Sumber Daya Fasilitas Sarana dan Prasarana Sumber Daya Kewenangan

diterima oleh Dinas Kesehatan Kota Binjai. Beberapa Kepala puskesmas yang berada di wilayah Kota Binjai juga belum mengetahui secara jelas terkait dengan anggaran yang di keluarkan oleh pemerintah Kota Binjai untuk program akreditasi puskesmas ini, sehingga puskesmas yang akan melaksanakan akreditasi telah menyiapkan anggaran dari puskesmas mereka sendiri. Untuk tim pendamping akreditasi bahkan diketahui bahwa mereka menggunakan dana pribadi untuk menjalankan program ini. Kita ketahui bahwa anggaran merupakan faktor terpenting untuk menjalan suatu program ataupun kebijakan.Keberadaan puskesmas di Kota Binjai merupakan sarana pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat Kota Binjai dan dikelola oleh pemerintah Kota Binjai. Dalam hal ini, seharusnya pihak pemerintah Kota Binjai harus lebih memberikan perhatian kepada Dinas Kesehatan Kota Binjai agar kiranya dapat segera mencairkan anggaran untuk program akreditasi ini sehingga proses akreditasi puskesmas di Kota Binjai dapat berjalan dengan masksimal. Berdasarkan data diatas, maka diperlukan adanya koordinasi antara Dinas Kesehatan dan Pemerintah Kota Binjai dalam bidang penganggaran agar dapat segera dikeluarkan dan langsung diteruskan kepada puskesmas- puskesmas yang sedang melakukan akreditasi. Apabila dana tersebut telah dikeluarkan maka program ini akan berjalan dengan baik dan berdampak pada peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di Kota Binjai.

c. Sumber Daya Fasilitas Sarana dan Prasarana

Selain kedua bentuk sumber daya diatas, fasilitas juga merupakan faktor yang sangat mendukung keberhasilan suatu kebijakan dengan Universitas Sumatera Utara efektif.Seperti yang dikatakan oleh George Edward III, sumber daya ketiga yang tidak kalah penting yaitu fasilitas. Seorang pelaksana mungkin mempunyai jumlah staf yang memadai, mungkin memahami apa yang harus dilakukan, dan mungkin mempunyai wewenang unutk melakukan tugasnya, tetapi tanpa bangunan sebagai kantor untuk melakukan koordinasi, tanpa perlengkapan, tanpa perbekalan, maka besar kemungkinan implementasi yang direncanakan tidak akan berhasil. Secara umum, sarana dan prasarana yang ada di puskesmas Kota Binjai dapat kategorikan baik dan telah memenuhi standar, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa masih terdapat puskesmas yang memiliki sarana yang kurang misalnya seperti puskesmas kebun lada yang menyatakan bahwa puskesmas tersebut tidak memiliki ruang terbuka hijau dan lahan parkir. Beberapa sarana dan fasilitas pendukung seperti computer, printer dan sarana pendunkung adminisrasi lainnya dianggap masih kurang. Dinas Kesehatan Kota Binjai harusnya dapat memberikan perhatian khusus kepada ketersediaan sarana dan prasarana di tiga puskesmas Kota Binjai Tanah Tinggi, Kebun Lada, dan HAH Hasan karena ketiga puskesmas tersebut telah diangap layak untuk menjalani proses akreditasi.

