Ciri-ciri dan Bentuk Klausula Baku

manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan. 2. Asas keadilan Asas ini dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat bisa diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil. 3. Asas keseimbangan Asas ini dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti material atau spiritual. 4. Asas keamanan dan keselamatan konsumen Asas ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan, barangjasa yang dikonsumsi atau digunakan. 5. Asas kepastiaan hukum Asas ini dimaksudkan agar baik pelaku usaha maupun konsumen menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta negara menjamin kepastian hukum. 53

B. Ciri-ciri dan Bentuk Klausula Baku

Dalam praktik perbankan selama ini, seluruh bank telah menerapkan penggunaan klausula baku standar kontrak yang telah dipersiapkan. Ketika bank 53 Ibid., hal. 17 Universitas Sumatera Utara telah mengambil keputusan menyetujui permohonan kredit, bank menyerahkan blanko atau formulir perjanjian kredit kepada nasabah. Dalam blanko atau formulir perjanjian kredit tersebut tersusun isi perjanjian, pada bagian-bagian tertentu antara lain seperti identitas para pihak, jumlah kredit, jangka waktu pengembalian, bunga, barang yang akan diagunkan sengaja dikosongkan untuk diisi. Maksud penyerahan blanko atau formulir perjanjian kredit ini kepada nasabah, nasabah hanya diminta untuk memberikan tanggapannya apakah ia menyetujui atau tidak. 54 Sering dijumpai di masyarakat ketika para pihak membuat perjanjian tertulis salah satu pihak menyodorkan blanko atau formulir perjanjian kepada pihak lainnya. Blanko atau formulir perjanjian ini sudah berisi naskah yang tinggal diisi kelengkapan antara lain identitas dan tandatangan para pihak saja. Klausul blangko suatu perjanjian dengan isi dan susunannya sudah baku, disebut klausul baku. Biasanya perjanjian dengan klausul baku digunakan oleh para pedagang atau perusahaan dengan tujuan agar perjanjian dapat dilakukan secara cepat dan praktis. 55 Perjanjian baku yang banyak terdapat di masyarakat dapat dibedakan dalam beberapa jenis, antara lain: 1. Perjanjian baku sepihak, adalah perjanjian yang isinya ditentukan oleh pihak yang kuat kedudukannya di dalam perjanjian itu. Pihak yang kuat di sini adalah pihak kreditur yang lazimnya mempunyai posisi ekonomi 54 Ibid. 55 Gatot Supramono, Perjanjian Utang Piutang, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2013, hal 19 Universitas Sumatera Utara kuat dibandingkan pihak debitur, kedua pihak lazimnya terikat dalam organisasi, misalnya pada perjanjian buruh kolektif. 2. Perjanjian baku yang ditetapkan oleh pemerintah, ialah perjanjian baku yang isinya ditentukan pemerintah terhadap perbuatan hukum tertentu, misalnya perjanjian yang mempunyai objek hak atas tanah. 3. Perjanjian baku yang ditentukan di lingkungan notaris atau advokat. Adalah perjanjian yang konsepnya sejak semula disediakan. Untuk memenuhi permintaan anggota masyarakat yang meminta bantuan notaris atau advokat yang bersangkutan. Dalam perpustakaan Belanda jenis ini disebutkan contract model. Pada prakteknya, bentuk dan isi perjanjian kredit yang ada saat ini masih berbeda-beda antara satu bank dengan bank lainnya. Namun demikian, pada dasarnya prototype suatu perjanjian kredit harus memenuhi 6 enam syarat minimal, yaitu: 1. Jumlah hutang. 2. Besarnya bunga. 3. Waktu pelunasan. 4. Cara-cara pembayaran. 5. Klausula opeisbaarheid, yaitu klausula yang memuat hal-hal yang mengenai hilangnya kewenangan atau hilangnya hak debitur. 6. Barang jaminan. 56 56 H. R. Daeng Naja, Op. Cit., hal 189. Universitas Sumatera Utara Menurut Sutan Remy Sjahdeini, bahwa perjanjian kredit yang baik seyogianya sekurang-kurangnya berisi klausul-klausul sebagai berikut: 1. Klausul tentang maksimum kredit, jangka waktu kredit, tujuan kredit, bentuk kredit, dan batas izin tarik. 2. Klausul tentang bunga, commitment fee, dan denda kelebihan tarik. 3.Klausul tentang kuasa bank untuk melakukan pembebanan atas rekening pinjaman nasabah debitur. 