Partisipasi Masyarakat Dalam Pengambilan Kebijakan Tingkat

commit to user 78 tingkat provinsi hingga nasional, disana akan diseleksi lagi mana Kabupaten yang layak untuk diberi fasilitas Pembangunan. Untuk memudahkan untuk mendeskrisikan alur kedudukan MUSRENBANG, berikut adalah gambar yang diperoleh dari dokumen BAPPEDA Kabupaten Boyolali. Bagan 3.2 Kedudukan Musrenbang

C. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengambilan Kebijakan Tingkat

Kabupaten Di Boyolali. Gaventa dan Valderama 1999 dalam buku Ichwan Prasetyo memberi definisi terhadap partisipasi, setidaknya ada tiga macam partisipasi dalam pembangunan masyarakat demokratis yaitu; partisipasi politik; partisipasi sosial;dan partisipasi warga. commit to user 79 Pertama, Partisipasi politik yang merepresentasikan demokrasi keterwakilan. Partisipasi politik, lebih dikaitkan dengan proses-proses politik formal, yaitu pertisipasi rakyat dalam Pemilihan Umum baik tingkat daerah maupun nasional dan juga pada kegiatan lembaga-lembaga negara. Partisipasi politik berorientasi pada “mempengaruhi” dan “mendudukkan wakil rakyat” dalam Pemerinthan daripada “partisipasi aktif” dan “langsung” dalam proses Pemerintahan itu sendiri. Kedua, partisipasi sosial sebagai keterlibatan Beneficiary dalam proyek pembangunan. Oleh Stiefel dan Wolfe 1994 dalam bukunya Ichwan Prasetyo mendefinisikan sebagai “…..upaya terorganisir untuk meningkatkan pengawasan terhadap sumber daya dan lembaga pengatur dalam keadaan sosial tertentu oleh pelbagai kelompok dan gerakan yang sampai sekarang dikesampingkan.kelompok partisipasi ini berada di luar lembaga formal atau pemerintah. Partisipasi sosial ditempatkan sebagai keterlibatan masyarakat terutama yang dipandang sebagai ‘benefeciary’ pembangunan dalam konsultasi atau pengambilan keputusan dalam semua tahapan siklus proyek pembangunan dari penilaian kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, sampai pemantauan dan evaluasi program. Ketiga, partisipasi warga sebagai pengambil keputusan langsung dalam kebijakan publik. Berbeda dengan kedua jenis partisipasi sebelumnya, oleh Gaventa dan Valderama ‘partisipasi warga’ mendapat perhatian lebih, dimana lebih menekankan pada ‘partsipasi warga’ dalam pengambilan keputusan atau kebijakan pada lembaga dan proses pemerintahan. Partisipasi commit to user 80 aktif warga berubah, dari hanya menjadi ‘penerima kebijakan’ menuju sebuah kepedulian warga itu sendiri dengan keikutsertaannya dalam pengambilan keputusan atau kebijakan di berbagai bidang kehidupan mereka. Perlunya masyarakat terlibat langsung dalam kebijakan publik ditujukan selain sebagai warga masyarakat atau rakyat yang memiliki hak sebagai masyarakat sosial dan politik untuk menjaga ruang publiknya, mengagregasikan persoalan dan kepentingan di ruang publik, merancang agenda publik, dan terus menerus mengawasi agar kinerja wakil rakyat dan pemerintah supaya bekerja sesuai dengan mandatnya. Apalagi jika berkaitan dengan kebijakan yang berimplikasi terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat harus melibatkan anggota masyarakat dan formulasi dan pengambilan keputusan. Ketiga definisi partisipasi Gaventa dan Valderama merupakan gambaran yang paling mendekati dengan fenomena partisipasi masyarakat sekarang ini. Diferensiasi antara partisipasi politik, sosial, dan warga yang dipaparkan oleh mereka cukup jelas antara satu dan lainnya. C.1. Partisipasi Forabi Melalui Jalur Formal. Jalur formal yang dimaksud disini adalah jalur partisipasi melalui ruang-ruang publik yang disediakan oleh Pemerintah Daerah. Dalam pembahasan ini, digunakan definisi partisipasi warga dari Gaventa dan Valderama untuk mempermudah arahan dari pembahasan ini. Partisipasi warga memfokuskan tentang partisipasi aktif warga dalam keikutsertaannya menentukan suatu keputusan pemerintah. Dalam commit to user 81 hal ini keikutsertaan Forabi dalam pengambilan kebijakan di tingkat Kabupaten. Kebijakan yang partisipatif sebetulnya masih terbuka peluangnya. Namun jika tanpa penyediaan data dan informasi yang cukup, masyarakat masih bisa dimanipulasi. Dari alur tersebut dapat dinilai sudah partisipatif atau belum sehingga masyarakat harus mengoptimalkan perannya. Sebuah kebijakan hendaknya muncul dari apa yang menjadi kebutuhan masyarakat dan tidak memberatkan. Kebijakan yang diusulkan masyarakat akan masuk melalui legislatif sebagai pengambil kebijakan dan eksekutif. Dibawah ini merupakan gambaran alur bagaimana seharusnya kebijakan itu melibatkan masyarakat, Bagan. 