d. Sumber Daya Kewenangan

Kewenangan merupakan kesatuan perintah yang dilakukan oleh suatu instansi kepada intansi lain. Dalam proses implementasi kebiajakan maka kewenangan merupakan sebuah pola hubungan yang tidak dapat di pisahkan agar tujuan dari kebijakan tersebut dapat terealisasi. Dalam proses implementasi akreditasi puskesmas, Dinas Kesehatan Kota Binjai Universitas Sumatera Utara memberikan wewenang kepada puskesmas untuk menjalankan proses akreditasi puskesmasnya masing-masing sesuai dengan wewenang yang telah diatur dalam peraturan yang berlaku. Kepala Dinas Kesehatan Kota Binjai juga memberikan wewenang kepada pendamping akreditasi puskesmas untuk dapat mendampingi puskesmas yang akan melakukan proses akreditasi akan tetapi tim pendamping tetap menjalankan tugas sesuai dengan apa yang telah ditatapkan Dinas Kesehatan Kota Binjai. Terkait dengan proses implementasi kebijakan, terkandung teknis pelaksanaan, pelaporan, serta pertanggung jawaban wewenang sepenuhnya kepada puskesmas namun selama puskesmas masih bersifat UPTD semua hal menyangkut operasional yang ada diatur dalam peraturan perundang- undangan maka wewenang pengambilan keputusan seutuhnya dipegang oleh Kepala Dinas walaupun dalam proses pengambilan keputusan telah memperoleh saran dan masukan dari kepala puskesmas. Secara umum wewenang yang telah diberikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Binjai kepada puskesmas yang akan melakukan proses akreditasi pada dasarnya mudah dipahami oleh puskesmas masing-masing. Untuk pelimpahan wewenang dari kepala dinas kepada tim pendamping akreditasi juga dianggap jelas sehingga para tim pendamping akreditasi puskesmas tidak merasa bingung dalam menjalankan tugas.

5.1.3 Disposisi

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh narasumber, peneliti berkesimpulan bahwa ketiga puskesmas yang ditunjuk untuk Universitas Sumatera Utara melakukan akreditasi selama ini secara siap dan bertanggung jawab menjalankan apa yang didisposisikan oleh Dinas Kesehatan Kota Binjai. Hasil wawancara mendalam yang telah dilakukan peneliti terkait disposisi yang terjadi di Dinas Kesehatan dan Puskesmas telah dilakukan dengan baik dan dilaksanakan dengan patuh dan penuh kesiapan.Memang ada sedikit penolakan kecil yang terjadi, namun hal tersebut dikarenakan tugas dari para staf yang banyak sehingga terjadi penambahan beban kerja, hal ini yang terkadang menjadi penyebab ketidak siapan mereka menerimanya.Namun, hal tersebut dapat diatasi dengan baik karena keinginan para staf untuk meningkatkan mutu puskesmas mereka, dan juga dikarenakan pengakreditasian puskesmas merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh puskesmas, sehingga siap tidak siap puskesmas harus melakukannya. Seperti pernyataan dari Kepala Puskesmas Tanah Tinggi yang menyatakan akan selalu siap mendukung kebijakan pemerintah terkhususnya kebijakan akreditasi puskesmas yang ditujukan demi meningkatkan kualitas dari pelayanan kesehatan, walau masih banyak hal yang harus diperbaiki. Kesiapan dan sikap positif dari para pelaksana implementasi kebijakan serta dukungan penuh terhadap implementasi tersebut kemungkinan implementasi kebijakan berjalan akan terlaksana sesuai dengan yang diharapkan cenderung lebih besar begitu juga sebaliknya.

