Akibatnya jika salah dalam menganalisis, maka kredit yang disalurkan akan sulit untuk ditagih alias macet. Namun, faktor salah satu analisis ini bukanlah
merupakan penyebab utama kredit macet walaupun sebagian terbesar kredit macet diakibatkan salah dalam mengadakan analisis. Penyebab lainnya mungkin
disebabkan oleh bencana alam yang memang tidak dapat dihindari oleh nasabah. Misalnya kebanjiran atau gempa bumi atau dapat pula kesalahan dalam
pengelolaan.
37
C. Pengaturan Hukum Tentang Syarat Sahnya Perjanjian Kredit
Perjanjian adalah suatu hal yang sangat penting karena menyangkut kepentingan para pihak yang membuatnya. Oleh karena itu hendaknya setiap
perjanjian dibuat secara tertulis agar diperoleh suatu kekuatan hukum, sehingga tujuan kepastian hukum dapat tercapai.
Menurut Prof. Subekti, SH, suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain atau di mana dua orang itu saling berjanji
untuk melaksanakan sesuatu hal.
38
Menurut Pasal 1313 KUHPerdata menyatakan bahwa
“suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikat dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.”
39
Berdasarkan Pasal
1313 KUHPerdata
timbul suatu
hubungan hukum antara dua orang atau lebih yang disebut Perikatan yang di dalamya
terdapat hak dan kewajiban masing-masing pihak. Maksudnya, bahwa hubungan hukum adalah hubungan yang menimbulkan akibat hukum. Akibat hukum
37
Kasmir , Op. Cit., hal. 98
38
H. R. Daeng Naja, Op. Cit., hal. 175
39
Subekti R. Tjitrosudibio, 2001, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Republik Indonesia, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, hal. 338
Universitas Sumatera Utara
disebabkan karena timbulnya hak dan kewajiban, dimana hak merupakan suatu kenikmatan, sedangkan kewajiban merupakan beban.
40
Mengenai syarat sah perjanjian berdasarkan sebagaimana tercantum pada
Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu:
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
2. Cakap untuk membuat suatu perjanjian;
3. Mengenai sesuatu hal tertentu;
4. Suatu sebab yang halal.
41
Berdasarkan Pasal 1320 KUHPerdata tersebut diatas, bahwa syarat sahnya perjanjian yang pertama dan yang kedua disebut sebagai syarat subjektif,
sedangkan syarat yang ketiga dan yang ke empat adalah sebagai syarat objektif, karena merupakan objek di dalam sebuah perjanjian. Ke empat syarat-syarat pada
Pasal 1320 KUHPerdata tersebut saling mendukung satu sama lain, karena apabila syarat objektif tidak terpenuhi dalam suatu perjanjian maka perjanjian tersebut
dikatakan batal demi hukum. Sedangkan dalam hal syarat subjektif tidak dipenuhi, perjanjiannya bukan batal demi hukum, tetapi salah satu pihak mempunyai hak
untuk meminta supaya perjanjian itu dibatalkan yang diminta oleh yang tidak cakap atau pihak yang memberi kesepakatan secara tidak bebas.
42
Adapun unsur-unsur yang tercantum dalam hukum perjanjian atau kontrak adalah sebagai berikut:
1. Adanya kaidah hukum.
Kaidah dalam hukum perjanjian dapat terbagi menjadi 2 dua macam, yakni; tertulis dan tidak tertulis. Kaidah hukum perjanjian
tertulis adalah kaidah-kaidah hukum yang terdapat di dalam
40
Burhanudin Ali Sdb Nathaniela Stg, 60 Contoh Perjanjian Kontrak, Hi-Fest Publishing, Jakarta, 2009. Hal. 14
41
Subekti R. Tjitrosudibio, Op. Cit., hal. 339
42
Rudyanti Dorotea Tobing, Op. Cit., hal. 78.
Universitas Sumatera Utara
peraturan perundang-undangan,
traktat, dan
yurisprudensi. Sedangkan kaidah hukum perjanjian tidak tertulis adalah kaidah-
kaidah hukum yang timbul, tumbuh, dan hidup dalam masyarakat, seperti; jual beli lepas, jual belu tahunan, dan lain sebagainya.
Konsep-konsep hukum ini berasal dari hukum adat.
2. Subyek hukum.
Istilah lain dari subjek hukum adalah rechtperson. Rechtperson diartikan sebagai pendukung hak dan kewajiban. Dalam hal ini
yang menjadi subjek hukum dalam hukum kontrak adalah kreditur dan debitur. Kreditur adalah orang yang berpiutang, sedangkan
debitur adalah orang yang berutang.
3. Adanya prestasi.
Prestasi adalah apa yang menjadi hak kreditur dan kewajiban debitur. Suatu prestasi umumnya terdiri dari beberapa hal sebagai
berikut: a.