3.3. Pembahasan kebijakan yang melibatkan masyarakat diilustrasikan dalam buku Ichwan Prasetyo Sama halnya Forabi yang merupakan forum rakyat dan juga bagian dari bentuk NGO’s memiliki peran-peran seperti yang di deskripsikan diatas. commit to user 82 Sebagai Forum Rakyat, Forabi memiliki hubungan dengan Pemerintah seperti eksekutif maupun legislatif. Ada usaha Eksekutif maupun Legislatif Kabupaten Boyolali dalam mengupayakan pelibatan masyarakat dalam pengambilan kebijakan melalui pembicaraan-pembicaraan formal. Terkait dengan hal ini adalah keterlibatan Forabi sebagai bagian dari masyarakat Boyolali. Forabi selama ini telah banyak menerima undangan dari Pemerintah Daerah Boyolali dalam rangka transformasi partisipasi masyarakat kepada Pemerintah. Tabel 3.3 Keikutsertaan Forabi dalam Pengambilan Kebijakan No Informan Keikutsertaan Forabi dalam Pengambilan Kebijakan 1 Informan I Kita sering dilibatkan dalam acara hearing, sebelum disahkannya suatu Perda biasanya Dewan mengajak untuk sharing dengan Forabi. Forabi dimintai masukan-masukan dalam acara tersebut, selain diskusi-diskusi semacam itu kami juga di harapkan untuk bisa memberikan rekomendasi pada masalah-masalah yang sedang diangkat sebelum kebijakan itu disahkan. Dari eksekutif, mengharapkan kami membuat rencana-rencana program kerja berjangka yang berbasis pada kepentingan masyarakat 2 Informan II Untuk pembahasan kebijakan kita sering diundang seperti pembahasan ranperda, atau membahas APBD. Namun itu jika ukurannya commit to user 83 undangan, tapi untuk didengar atau tidaknya perlu dikaji. ...Masyarakat disana bisa aktif berbicara dan bisa masuk ke ruang-ruang komisi. Sekali lagi pasti didengarkan , namun apakah masukan yang kami berikan itu menjadi referensi atau tidak, perlu kroscek kepada mereka lebih lanjut. 3 Informan III Pernah sekali dulu, sekali. Ke DPRD, dulu tentang anggaran responsive gender 4 Informan IV Pernah, di Pemerintahan. Dulu issu yang diangkat adalah pertanian, karena saya sempat tergabung dalam kaukus pertanian Forabi. 5 Informan V Kalau untuk periode yang sekarang, setau saya belum, tapi untuk periode-periode yang sebelumnya sudah dan saya dulu pernah waktu periode 19992004, 20042009 tidak, terus sekarang masuk lagi.” 6 Informan VI Jadi pimpinan daerah seperti saya ini dalam pembuatan ranperda atau Rancangan Peraturan Daerah itu selalu diadakan public hearing, dalam public hearing itu sebetulnya masyarakat luas yang diundang namun terkadang mereka juga tidak siap. Maka biasanya yang lebih sering datang itu adalah LSM salah satunya Forabi itu. LSM itu lebih antusias dan bisa memberikan masukan kepada Pemerintahan. Karena itu amanah undang-undang, ya kita perlu melaksanakan itu. commit to user 84 Sumber: wawancara Tabel 3.3 secara umum menjelaskan bahwa Pemerintah Kabupaten Boyolali telah mengadakan usaha untuk membuka ruang partisipasi bagi masyarakat Boyolali. Pemerintah melalui Informan V dan VI menegaskan ada usaha untuk membuka partisipasi bagi warga. Cukup menarik adalah pernyataan dari informan I dan Informan II, dalam kedua pernyataan diatas menggambarkan bahwa Pemerintah sudah berupaya untuk melibatkan masyarakat dalam pengambilan suatu kebijakan. Namun pernyataan dari Sinam menarik untuk dikaji, dia mengakui memang Pemerintah sudah bersifat kooperatif terhadap masyarakat dalam menentukan kebijakan. Ada semacam nada pesimis ditunjukkan, bahwa tidak semuanya dari masukan bisa dijadikan rekomendasi oleh Pemerintah. Dari tabel diatas ditemukan hal-hal seperti yang ada dibawah ini: 1. Forabi sering dimintai masukan oleh Pemerintah dan diharapkan membuat suatu rencana program untuk Kabupaten Boyolali. 2. Forabi bisa aktif berbicara dalam public hearing, bahkan bisa masuk ke komisi-komisi. 3. Masyarakat bersama Forabi ikut serta berperan dalam pengambilan keputusan Pemerintah Kabupaten Boyolali. commit to user 85 4. Ada usaha dari Pemerintah untuk membuka ruang partisipasi bagi masyarakat melalui public hearing sebelum ditetapkannya suatu kebijakan Tabel.3.4 Banyaknya Undangan dari Legislatif dan Eksekutif ke FORABI Selama kurun Feb 2008- Juni 2009 NO Tanggal Penyelenggaraan Penyelenggara Bahasan 1 12 September 2008 DISDIKPORA Lokakarya hasil perhitungan BOSP Biaya Operasional Satuan Pendidikan 2 10 September 2008 SEKDA Audiensi Dengan Bupati 3 15 Agustus 2008 DPRD Rapat Paripurna 4 28 Februari 2008 SEKDA Rakor: Kesepakatan bersama dengan LGSP 5 28 Agustus 2008 DPRD FGD dalam rangka penyusunan naskah akademis tentang pendirian tower. 6 28-30 Agustus ‘08 SEKDA Forum bersama Ketahanan Pangan Kab. Boyolali. 