5.1.4 Struktur Birokrasi

Hasil yang diperoleh peneliti berdasarkan wawancara mendalam dapat disimpulkan bahwa hubungan birokrasi yang terjalin antara Dinas Universitas Sumatera Utara Kesehatan dengan Puskesmas sebagai UPTD berjalan dengan baik sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku. Analisis yang dilakukan terhadap hasil wawancara perihal struktur birokrasi yang terjadi didalam pelaksanaan persiapan akreditasi puskesmas di Kota Binjai sejauh ini berjalan dengan baik dan semua narasumber menyatakan tidak memiliki kendala dan masalah perihal tersebut.Segala keluhan dapat disampaikan kepihak yang bersangkutan seperti hal nya permasalahan kekurangan tenaga administrasi, farmasi dan labolatorium dengan baik serta mendapatkan respon yang positif.Walau demikian, hingga saat ini masih belum ada kepastian mengenai kapan dan bagaimana permasalahan tersebut dapat teratasi. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Kepala Puskesmas dimana menyatakan bahwa birokrasi yang terjadi antara Dinas Kesehatan dengan Puskesmas Tanah Tinggi berjalan dengan baik dan sesuai ketentuan.Seperti permasalahan kekurangan tenaga farmasi di Puskesmas Tanah Tinggi telah disampaikan kepada pihak yang bersangkutan dan mendapatkan respon postif.Namun, respon positif tersebut tidak dapa menjawab kapan permasalahan tersebut dapat diatasi. George Edwards III dalam Winarno 2014 menyatakan ada dua karakteristik utama dalam birokrasi yaitu : a. Standart Operating Procedure SOP, merupakan perkembangan dari tuntutan internalakan kepastian waktu, sumber daya serta kebutuhan penyeragaman dalam organisasi kerja yang komplek dan luas. Universitas Sumatera Utara b. Fragmentasi, merupakan penyebaran tanggung jawab suatu kebijakan kepada beberapa badan yang berbeda sehingga memerlukan koordinasi. Kedua karakteristik tersebut merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam struktur birokrasi dimana hal tersebut mempengaruhi keberhasilan dari suatu pengimplemntasian kebijakan. Ukuran dasar prosedur kerja atau SOP digunakan untuk mengatasi keadaan-keadaan umum di sektor publik dan swasta. SOP akan menjadi pedoman kerja bagi para pelaksana sehingga menghasilkan pekerjaan yang optimal serta menyeragamkan tindakan-tindakan pejabat dalam organisasi yang komplek dan luas. Keberadaan SOP terkadang juga dapat menjadi penghambat karena bersifat mengikat dalam pengimplemtasian kebijakan, terutama untuk penerapan kebijakan-kebijakan baru dimana terkadang butuh cara kerja yang baru. Seperti yang disampaikan oleh George Edwards III dalam Winarno 2014 menyatakan bahwa : “SOP sangat mungkin dapat menjadi kendalabagi implementasi kebijakan baru yang membutuhkan cara-cara kerja baru dan tipe-tipe personil baru untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan. Dengan begitu semakin besar kebijakan membutuhkan perubahan dalam cara-cara yang lazim dalam suatu organisasi, semakin besar pula probabilitas SOP yang menghambat implementasi. ” Sedangkan fragmentasi, semakin besar koordinasi yang diperlukan untuk melaksanakan kebijakan semakin berkurang kemungkinan keberhasilan program atau kebijakan. Fragmentasi merupakan penyebaran tanggung jawab Universitas Sumatera Utara suatu kebijakan kepada beberapa badan yang berbeda sehingga memerlukan koordinasi. Ripley dan Franklin dalam Winarno 2014, ada 6 enam karakteristik birokrasi sebagai hasil pengamatan birokrasi di Amerika Serikat, yaitu : a. Birokrasi diciptakan sebagai instrumen dalam menangani keperluan- keperluan publik public affair b. Birokrasi merupakan institusi yang dominan dalam implementasi kebijakan publik yang mempunyai kepentingan yang berbeda beda dalam setiap hierarkinya. c. Birokrasi mempunyai sejumlah tujuan yang berbeda d. Fungsi birokrasi berada dalam lingkungan yang kompleks dan luas e. Birokrasi mempunyai naluri bertahan hidup yang tinggi dengan begitu jarang ditemukan birokrasi yang mati f. Birokrasi bukan kekuatan yang netral dan tidak dalam kendali penuh dari pihak luar Struktur birokrasi yang baik dan mendukung sebuah penerapan kebijakan dalam proses implementasi akan menciptakan pelaksanaan implementasi kebijakan yang efektif. Sedangkan sebaliknya, struktur birokrasi yang salah akan bisa menghambat dan menciptakan pengimplementasian kebijakan yang tidak efektif. Oleh karena itu, pelaksana kebijakan diwajibkan untuk memahami dengan benar mengenai suatu struktur birokrasi. Universitas Sumatera Utara

5.2 Proses Proses Penyiapan Dokumen Akreditasi Puskesmas