kerikil, dimasukkan ke dalam karung. Pengolahan emas menggunakan teknik amalgamasi.
Pertama mesin gelundung mesin penghancur batu mengandung emas dibuka tutupnya. Masukkan air, batuan kerikil, dan merkuri. Di dalam gelundung terdapat
3-5 batang besi untuk menghancurkan batuan kerikil. Kemudian mesin dinyalakan
Universitas Sumatera Utara
dan tekan tombol untuk menghidupkan gelundung. Proses untuk menghancurkan batuan tersebut berlangsung selama 4-5 jam.
Setelah 4-5 jam, mesin gelundung dimatikan dan tutup gelundung dibuka. Hasil pengolahan terdiri dari air buangan yang mengandung merkuri, lumpur, sisa
batuan yang tidak hancur sempurna, dan amalgam ikatan emas-perak dan merkuri. Air buangan dan lumpur akan dialirkan ke lubang penampungan,
sementara sisa batuan yang tidak hancur sempurna ditampung untuk diolah kembali. Kemudian dilakukan penyaringan untuk memisahkan merkuri dengan
amalgam. Penyaringan dilakukan dengan pemerasan menggunakan kain parasut. Kemudian amalgam dan merkuri akan terpisah. Merkuri akan digunakan kembali
untuk pengolahan berikutnya. Sementara amalgam akan dibakar untuk menguapkan merkuri sehingga tertinggal emas dengan konsentrasi tertentu.
Menurut Widodo 2008, proses pengolahan emas dengan metode amalgamasi ini merupakan salah satu penyebab pencemaran merkuri. Proses amalgamasi
dilakukan dengan pengikatan logam emas dari bijih tersebut dengan menggunakan merkuri Hg dalam tabung yang disebut gelundung amalgamator. Gelundung selain
berfungsi sebagai tempat proses amalgamasi juga berperan dalam mereduksi ukuran butir bijih dari yang kasar menjadi lebih halus. Hasil amalgamasi selanjutnya
dilakukan pencucian dan pendulangan untuk memisahkan amalgam dari ampas tailing. Amalgam yang diperoleh diproses melalui pembakaran penggebosan untuk
memperoleh perpaduan logam emas-perak bullion. Ada 3 jenis limbah utama pertambangan emas. Pertama adalah batuan limbah
yaitu batuan permukaan atas yang dikupas untuk mendapatkan batuan bijih atau batuan yang mengandung emas. Selanjutnya ada tailing bijih emas yang sudah
Universitas Sumatera Utara
diambil emasnya menggunakan merkuri dan tailing berbentuk lumpur yang
mengandung logam berat. Untuk penanganan limbah tailing penambangan emas tradisional dapat
diusahakan dengan: 1.
Air limbah dari proses pemisahan emas diperlukan proses pengolahan sebelum dibuang ke lingkungan. Salah satu rangkaian proses sederhana yang
diperlukan untuk penurunan kadar merkuri adalah berupa proses koagulasi, sedimentasi, dan filtrasi. Menurut Supriadi 2010, dari rangkaian proses
tersebut dapat menurunkan kadar merkuri sebesar 20-90 . 2.
Pada proses pemanasanpemijaran campuran biji emas dengan air raksa akan menguapkan air raksa yang ada, sehingga kegiatan ini harus dilakukan jauh
dari pemukiman penduduk, dan dalam pelaksanaannya harus memperhatikan arah angin Supriadi, 2010.
3. Menggunakan bioabsorber. Secara teknis dapat dilakukan dengan membuat
embungwaduk kecil sebelum pembuangan akhir badan air. Embung tersebut harus dijadikan sebagai muara buangan air limbah pertambangan rakyat sehingga
terkonsentrasi pada satu tempat. Pada embung tersebut ditumbuhkan eceng gondok yang akan mengadsorpsi logam berat yang terlarut didalamnya. Sebagai
pengolahan akhir sebelum dibuang ke pembuangan air dapat digunakan saringan karbon aktif untuk mengadsorbsi kandungan sisa yang belum dapat
diikatdiabsorbsi oleh eceng gondok Bilad, 2009.
Universitas Sumatera Utara
5.3. Kandungan Merkuri 5.3.1 Kandungan Merkuri Pada Bak Penampungan Limbah