Memberikan sesuatu. b.
Berbuat sesuatu. c.
Tidak berbuat sesuatu. 4.
Kata sepakat. Di dalam Pasal 1320 KUHPerdata ditentukan 4 empat syarat
sahnya perjanjian. Kesepakatan ialah persesuaian pernyataan kehendak antara para pihak.
5. Akibat hukum.
Setiap perjanjian yang dibuat oleh para pihak akan menimbulkan akibat hukum. Akibat hukum adalah timbulnya hak dan
kewajiban.
43
Perjanjian kredit juga harus memuat asas-asas perjanjian sebagaimana perjanjian pada umumnya. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Pasal
1338 KUHPerdata yang menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yag membuatnya, suatu
perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu,
suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.
44
Berdasarkan Pasal 1338 KUHPerdata tersebut, bahwa pada dasarnya perjanjian berasaskan:
43
Ibid.
44
Subekti R. Tjitrosudibio, Op. Cit., 342
Universitas Sumatera Utara
1. Asas Konsensualitas
Perjanjian terjadi ketika ada sepakat, hal ini dapat dilihat dari syarat- syarat sahnya suatu perjanjian.
2. Asas Kebebasan Berkontrak
Setiap orang bebas untuk membuat perjanjian apa saja asal tidak bertentangan dengan kesusilaan, ketertiban umum dan undang-undang.
Asas kebebasan berkontrak menurut hukum perjanjian Indonesia meliputi ruang lingkup:
a. Kebebasan untuk membuat atau tidak membuat perjanjian.
b. Kebebasan untuk memilih pihak dengan siapa ia membuat
perjanjian. c.
Kebebasan untuk menentukan atau memilih causa dari perjanjian yang akan dibuatnya.
d. Kebebasan untuk menentukan objek perjanjian.
e. Kebebasan untuk menentukan bentuk suatu perjanjian.
f. Kebebasan untuk menerima atau menyimpan ketentuan undang-
undang yang bersifat opsional optional.
45
3. Asas Pacta Sunservanda
Perjanjian yang dibuat secara sah berlakunya sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.
45
Rudyanti Dorotea Tobing, Op. Cit., hal. 78
Universitas Sumatera Utara
4. Asas Itikad Baik
Dibedakan dalam pengertian subyektif dan obyektif. Pengerian Subyektif adalah kejujuran dari pihak terkait dalam melaksanakan
perjanjian, sedangkan pengertian obyektif bahwa perjanjian tidak boleh bertentangan dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
46
Perjanjian kredit merupakan salah satu aspek yang sangat penting yang menjadi dasar di dalam suatu pemberian kredit, tanpa perjanjian kredit yang
ditandatangani antar pihak bank dan kreditur maka tidak ada pemberian kredit tersebut. Perjanjian kredit merupakan ikatan antara bank sebagai debitur dengan
pihak lain nasabah peminjam dana sebagai kreditur yang isinya menentukan dan mengatur hak dan kewajiban kedua belah pihak yang berhubungan dengan
pemberian atau pinjaman kredit berdasarkan persetujuan atau kesepakatan dalam jangka waktu tertentu yang telah disetujui atau disepakati bersama akan melunasi
utangnya tersebut dengan sejumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan.
Setiap kredit yang telah disetujui dan disepakati antara pihak kreditor dan debitor wajib dituangkan dalam perjanjian kredit akad kredit secara tertulis.
Format dan bentuk dari perjanjian itu pada umumnya diserahkan pada bank, namun isi dari perjanjian itu harus jelas sehingga juga harus memperhatikan
keabsahan dan persyaratan secara hukum. Isi perjanjian sekurang-kurangnya mencakup persetujuan para pihak, besar kredit, bunga, denda, jangka waktu kredit
dan persyaratan
lain yang
lazim seperti
kewajiban debitur
untuk
46
Gatot Supranomo, Perbankan dan Masalah Kredit Suatu Tinjauan di Bidang Yuridis, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 2009, hal. 164
Universitas Sumatera Utara
menyelenggarakan pembukuan. Oleh karena format kredit disiapkan oleh bank maka bank harus memperhatikan ketentuan mengenai persyaratan-persyaratan
dalam undang-undang agar perjanjian itu tidak menjadi batal. Perjanjian pinjam-meminjam menurut KUHPerdata mengandung makna
yang luas yaitu objeknya benda yang menghabis jika dipakai, termasuk didalamnya uang. Berdasarkan perjanjian pinjam-meminjam ini pihak yang
menerima pinjaman menjadi pemilik uang yang dipinjam dan dikemudian hari dikembalikan dengan jenis yang sama kepada pihak yang meminjamkan.
D. Hapusnya Perjanjian Kredit