7 2 Juli 2008 SEKDA Diskusi Multipihak : “Berbagai pengalaman Melibatkan Warga Masyarakat dalam proses legislasli di Boyolali” 8 15 Oktober 2008 SEKDA FGD tentang praktek Good Governance dengan Executive Director Of The Capital Region Council of Governance base of Hartfort US. 9 14 Oktober 2008 DPRD Masukan untuk : · Ranperda Perubahan APBD th. 2008. · Ranperda tentang Kewenangan. 10 21 Oktober 2008 DPRD FGD dalam rangka penyusunan naskah akademis Ranperda tentang pelayanan Kesehatan. 11 5 November 2008 DPRD Public Hearing dalam penyusunan Ranperda commit to user 86 Sumber : Dokumentasi Forabi Dalam tabel 3.4 menyebutkan bahwa, Forabi telah menerima undangan untuk audiensi dengan Pemerintah Kabupaten Boyolali Legislatif dan Eksekutif. Dokumen ini didapat dari sekretariat Forabi, dan tidaklah semua dokumen mengenai undangan ini lengkap terdokumentasi dengan baik. “Kami memang lemah dalam mendokumentasi data-data. Karena awalnya memang kita tidak tercetak untuk menjadi suatu lembaga yang setiap langkahnya harus ada catatan. Namun ini bisa menjadi suatu kritik, agar kami memperhatikan data-data dan mendokumentasikannya dengan baik. Kalau sejauh undangan kami mengumpulkan beberapa dan notulensi setiap kegiatan diskusi kami. Warsono menambahkan, Karena memang kita adalah sebuah forum yang artinya kita berbeda dengan LSM yang mungkin punya data tentang masyarakat dampingannya. Yang kami miliki adalah yang disebut Sinam diatas, untuk dataIssue Kesehatan. 12 22 Desember 2008 SEKDA Lokakarya orientasi penyusunan Rencana Kontingen Erupsi Gunung Merapi di Kab. Boyolali. 13 19 Desember 2008 DISDIKPORA Lokakarya hasil Seminasi DBEI Decentralized Basic Education I Kab. Boyolali Th. 2008. 14 22 Mei 2009 SEKDA Diskusi interaktif atas pelaksanaan kerjasama dengan LGSP Local Government Support Program 15 13 Mei 2009 BKKBN Pembahasan Program Kerja 16 21 Mei 2009 DPRD Pembahasan Ranperda tentang Prakarsa PBMD dan TPA tahun 2009. 17 20 Mei 2009 DPRD Pembahasan LKPJ Bupati Boyolali. 18 18 Mei 2009 BKKBN Merencanakan Program kerja pusat pelayanan terpadu pemberdayaan perempuan dan anak PTP2A Kab. Boyolali. 19 9 – 29 Juni 2009 DPRD Pembahasan Ranperda commit to user 87 yang akan diangkat secara detail kurang ada perawatan dari kami.”wawancara Sinam, 9 Maret 2010 Mungkin ada lebih dari sekedar yang terungkap diatas, jumlah dari undangan yang masuk kepada Forabi. Seperti diakui Sinam bahwa mereka memiliki kelemahan dalam dokumentasi. Dari tabel diatas bisa kita dapatkan jumlah dari undangan yang masuk dari Legislatif maupun Eksekutif selama kurun Feb 2008- Juni 2009 ; - Undangan dari Legislatif ke Forabi sebanyak 8 buah undangan. - Undangan dari Eksekutif ke Forabi sebanyak 11 buah undangan. Dari hal ini bisa diartikan bahwa Eksekutif lebih banyak melakukan pertemuan dengan Forabi atau masyarakat lainnya dibanding legislatif. Ini dikarenakan Eksekutif lebih banyak memiliki bagian-bagian Dinas dan SKPD yang langsung bersentuhan dengan masyarakat dibanding DPRD yang bertugas utama membuat suatu legislasi. Sebelum terlalu jauh membicarakan alur Partisipasi keluar FORABI, ada mekanisme sendiri di dalam Forabi dalam penyaluran aspirasi. Sesuai dengan konsep Forum, artinya Forabi lebih menggali informasi ataupun aspirasi dan keinginan masyarakat itu dari diskusi- diskusi. Sinam menekankan, “....Kekuatan Forabi terletak pada Forum diskusi saja tidak lebih dari itu. Forabi adalah ruang untuk “obrolan rakyat” jika sudah tidak ada obrolan berarti Forabi sudah tidak ada. Forabi mencoba mengawal partisipasi melalui kaukus-kaukus yang ada...” commit to user 88 Jadi disini Forabi bukanlah bertindak seakan-akan sebagai konsultan, namun lebih disebut ruang untuk membahas bersama-sama suatu kepentingan masyarakat. Sedangkan alur penyampaian informasi atau kepentingan masyarakat untuk diadvokasikan kepada Pemerintah dapat digambarkan sebagai berikut; Bagan. 3.4. Mekanisme penyaluran aspirasi dalam FORABI Sumber : wawancara Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa Forabi dalam mengadvokasi suatu aspirasi rakyat menggunakan cara. Pertama, Forabi menampung aspirasi dari masyarakat Boyolali dan selanjutnya di diskusikan dalam Forum. Kedua, Forabi menggali issue-issue yang berkembang di kota Boyolali, apa yang menjadi kepentingan publik Boyolali di dicarakan dalam Forum. Selanjutnya dari kedua cara itu menghasilkan semacam rekomendasi kepada Pemerintah untuk diadvokasikan dan diperjuangkan. Gambaran diatas dijelaskan oleh Eko Bambang dalam wawancara, “Forabi mencoba untuk melihat issue – issue yang berkembang di Boyolali, lalu di diskusikan bersama dalam wadah Forum Rakyat Boyolali. Yang kedua, masyarakat