Kelas II dengan baku mutu 0,002 mgl, maka air irigasi yang digunakan masyarakat dalam kebutuhan sehari-sehari mandi, mck, pertaniandi Desa
Saba Padang Kecamatan Huta Bargot Kabupaten Mandailing Natal tidak layak digunakan karena melewati nilai ambang batas yang telah ditetapkan
4.6. Hasil Keluhan Kesehatan Tabel 4.8.
Disitribusi Keluhan Kesehatan Masyarakat
Sering Kadang-
Tidak Jumlah
Keluhan Kadang
Pernah Kesehatan
n n
n Kulit
a. Kulit menjadi merah 27
28,1 53
55,2 16
16,6 100
b. Gatal-gatal 14
14,5 55
57,3 27
28,1 100
Saraf
a. Kesemutan 44
45,8 39
40,6 13
13,5 100
b. Gemetaran pada tangan 18
18,7 42
43,7 36
37,5 100
dan kaki c. Sulit konsentrasi
29 30,2
49 51
18 18,7
100 d. Sering gugup
17 17,7
48 50
31 32,2
100 e. Mudah lelah
56 58,3
35 36,4
5 5,2
100
Ginjal
a. Sering buang air kecil 23
24 62
64,5 11
11,4 100
b. Susah buang air kecil 13
13,5 21
21,8 62
64,5 100
Saluran cerna
a. Gusi bengkak 5
5,2 11
11,4 80
83,3 100
b. Mual 2
2 30
31,2 65
67,7 100
c. Muntah 3
3,1 27
28,1 66
68,7 100
Mata
a. Mata Merah 32
33,3 35
36,4 29
30,2 100
b. Mata terasa gatal 11
11,4 53
55,2 32
33,3 100
Berdasarkan tabel 4.8. dari hasil penelitian yang peneliti peroleh, bahwa dari
hasil keluhan kesehatan masyarakat menunjukkan adanya keluhan yang dialami oleh
masyarakat Desa Saba Padang , antara lain yaitu seringnya kelelahan menjadi angka yang paling tinggi dari hasil penelitian 56 orang , dan yang paling rendah adalah
mual 2 orang
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.9.
Disitribusi Keluhan Kesehatan
Keluhan Kesehatan Jumlah n
Persentase Lama keluhan
a. 1-7 Hari 27
28,1 b. 1-3 Minggu
41 42,7
c. 1-11 Bulan 18
18,8 d. 1 tahun
10 10,4
Banyak jenis Keluhan
a. Tidak Ada 2
2,0 b. Satu
15 15,5
c. Dua 19
19,4 d. Tiga
23 23,5
e. Empat 24
24,5 f. Lima
12 12,2
g. Enam 1
1,0
Pernah Berobat
a. Ya 46
47,9 b. Tidak
50 52,1
Berdasarkan tabel 4.9 hasil distribusi keluhan kesehatan menunjukkan bahwa banyaknya jenis keluhan kesehatan yang dialami oleh warga Desa Saba
Padang di antara nya yang paling tinggi terdapat di empat jenis keluhan sebanyak
24 responden 24,5 dan ada yang mengalami enam jenis penyakit
Universitas Sumatera Utara
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Sawah
Sawah merupakan lahan tanah yang dikelola sedemikian rupa untuk budidaya tanaman padi sawah, dimana padanya dilakukan penggenangan
selama atau sebagian dari masa pertumbuhan padi. Perbedaan lahan sawah dengan lahan rawa adalah masa penggenangan airnya, pada lahan sawah
penggenangan tidak terjadi terus-menerus tetapi mengalami masa pengeringan Musa, dkk, 2006 dalam Samosir 2010.