4. Klausul atas representation an warranties, yaitu klausul yang berisi pernyataan-pernyataan nasabah debitur mengenai fakta-fakta yang menyangkut status hukum. keadaan keuangan, dan harta kekayaan nasabah debitur pada waktu kredit diberikan, yaitu yang menjadi asumsi-asumsi bagi bank dalam mengambil keputusan untuk memberikan kredit tersebut. 5. Klausul tenang condition precedent, yaitu klausul tentang syarat-syarat tangguh yang harus dipenuhi terlebih dahulu oleh nasabah debitur sebelum bank berkewajiban untuk menyediakan dana bagi kredit tersebut dan nasabah debitur berhak untuk pertama kalinya menggunakan kredit tersebut. 6. Klausul tentang agunan kredit dan asuransi barang-barang agunan. 7. Klausul tentang berlakunya syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan berlakunya hubungan rekening koran bagi perjanjian kredit yang bersangkutan. 8. Klausul tentang affirmative covenants, yaitu klausul yang berisi janji-janji nasabah debitur untuk melakukan hal-hal tertentu selama perjanjian kredit masih berlaku. 9. Klausul tentan negative covenants, yaitu klausul yang berisi janji-janji nasabah debitur untuk tidak melakukan hal-hal tertentu selama perjanjian masih berlaku. 10. Klausul tentang financial covenants, yaitu klausul yang berisi janji-janji nasabah debitur untuk menyampaikan laporan keuangannya kepada bank dan memelihara posisi keuangan kepada bank dan pada minimal taraf tertentu. 11. Klausul tentang tindakan yang dapat diambil oleh bank dalam rangka pengawasan, pengamanan, penyelamatan, dan penyelesaian kredit. 12. Klausul tentang events of default, yaitu klausul yang menentukan suatu peristiwa yang apabila terjadi memberikan hak kepada bank untuk secara sepihak mengakhiri perjanjian kredit dan untuk seketika dan sekaligus menagih seluruh outstanding kredit. 13. Klausul tentang arbitrase, yaitu klausul yang mengatur mengenai penyelesaian perbedaan pendapat atau perselisihan diantara para pihak melalui suatu badan arbitrasi, baik badan arbitrase ad hock ataupun badan arbitrase institusional. 14. Klausul tentang bunga rampai atau miscellaneous provisions atau boilerplate provisions, yaitu klausul yang berisi syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang belum tertampung secara khusus didalam klausul-klausul lain. Termasuk didalam klausul-klausul ini adalah klausul yang disebut pada pasal tambahan, yaitu klausul yang berisi syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan tambahan yang belum diatur didalam pasal-pasal lain atau berisi syarat-syarat dan ketentuan- ketentuan khusus yang dimaksudkan sebagai syarat-syarat dan ketentuan- ketentuan yang menyimpang syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan lain yang Universitas Sumatera Utara telah tercetak didalam perjanjian kredit yang merupakan perjanjian baku. 57 Kemudian, menurut Ch. Gatot Wardoyo, beberapa klausul yang selalu dan perlu dicantumkan dalam setiap perjanjian kredit, yaitu: 1. Syarat-syarat penarikan kredit pertama kali predisbursement clause. Klausul ini menyangkut pembayaran provisi, premi asuransi kredit, penyerahan barang dan jaminannya, pelaksanaan pengikatan barang jaminan tersebut serta pelaksanaan penutupan asuransi barang jaminan dan asuransi kredit. 2. Klausul mengenai klausul kredit amount clause. Klausul ini merupakan objek dari perjanjian kredit sehingga perubahan kesepakatan mengenai materi ini menimbulkan konsekuensi diperlukannya pembuatan perjanjian kredit baru. 3. Klausul mengenai jangka waktu kredit. Klausul ini menyangkut tentang jangka waktu berlakunya kredit yang disepakati oleh kedua belah pihak yang biasanya ditentukan oleh bank. 4. Klausul mengenai bunga pinjaman interest clause. Klausul ini mengatur tentang bunga dari pinjaman kredit bank yang harus dibayarkan setiap bulannya oleh debitor kredit kepada bank. 5. Klausul mengenai barang agunan. Klausul ini membahas mengenai barang-barangbenda-benda apa saja yang dijadikan agunan. Biasanya jumlah agunan harus jauh lebih besar dari jumlah kredit yang diminta oleh debitur. Hal ini dilakukan untuk menjamin bank apabila terjadinya penurunan harga barang agunan. 6. Klausul asuransi insurance clause. Klausul ini memberikan perlindungan terhadap barang agunan yang dijadikan jaminan oleh debitur. Segala kerusakkan dan kelalaian merupakan tanggung jawab si debitur. 