commit to user
74
5 Anggota Komisi III
DPRD Boyolali 2 April 2010
Kantor DPRD Kab. Boyolali
6 Wakil Bupati
Boyolali 27 Juli 2010
Kantor Wakil Bupati Kab. Boyolali
B. Alur Pembuatan Kebijakan di Kabupaten Boyolali
Proses demokrasi bukanlah suatu paham yang mengagungkan kebebasan saja dalam pelaksanaannya. Demokrasi tanpa regulasi nantinya
mengakibatkan anarkisme, maka dalam suatu kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan akan disusun dengan matang tentang regulasi atau kebijakan
untuk mengatur hukum, sosial, budaya, dan politik. Kebijakan bukan hanya mengatur Pemerintah saja, namun yang lebih penting adalah bagaimana
membentuk masyarakat yang teratur untuk bisa dikondisikan oleh Negara. Sehingga Kebijakan dalam hal ini lebih dikerucutkan pada kebijakan publik
yang artinya memiliki kaitan dengan publik atau masyarakat. Ada beberapa definisi mengenai kebijakan ini seperti yang
dikemukakan oleh HAR. Tilaar Riant Nugroho 2008:182 Kebijakan publik adalah keputusan yang dibuat oleh Negara, Khususnya Pemerintah,
sebagai strategi untuk merealisasikan tujuan dari negara yang bersangkutan. Kebijakan publik adalah strategi untuk mengawal masyarakat pada masa
awal, memasuki masyarakat pada masa transisi, untuk menuju kepada masyarakat
yang dicita-citakan.
Selain itu
Wikipedia dalam
http:id.wikipedia.orgwikiKebijakan_publik mengartikan kebijakan publik merupakan keputusan-keputusan yang mengikat bagi orang banyak pada
commit to user
75
tataran strategis atau bersiafat garis besar yang dibuat oleh pemegang otoritas publik.
Melihat kedua definisi diatas bisa dikatakan bahwa objek dari Kebijakan adalah masyarakat. Sebagai penerima manfaat dari suatu kebijakan
yang dikeluarkan oleh Pemerintah, masyarakat memiliki peran untuk berpartisipasi dalam hal menentukan kebijakan itu. Keterlibatan masyarakat
dalam pengambilan kebijakan seharusnya juga diaplikasikan hingga ke pelosok daerah seperti apa yang dicita-citakan otonomi daerah.
Beberapa undang-undang maupun regulasi telah dibuat agar otonomi daerah agar bisa berjalan lancar, melalui UU No. 32 Th. 2003 yang
akhirnya direvisi menjadi UU No. 12 Th. 2008 tentang Pemerintahan Daerah. Perundang-undangan ini mengatur tentang pelaksanaan penyelenggaraan
Pemerintahan di Daerah, mulai dari tugas dan wewenang Kepala Daerah, pembagian tugas dan kewenangan daerah dan pusat, juga tentang keterlibatan
masyarakat. Kabupaten Boyolali juga mengadopsi sistem otonomi yang telah
diatur dalam perundang-undangan. Sehingga perlu bagi Kabupaten Boyolali lebih bisa mandiri untuk mengatur kebijakan Pemerintahannya sendiri. Dalam
pengambilan Kebijakan publik, Kabupaten Boyolali menggunakan beberapa referensi yang telah diberikan pusat untuk membuat suatu kebijakan. Berikut
beberapa referensi bagi Kabupaten Boyolali untuk membuat kebijakan: 1. UU No 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan peraturan perundangan.
2. PP No 1 Tahun 2001 tentang Pedoman penyusunan Tata tertib DPR dan DPRD.
commit to user
76
3. Peraturan Mendagri No 16 Tahun 2006 Prosedur penyusunan produk hukum daerah.
4. Pearaturan DPRD Kabupaten Boyolali No 2 Tahun 2009 tentang Tata tertib DPRD.
Dari berbagai referensi tersebut telah menjadi dasar bagi Kabupaten Boyolali untuk membuat suatu kebijakan. Dibawah ini merupakan bagan yang telah di
ilustrasikan oleh Ichwan Prasetyo 2007 mengenai alur pembuatan Kebijakan publik di Boyolali,
Lanjutan:
Bagan. 3.1. Alur Pembuatan Kebijakan Publik Boyolali
commit to user
77
Dari bagan. 3.1 diatas dapat dilihat tentang alur formal pembuatan suatu kebijakan publik, dimana pada dasarnya ada tiga aspek yang dilibatkan
dalam hal ini yaitu Legislatif, Eksekutif, dan Masyarakat. Ada dua cara dalam proses distribusi pemikiran awal suatu kebijakan pada alur diatas yaitu, proses
pengusulan melalui Eksekutif dan legislatif. Kedua proses tersebut pada pelaksanakan membutuhkan koordinasi dengan masyarakat dan stakeholder
terkait. Secara formal masyarakat dilibatkan melalui agenda public hearing selama dua kali yaitu ketika pengajuan usulan suatu kebijakan menjadi
rancangan dan pada saat rancangan itu sudah disetujui untuk berlanjut pada proses penetapan kebijakan. Disitulah diharapkan masyarakat punya andil
besar untuk ikut berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan itu. Selain itu ada pula mengenai pembuaan kebijakan pembangunan,
dalam hal ini Boyolali menyebutnya dengan MUSRENBANG. Pembuatan kebijakan melalui MUSRENBANG ini melalui banyak tahap penyerapan
aspirasi pembangunan dari masyarakat. Musrenbang memang memiliki cita- cita agar aspirasi masyarakat hingga lapis bawah bisa tertampung mengenai
Pembangunan baik di daerah maupun Nasional. Penyerapan awal dimulai dari penggalian kebutuhan pembangunan di tiap-tiap desa setelah itu hasil dari
keputusan di desa masing-masing akan dibawa pada pembahasan tingkat kecamatan, lalu setelah itu dari tiap desa itu diambil secara skala prioritas
mana desa yang akan diberikan fasilitas pembangunan untuk diusulkan pada musyawarah ditingkat KotaKabupaten. Tahap akhir agar pembangunan juga
bisa didanai oleh APBD-ProvAPBN maka diusulkan pada musyawarah
commit to user
78
tingkat provinsi hingga nasional, disana akan diseleksi lagi mana Kabupaten yang layak untuk diberi fasilitas Pembangunan. Untuk memudahkan untuk
mendeskrisikan alur kedudukan MUSRENBANG, berikut adalah gambar yang diperoleh dari dokumen BAPPEDA Kabupaten Boyolali.
Bagan 3.2 Kedudukan Musrenbang
C. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengambilan Kebijakan Tingkat