Menurut Puslitbangtanah, 2003 Berdasarkan sumber air yang digunakan dan keadaan genangannya, sawah dapat dibedakan menjadi empat, antara lain :
1. Sawah irigasi adalah sawah yang sumber airnya berasal dari tempat lain
melalui saluran-saluran yang sengaja di buat untuk itu. Sawah irigasi dibagi menjadi sawah irigasi teknis, sawah irigasi setengah semi teknis,
dan sawah irigasi sederhana. Sawah irigasi teknis air pengairannya berasaldari waduk, dam atau danau dan dialirkan melalui saluran induk
primer yang selanjutnya dibagi-bagi ke dalam saluran-saluran sekunder dan tersier melalui bangunan pintu-pintu pembagi. Sawah irigasi sebagian
besar dapat ditanami padi dua kali atau lebih dalam setahun, tetapi sebagian ada yang hanya dapat ditanami padi sekali setahun bila
ketersediaan air tidak mencukupi terutama yang terletak di ujung-ujung saluran primer dan jauhdari sumber lainnya. Sawah irigasi teknis dan
setengah teknis dibedakan berdasarkan sistem pengelolaan jaringan irigasinya. Irigasi teknis seluruhjaringan irigasi dikuasai dan dipelihara
oleh pemerintah, sedangkan irigasis etangah teknis pemerintah hanya
51
Universitas Sumatera Utara
menguasai bangunan penyadap untuk dapat mengatur dan mengukur pemasukan air. Irigasi sederhana adalah pengairan yang sumber airnya
dari tempat lain umumnya berupa mata air dan salurannya dibuat secara sederhana oleh masyarakat petani setempat,tanpa bangunan-
bangunan permanen. 2.
Sawah tadah hujan adalah sawah yang sumber airnya tergantung atau berasal dari curah hujan tanpa adanya bangunan-bangunan irigasi
permanen. Sawah tadah hujan umumnya terdapat pada wilayah yang posisinya lebih tinggi dari sawah irigasi atau sawah lainnya sehingga
tidak memungkinkan terjangkau oleh pengairan. Waktu tanam padi akan sangat tergantung pada datangnya musim hujan.
3. Sawah pasang surut adalah sawah yang irigasinya tergantung pada
gerakan pasang dan surut serta letaknya di wilayah datar tidak jauh dari laut. Sumber air sawah pasang surut adalah air tawar sungai yang
karena adanya pengaruh pasang surut air laut dimanfaatkan untuk mengairi melalui saluran irigasi dan drainase. Sawah pasang surut
umumnya terdapat di jalur aliran sungai besar yang terkena pengaruh pasang surut air laut. Pada lahan pasang surut dibedakan empat tipologi
lahan berdasarkanjangkauan luapan air pasang, yaitu tipe A, B, C dan D Noorsyamsi et al.,1984 dalam Subagjo, 1998. Tipe luapan A dan B
mempunyai potensi untuk persawahan karena dapat terjangkau air pasang dan biasanya terdapat lebih dekat ke pantai, namun mempunyai
kendala potensikemasaman tanah atau salinitas tinggi. Sedangkan tipe
Universitas Sumatera Utara
luapan C dan Dkarena posisinya lebih tinggi dan jangkauan air pasang lebih terbatas, sehingga lebih sesuai untuk t egalan atau tanaman tahunan.
4. Sawah lebak adalah sawah yang diusahakan di daerah rawa dengan
memanfaatkan naik turunnya permukaan air rawa secara alami, sehingga di dalam sistem sawah lebak tidak dijumpai sistem saluran air. Sawah ini
umumnya terdapat di daerah yang relatif dekat dengan jalur aliran sungai besar permanen yaitu di backswamp atau rawa belakang dengan bentuk
wilayah datar agak cekung, kondisi drainase terhambat sampai sangat terhambat, permukaan air tanah dangkal bahkan hingga tergenang di
musim penghujan, selalu terkena luapan banjir atau kebanjiran dari sungai didekatnya selama jangka waktu tertentu dalam satu tahun.
Oleh karena itu sawah ini baru dapat ditanami padi setelah air genangan menjadi dangkal surut, dan terjadi umumnya pada musim kemarau.
Direktorat Rawa, 1984. Daerah persawahan yang terbaik yaitu mempunyai irigasi teratur dan
kesuburan tanah yang tinggi. Daerah-daerah ini justru terdapat di daerahdaerah berpenduduk padat. Lokasi sawah yang demikian menjadi masalahsosial-
ekonomi sehubungan dengan perkembangannya di masa mendatang.Sifat dinamika penduduk, baik secara kualitas dan kuantitas sangat berpengaruh
terhadap konversi lahan sawah ke non pertanian. Dampaknya adalah potensi produksi pangan menurun, sehingga ancaman kekurangan pangan di masa
mendatang sangat besar.
Universitas Sumatera Utara
5.2. Proses Pengolahan Pertambangan Emas Tradisional