menyalurkan aspirasinya Aspirasikebutuhan masyarakat Advokasi Issue yang sedang berkembang di masyarakat Didiskusikan di Forabi commit to user 89 melalui Forabi dan selanjutnya dirembug bersama nah itu juga bisa dimunculkan atau diperjuangkan. Jadi bisa diambil dari berbagai sisi, bukan hanya dari Forabi sendiri tapi bisa melalui kaukus- kaukus yang ada di dalam Forabi sehingga semua sektor yang ada dimasyarakat itu bisa masuk.”sumber: wawancara,10 Maret 2010 Upaya mengumpulkan berbagai issue yang berkembang di masyarakat terkait untuk selanjutnya dijadikan sebagai bahan untuk diangkat ke Eksekutif maupun Legislatif di Boyolali. Isue-issue tersebut disaring Forabi dari tingkatan dasar masyarakat, diungkapkan oleh Sukandi Informan IV: “Yang jelas begini, ada inisiatif dari Forabi untuk membawa suara rakyat Boyolali, ada uneg-unegkeluhan masyarakat ditampung di Forabi lalu didiskusikan disini. Setelah itu baru di angkat ke Pemerintah. Setahu saya kinerja Forabi berarti terkait dengan Badan Pekerjanya, BP Forabi biasanya mencari melalui kelompok- kelompok yang tergabung dalam kaukus Forabi.”wawancara, 16 Maret 2010 Badan Pekerja Forabi sebagai motor penggerak forum memiliki peranan untuk menampung “uneg-uneg” yang ada di masyarakat dan juga mencari melalui kelompok-kelompok yang tergabung dalam forum. Semua informasi tersebut bisa saja disebut sebagai “bahan bakar” untuk menggerakan Forum agar memiliki kekuatan suara di Pemerintahan Boyolali. Posisi Forabi di Kabupaten Boyolali adalah sebagai penyeimbang antara peran masyarakat dengan Pemerintah dan juga menjadi wacth dog bagi Pemerintah Kabupaten Boyolali dalam kegiatan pemerintahan. Memang tidak ada “legimitasi” posisi Forabi di Boyolali, commit to user 90 namun setidaknya sebagai salah satu bentuk dari civil society di Boyolali memiliki pengaruh dalam membantu Pemerintah menentukan arah kebijakan daerah. Memberikan kesempatan bagi Forabi dalam Forum formal yang diadakan Eksekutif sebagai bentuk perwujudan partisipasi masyarakat diakui oleh Seno Samudro Informan VI, “Didalam public hearing itu ada usulan ada jawaban yang dialognya itu kontruktif kedepan itu bagaimana tentang kebijakan masalah ini, lalu terjadi dialog yang sinergis. Setelah sinergis baru dibawa ke dewan apakah bisa digedog atau tidak. Tapi semuanya harus melalui proses public hearing.” wawancara,27 Juli 2010 Dalam kutipan wawancara diatas menyebutkan, adanya mekanisme public hearing sebagai langkah untuk pemutusan suatu kebijakan dengan melibatkan masyarakat. Tentunya letak dari Forabi sendiri disini ada di pihak masyarakat. Demikian juga yang diungkapkan oleh Suwardi Informan V, legislatif juga akan melibatkan masyarakat terkait dengan pembuatan suatu kebijakan. “Diundang, kawan-kawan NGO biasanya yang sering diundang, kalau masyarakat itu kan luas, kalau tiap Ketua RT diundang itu ya belum. Jadi kalau sifatnya terbuka itu lengkap semua pihak dilibatkan. Untuk hak bersuara itu tergantung jenis Forumnya, kalau rapat paripurna itu hanya DPRD yang bersuara itu sudah ada aturannya, kecuali public hearing memang masyarakat di beri hak sepenuhnya untuk berbicara. Jadi kita bekerja juga sesuai mekanisme yang berlaku.” wawancara, 2 April 2010 Dari pernyataan dari Suwardi mengindikasikan memang telah ada mekanisme pelibatan masyarakat dan itu sudah ada aturannya. Namun, tidak semua Forum yang diadakan Legislatif itu masyarakat memiliki hak sepenuhnya berbicara. Diungkapkan diatas Forum rapat Paripurna commit to user 91 hanya Anggota DPRD saja yang punya hak suara namun masyarakat bisa hadir. Sedangkan public hearing merupakan forum yang disediakan DPRD untuk masyarakat agar menyampaikan aspirasinya terhadap Kabupaten Boyolali. Forabi merupakan salah satu bagian masyarakat yang sering ikut dalam forum-forum yang diadakan oleh Eksekutif maupun Legislatif. “Sering. Misalnya jika Pemerintah ingin menggulirkan suatu Perda, pasti Forabi sering diajak dan diikutsertakan untuk hearing.” Wawancara Eko, 1032010 Adanya undangan untuk hadir dalam Forum hearing itu, memberi celah bagi Forabi maupun masyarakat umum untuk berpartisipasi dalam pengambilan suatu kebijakan Boyolali. Celah-celah dalam Forum itu dimanfaatkan Forabi dengan memberikan masukan pada Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali. Eko BS menjelaskan mengenai hal ini, “Kita sering dilibatkan dalam acara hearing, sebelum disahkannya suatu Perda biasanya Dewan mengajak untuk sharing dengan Forabi. Forabi dimintai masukan-masukan dalam acara tersebut, selain diskusi-diskusi semacam itu kami juga di harapkan untuk bisa memberikan