7. Klausul mengenai tindakan yang dilarang oleh bank negative clause. 8. Trigger clause atau Opeisbaar clause. Klausul ini mengatur hak bank untuk mengakhiri perjanjian kredit secra sepihak walaupun jangka waktu perjanjian kredit tersebut belum berakhir. Klausul ini memuat hal-hal mengenai hilangnya kewenangan bertindak atau kehilangan hak bagi debitur untuk mengatur harta kekayaannya, barang jaminan serta kelalaian debitur untuk memenuhi ketentuan-ketentuan dalam perjanjian kreditpengakuan hutang, sehingga debitur harus membayar secara seketika dan sekaligus lunas. 9. Klausul mengenai denda penalty clause. Klausul ini berisi tentang jumlah denda yang wajib dibayarkan oleh si debitur apabila terjadi keterlambatan pembayaran bunga kredit setiap bulannya. 57 Mariam Darus Badrulzaman, Op. Cit., hal. 54 Universitas Sumatera Utara 10. Expence clause. Klausul ini mengatur mengenai beban biaya dan ongkos yang timbul sebagai akibat pemberian kredit, yang biasanya dibebankan kepada debitur antara lain biaya pengikatan jaminan, pembuatan akta, dan penagihan kredit. 11. Debet autthorization clause. Klausul ini berisi pendebetan rekening pinjaman debitur haruslah dengan seizin debitur. Bahwa yang mempunyai hak untuk mendebet adalah debitur sendiri atau yang telah diberi kuasa oleh debitur yang melalui persetujuan dari bank dengan memakai lampiran surat kuasa. 12. Representation and warranties. Klausul ini berisi pernyataan-pernyataan hal tertentu nasabag debitur mengenai fakta-fakta yang menyangkut status hukum, keadaan keuangan dan harta kekayaan nasabah debitur pada waktu kredit diberikan, yaitu yang menjadi asumsi bagi bank dalam mengambil keputusan untuk memberikan kredit tersebut. 13. Klausul financial cobenants. Klausul yang berisi janji-janji nasabah bagi debitur untuk menyampaikan laporan keuangannya kepada bank dan memelihara posisi keuangannya pada minimal taraf tertentu. 14. Miscellaneous pasal-pasal tambahan. Klausul ini berisi tentang peraturan-peraturan tambahan yang berbeda disetiap banknya yang merupakan salah satu syarat mengajukan kredit pada bank tersebut. 15. Dispute settlement alternatif dispute resolution. Klausul ini mengatur mengenai penyelesaian jika antara kreditur dan debitur terjadi perselisihan. Bagaimana tindakan bank apabila debitur melakukan wanprestasi, dimana disebutkan bahwa barang jaminan dikuasai oleh bank. 16. Pasal penutup, memuat eksemplar perjanjian kredit yang memuat pengaturan mengenai jumlah alat bukti, tanggal berlakunya serta tanggal penandatanganan perjanjian kredit. 58

C. Akibat Hukum Perjanjian Kredit yang Menggunakan Klausula Baku

Dokumen yang terkait

Pencantuman Klausula Baku Dalam Akad Pembiayaan Syariah Dikaitkan Dengan Undang-Undang Perlindungan Konsumen Studi Pada PT.Bank Muamalat CAB.Medan

6 69 88

Perlindungan Nasabah Kartu Kredit Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

3 72 93

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI DEBITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 8 PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI DEBITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN (Studi pada

0 2 21

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI DEBITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 8 PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI DEBITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN (Studi pada

0 3 13

PELAKSANAAN PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM KAITANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN.

0 0 11

PELAKSANAAN PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM KAITANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN.

0 0 6

PERJANJIAN STANDAR DALAM PEMBERIAN KREDIT DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA PT.BPR X KOTO SINGKARAK.

0 0 7

PENERAPAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN (STUDI PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) PADANG).

1 3 8

Penerapan Klausula Baku Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen - Repository Unja

0 0 13

ASPEK PERJANJIAN BAKU DALAM KAITANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN - Repository UNRAM

0 0 19