rekomendasi pada masalah-masalah yang sedang diangkat sebelum kebijakan itu disahkan. Dari eksekutif, mengharapkan kami membuat rencana-rencana program kerja berjangka yang berbasis pada kepentingan masyarakat.” Wawancara,1032010 Dari pernyataan diatas, diakui Forabi bahwa Legislatif sebelum membuat suatu Perda ada semacam diskusi agar Forabi bisa memberi masukan-masukan. Selain itu Forabi juga dimintai rekomendasi terhadap masalah-masalah yang diangkat sebelum suatu kebijakan itu commit to user 92 disahkan. Sedangkan Eksekutif menuntut Forabi agar bisa membuat rencana-rencana program yang berbasis pada kepentingan masyarakat. Melalui pernyataan Eko tersebut bisa dilihat ada kerjasama yang terjalin antara Pemerintah dengan masyarakat dalam hal ini Pemerintah daerah dengan Forabi. Forabi memiliki kesempatan luas untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembuatan Kebijakan, diamana masukan-masukan Forabi bisa disampaikan dalam forum-forum tersebut. Pada dasarnya partisipasi masyarakat untuk membantu Pemerintah dalam membuat suatu kebijakan telah termaktup dalam UU Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundangan Pasal 53 dan Juga ada dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 139 ayat 1, “Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan atau tertulis dalam rangka penyiapan atau pembahasan rancangan undang- undang dan rancangan peraturan daerah.” Dasar perundang-undangan diatas dengan kuat menyatakan adanya hak bagi masyarakat untuk memberikan masukan dalam penyiapan dan pembahasan rancangan Undang-undang dan rancangan Peraturan daerah. Forabi dalam hal ini berusaha untuk selalu terlibat dalam kegiatan pembuatan kebijakan,seperti dijelaskan oleh Eko berikut ini, Kita terlibat mulai dari proses perencanaan, pembahasan, pelaksanaan, monitoring, hingga evaluasi. Artinya kami aktif dalam setiap kegiatan kebijakan mulai dari awal.Wawancara,1032010. commit to user 93 Diakui oleh Eko bahwa Forabi telah terlibat mulai dari proses pembahasan hingga evaluasi berjalannya suatu kebijakan. Masuknya Forabi dalam proses pembuatan kebijakan ini bisa diharapkan untuk bisa menjadi satu masukan untuk dipustuskannya suatu kebijakan. Selain itu terkait dengan pengambilan kebijakan, keterlibatan Forabi harus dilihat dari pengaruhnya dalam hal tersebut. Pengambilan kebijakan suatu daerah memiliki alur proses yang cukup panjang, penuh pertimbangan dan dialektika. Kebijakan daerah yang biasanya dituangkan menjadi Perda diatur dalam UU No.4 Tahun 1999 tentang Susunan dan Kedudukan MPR ;DPR;dan DPRD, selain itu juga diatur dala Peraturan Pemerintah No 12001 tentang Pedoman Penyusunan Tata Tertib DPR dan DPRD. Dalam perundang-undangan itu dijelaskan ada dua inisiatif untuk pembentukan PERDA, yaitu melalui inisiatif DPRD dan inisiatif Eksekutif. Pada penetapan Ranperda inisiatif DPRD, masyarakat dihadirkan dalam forum rapat kerja bersama Pansus Gabungan pengusul ranperda. Sedangkan jika itu merupakan inisiatif Eksekutif, masyarakat dapat terlibat dalam diskusi dengan staff ahli dan Tim asistensi Pemda. Dalam pembentukan Ranperda masyarakat bisa aktif dan bisa melakukan loby-loby diluar format dalam undang-undang tersebut, hal ini dijelaskan Sinam dalam wawancara di bawah ini, “Masyarakat disana bisa aktif berbicara dan bisa masuk ke ruang- ruang komisi. Sekali lagi pasti didengarkan , namun apakah commit to user 94 masukan yang kami berikan itu menjadi referensi atau tidak perlu kroscek kepada mereka juga”.Wawancara,932010 Menurut Sinam diatas, masyarakat bisa masuk dalam-komisi-komisi untuk membicarakan usulan-usulan. Namun, untuk masalah dijadikan referensi itu masih perlu ditanyakan pada pihak terkait. Sedangkan Suwardi sebagai anggota DPRD Boyolali mengungkapkan dalam kesempatan lain, “...Kalau usulan dari forabi itu sebagai bahan pertimbanganpenyeimbang. Tapi kalau dijadikan dasar maaf sekali, kita kalau bekerja sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dasarnya itu kan sesuai UU yang berlaku...”Wawancara,242010 Dari pernyataan diatas bisa didapatkan kesimpulan bahwa aspirasi atau usulan jelas didengarkan dan bisa dijadikan bahan untuk pertimbangan atau penyeimbang. Tapi, untuk menjadi dasar secara utuh itu tidak bisa karena ada undang-undang yang berlaku mengenai hal ini. Dalam ruang-ruang itu dimanfaatkan Forabi sebagai tempat untuk berpartisipasi dalam proses pembentukan kebijakan. Masukan- masukan dan usulan baik dari dalam badan Forabi sendiri maupun dari masyarakat Boyolali disampaikan disana. “Forabi memiliki pengaruh dalam hal membantu Pemerintah menentukan kebijakan, Forabi juga memiliki bargainning power yang kuat dalam hal mempertahankan pendapat di Pemerintahan ...hampir 70 dari beberapa gagasan ada yang menjadi referensi bagi pembuatan kebijakan di Boyolali bahkan ada beberapa yang mencapai 100 keberhasilan. Kita sama-sama memperjuangkan untuk meng-goal-kan itu....”Wawancara,1032010 commit to user 95 Pernyataan Eko diatas mengungkapkan kekuatan Forabi dalam proses pembuatan regulasi, dimana pendapat-pendapat Forabi harus dipertahankan. Eko mengklaim bahwa hampir 70 dari beberapa gagasan Forabi menjadi referensi dalam pembuatan suatu kebijakan. Adapun kebenaran klaim tersebut perlu dilakukan kroscek terhadap Pemerintah, Seno memberikan penjelasan mengenai hal ini sebagai berikut; “ Saya tidak bisa ingat pasti statistik resmi usulannya ya, tapi sering. Namanya usulan tidak perlu di forum resmi, forum-forum jagongan seperti inipun juga bisa memunculkan usulan. Ide apapun kita akomodasi, ya lumayan banyak ide yang mereka masukkan. Saya harapkan tidak hanya Forabi, LSM lannya atau masyarakat umum bisa lebih pro aktif dalam berpartisipasi dalam Pemerintahan. Kita terbuka, kita transparan. Ada yang menjadi kebijakan, tapi saya tidak hafal item per itemnya. Selama 5 tahun ini saya juga sudah sering mendengar, banyak masukan-masukan yang diberikan walaupun tidak utuh. Mungkin jika mereka itu mengajukan konsepnya itu 100 misalnya yang diterima mungkin 40 atau 80nya. Tidak pernah diterima 100 seperti itu tapi kontribusuinya juga sudah banyak. Kita merasa enak juga terbantu dengan adanya LSM-LSM seperti itu.”wawancara,27Juli2010 Penjelasan Seno diatas memberikan makna bahwa Forabi sedikit banyak memiliki pengaruh terhadap Pemerintahan, terutama dalam hal partisipasinya. Hal ini ditunjukkan dengan diterimanya masukan Forabi, walaupun tidak 100 konsep dari Forabi diterima. Memang dokumen mengenai jumlah masukan ataupun usulan dari Forabi tidak bisa terdeteksi secara utuh. Namun Pemerintah Boyolali mengakui cukup terbantu dengan adanya Forabi. C.2 Partisipasi Forabi Melalui Jalur non-formal commit to user 96 Jalur informal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah, upaya penyaluran aspirasi Forabi dengan tidak melalui tuntunan Undang-undang dan peraturan yang sistematis. Jalur informal dilakukan secara independen Forabi sendiri. Jalur informal dikreasi oleh Forabi karena dirasakan masih belum cukup ruang partisipasi publik yang disediakan oleh Pemerintah Kabupaten Boyolali. Inisiasi Forabi membuat jalur aspirasi informal memiliki tujuan agar masyarakat bisa ikut berpartisipasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan terkait dengan pengambilan kebijakan publik. Selain itu ruang partisipasi yang dibuat oleh Pemerintah, masyarakat tidak bisa sembarangan bisa masuk dalam forum. Dalam forum itu hanya masyarakat yang dihadirkan hanya bagian-bagian dari masyarakat saja. Sedangkan forum yang diadakan Forabi setiap masyarakat bisa ikut berpartisipasi dan memiliki hak sama dalam forum. Hal ini merupakan sifat forum yang ada dalam Garis Besar Haluan Forum Forabi: “Forum Rakyat Boyolali bersifat terbuka, independen tidak berafiliasi kepada pemerintah dan atau partai politik tertentu, egaliter atau berkedudukan setara dalam keanggotaannya dan demokratis. Forum hanya berpihak pada prinsip-prinsip keadilan, demokrasi, partisipasi, transparansi dan kemanusiaan dalam proses pambangunan yang berkelanjutan dengan memperhatikan karakter masyarakat lokal.” Dalam perkembangannya ruang-ruang partisipasi yang disediakan oleh Forabi tidak akan bermuara pada tujuannya yaitu menyalurkan aspirasi masyarakat melalui jalur informal tanpa adanya commit to user 97 dukungan dari masyarakat. Sinam menyatakan dalam petikan wawancara berikut: “Forabi adalah sebuah ruang berdiskusi ya, jadi ikut berdiskusi sudah merupakan dukungan. Sebenarnya Forabi merupakan sebuah ruang untuk dukung mendukung atau belajar. Menggambarkan Forabi itu memang cukup sulit, kami bukan ormas ataupun partai, melihat value atau nilai dukungan masyarakatpun sulit. Karena kami hanyalah ruang diantara masyarakat Boyolali untuk berdiskusi membicarakan dengan agenda kesejahteraan rakyat, pemaknaan kembali Geographis democracy, maupun masalah kota Boyolali. ” Wawancara, 932010 Dari pernyataan diatas menguatkan bahwa bagi Forabi setiap masyarakat yang bersedia ikut dalam diskusi dalam hal ini tentang permasalahan yang ada di Kabupaten Boyolali sudah merupakan bentuk dukungan bagi Forabi. Karena melalui diskusi akan muncul inspirasi dan aspirasi yang itu merupakan kebutuhan masyarakat. Selanjutnya adalah tentang mengakomodasikan aspirasi-aspirasi tersebut. Setidaknya Forabi telah berusaha mengakomodir aspirasi masyarakat untuk diwacanakan sebagai issu public atau menjadi gagasan dibuatnya suatu kebijakan, hal ini diungkapkan oleh Sukandi warga masyarakat yang pernah ikut dalam kegiatan Forabi: “Kalau keseluruhannya belum, tapi sudah diusahakan sedikit demi sedikit. Sebab kemampuan Forabi sendiri belum bisa maksimal untuk bisa merespon suara masyarakat.” Wawancara,1632010 Pernyataan diatas mengindikasikan Forabi telah mengusahakan agar aspirasi masyarakat bisa terakomodasi hingga ke Pemerintah Kabupaten Boyolali walaupun tidak seluruhnya maksimal. Sedangkan Deni yang juga merupakan warga Boyolali yang pernah ikut kegiatan Forabi optimis dengan kinerja Forabi: commit to user 98 “Sudah Setahu saya, bagi yang mengetahui Forabi, bagi yang mengenal Forabi. Forabi terdiri dari berbagai unsur dan elemen masyarakat di Boyolali, kadang mereka juga mewakili aspirasi- aspirasi kelompok masing-masing juga.”Wawancara,1532010 Usaha-usaha yang dilakukan Forabi tersebut telah coba direalisasikan oleh Forabi melalui jalur-jalur partisipasi diluar yang telah disediakan Pemerintah. Menurut Sinam, Forabi membuat ruang partisipasi itu agar masyarakat bisa seluas-luasnya mengekspresikan aspirasinya terhadap Kabupaten Boyolali, berikut adalah kutipan wawancaranya; “Bagi Forabi proses demokrasi formal itu penting namun bukan satu-satunya. Perlu ruang-ruang non formal untuk membangkitkan gairah partisipasi rakyat. Adanya Musrenbang, public hearing, ataupun Pemilu itu benar sebagai bentuk partisipasi. Namun diperlukan ruang-ruang lain seperti yang telah kami lakukan dengan mengadakan Obrolan, Diskusi, lokakarya, maupun seminar yang melibatkan lintas pihak itu adalah ruang-ruang yang tidak di create oleh udang-undang. Karena memang tidak semua masyarakat bisa tertampung di ruang-ruang formil itu, namun diruang non formil masyarakat bisa mengekspresikan diri disana. Ada dua output dari ruang-ruang tersebut yaitu, apakah Pemerintah Daerah dan Dewan itu merasa terbantu dengan diskusi-diskusi di atas atau malah terganggu, dalam artian mungkin ada niatan jahat tersembunyi dari oknum-oknum yang terganggu aktivitasnya.”Wawancara,932010 Menurutnya, proses formal itu memang benar namun dengan adanya ruang-ruang partisipasi non formal tersebut diharapkan gairah partisipasi masyarakat dalam mengarahkan kebijakan-kebijakan agar lebih berpihak bagi rakyat. Usaha-usaha yang dilakukan Forabi diimplementasikan menjadi: 1. Obrolan commit to user 99 2. Diskusi Multipihak 3. Lokakarya 4. Seminar Tabel. 3.5 Usaha Forabi Memfasilitasi Partisipasi Masyarakat Kepada Pemerintah No Tanggal Kegiatan Nama Kegiatan Elemen Masyarakat yang ada Pemerintah yang Hadir DPRD EKSEKUTIF 1 2112009 Menggagas pola kerjasama masyarakat dan DPRD dalam mewujudkan kebijakan yang pro rakyat 1. FORABI 2. KOMPIP 3. LKTS 4. Perseorangan · P Jimu, Kandi, Sri Rahayu, Sri Yatiningsih, Warsono, Suparno, P Baskoro, Muji, Wardi, P Toha, Ulfa, Yeni, Widodo, Dwi P, Titin, Istamar, Tugiman, Sutar 5. KPU 1. Lilik Harya nto 2 662009 RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI MENGENAI PERTANGGUNGJ AWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN BOYOLALI 1. Sinam M Sutarno 2. Eko B 3. Subcan 1. Saptoto commit to user 100 Sumber : Dokumen Forabi TAHUN ANGGARAN 2008 3 16 112009 MENCARI FORMAT PERLINDUNGAN HAK ATAS KESEHATAN REPRODUKSI PEREMPUAN 1. Dwi P 2. Sri Supadmi 3. Sinam 4. Purwanto 5. Suyamti dari Mekar Sari 6. Ning 7. Ati BK 8. Erna IPKBK 9. Ulfa PATTIRO 10. Totok 1. Dr. Yulianto Prabowo 2. ibu Adiningsih 3. Siti 4 23122009 Membangun kolaborasi peran lintas pihak untuk penanggulangan kemiskinan 1. Kompip Indonesia 2. Mulyanto 3. Suwardi 4. Purwanto 5. Jimu 6. Ning ampel 7. Sunaryanto 8. Sinam M S 9. Siju 10. Kandi 11. Basuki 12. Eko 13. Nardi Bp. Sutomo Bp. Mulyanto 5 2812010 Curah Pendapat :Menjawab Dilema Ekonomi dan Ekologi 1. MAPAN 2. Himpunan Tani Makmur 3. FORPAS 4. Masyarakat Umum 1. Agun g Sapar di 2. 1. BAPPE DA 2. Perhuta ni 3. PDAM 4. D. Tata Kota 6 1022010 Lokakarya : Jaminan Kesehatan Bagi Warga Miskin 1. FORABI 2. Masyarakat Peduli Kesehatan 3. Masyarakat Umum 1. Kabag Kesra 2. Bapped a 3. Dinas Keseha tan 4. Dinsos nakertr ans 7 2732010 Kenduri Boyolali: “Rembug Bersama Calon Pemimpin Boyolali” 1. Forabi 2. Masyarakat Umum 1. Ketua DPRD Boyolali Perwakilan Pemerintah, Plt. Sekda Boyolali commit to user 101 Data dalam tabel tersebut didapatkan dari dokumentasi Forabi sendiri. Memang yang terdokumen diatas tidak banyak, namun cukup menjadi gambaran bahwa Forabi telah melakukan satu langkah partisipasi diluar yang dibuat oleh Pemerintah Boyolali. Semua kegiatan itu melibatkan berbagai pihak Legislatif, Eksekuti, masyarakat, swasta, dan stake holder lainnya. Seperti halnya dengan pernyataan sebelumnya, Eko Badan Pekerja Forabi menambahkan: “Masyarakat selama ini melihat Forabi sebagai wahana ataupun media untuk menyalurkan berbagai asprirasi atau tuntutan yang ada di tengah masyarakat. Dari hal itu Forabi mengajak untuk duduk bersama memecahkan masalah yang ada, atau dengan cara memfasilitasi agar masyarakat bisa bertemu dengan Eksekutif maupun legislatif.” wawancara,1032010 Namun tidak hanya melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat dialog multipihak saja yang digunakan Forabi untuk berupaya memperjuangkan aspirasi atau hanya sekedar mengkritisi wacana kebijakan. Upaya lain yang dilakukan adalah membuat tulisan di media massa atau membiarkan media massa yang meliput mereka. Forabi menggunakan perkembangan teknologi dan informasi modern. Dengan meluncurkan blog yang bernama httpwww.forabi.wordpress.com yang isinya adalah tanggapan-tanggapan Forabi terhadap permasalahan di Boyolali atau wacana-wacana di Boyolali yang dimunculkan oleh Forabi agar di perhatikan Pemerintah juga masyarakat. commit to user 102 Sebelum ada kegiatan-kegiatan seperti yang dikatakan Sinam sebelumnya, dilakukan penjaringan issu-issu sebelum diwacanakan di publik lihat tabel 3.3. Penjaringan tersebut biasanya ditemukan dalam rapat-rapat rutin Badan Pekerja Forabi. Seperti yang dijelaskan secara implisit oleh Sukandi berikut ini; “Yang jelas begini, ada inisiatif dari Forabi untuk membawa suara rakyat Boyolali, ada uneg-unegkeluhan masyarakat ditampung di Forabi lalu didiskusikan disini. Setelah itu baru di angkat ke Pemerintah.”Wawancara,1632010 Tabel.3.6 Rapat Koordinasi Dan Diskusi Internal Forabi NO Tanggal Kegiatan Peserta Tema Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 4 Maret 2009 4 September 2008 5 November 2008 6 Desember 2008 10 Januari 2009 15 November 2008 22 November 2008 Semua Bp dan Kompip Boyolali SC dan OC Badan pekerja dan Komunitas Badan pekerja dan Komunitas Badan pengurus, Kompip Boyolali dan Komunitas Badan pekerja dan Komunitas Pembahasan Mekanisme Pencairan Tabungan Komunitas Rencana persiapan RRB 4 Perencanaan detail Program kegiatan Forabi Pembahasan dan Mengkritisi RAPBD Boyolali Persiapan Workshop Rencana pengawalan Tabungan pada kelompok dan aktifitas setiap Badan pekerja Forabi commit to user 103 Sumber : Dokumen Forabi 8 9 10 11 12 14 23 Maret 2009 25 April 2009 26 Desember 2008 27 Januari 2009 16 Mei 2009 8 Juni 2009 Badan pekerja dan Komunitas Semua BP dan Kompip Boyolali Badan Pekerja dan Komunitas 12 orang Badan pengurus, Kompip Boyolali dan Komunitas Karyawan PT Central Java Drinking Water CJDW BP , Kompip Boyolali, Komunitas Pembahasan tentang kelangkaan pupuk Kontrak politik Pendokumentasian program Forabi 1. - Kelangkaan pupuk 2. Galian C 3. Exploitasi air 4. Alokasi Dana desa 5. Pembangunan Pasar boyolali 6. Pelayanan Puskesmas 7. Perburuan terjadi buuruh kontrak 8. Anggaran belanja APBD yang tidak propoor budget 9. Pendidikan yang masih mahal Evaluasi workshop Advokasi Karyawan Pabrik OXY dengan FORABI Mengkritisi hasil public hearing commit to user 104 Dari tabel 3.6 diatas, menggambarkan diskusi yang ada dalam internal Badan Pekerja Forabi. Kebanyakan tema diskusi yang diangkat adalah mengenai permasalahan yang ada dimasyarakat. Sehingga setelah terserap berbagai masukan-masukanitu, baru dimuncalkan wacana ke public melalui kegiatan-kegiatan itu dengan mengajak Eksekutif atau Legislatif. Hal ini bertujuan agar gagasan dari masyarakat bisa didengar atau bisa menjadi acuan Pemerintah Daerah utnuk membuat kebijakan. Usaha-usaha ini juga diakui oleh Suwardi dalam pernyataannya berikut ini: “…Pernah forabi itu mengadakan sutu diskusi. Sepanjang yang saya ketahu, dari pemerintah kan juga diundang, lha disana di forum itu sebagian dari mereka ya usul-usul, memberi masukan…”wawancara, 242010 Sedangkan Deni juga menyatakan bahwa dalam kegiatan-kegiatan itu Pemerintah dan Forabi akan mencatat setiap hasilnya. Sehingga bisa diartikan bahwa Pemerintah akan mendengar yang menjadi gagasan masyarakat, berikut kutipan wawancaranya; “…Biasanya dalam dialog-dialog semacam itu sudah ada usulan- usulan yang dicatat baik Pemerintah maupun Forabi Sendiri. Meskipun akan ada skala prioritas, kedepannya mana yang lebih dipentingkan.”wawancara, 1532010.

D. Partisipasi FORABI Dalam Pembangunan di Kabupaten Boyolali