commit to user
78
tingkat provinsi hingga nasional, disana akan diseleksi lagi mana Kabupaten yang layak untuk diberi fasilitas Pembangunan. Untuk memudahkan untuk
mendeskrisikan alur kedudukan MUSRENBANG, berikut adalah gambar yang diperoleh dari dokumen BAPPEDA Kabupaten Boyolali.
Bagan 3.2 Kedudukan Musrenbang
C. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengambilan Kebijakan Tingkat
Kabupaten Di Boyolali.
Gaventa dan Valderama 1999 dalam buku Ichwan Prasetyo memberi definisi terhadap partisipasi, setidaknya ada tiga macam partisipasi
dalam pembangunan masyarakat demokratis yaitu; partisipasi politik; partisipasi sosial;dan partisipasi warga.
commit to user
79
Pertama, Partisipasi politik yang merepresentasikan demokrasi keterwakilan.
Partisipasi politik, lebih dikaitkan dengan proses-proses politik formal, yaitu pertisipasi rakyat dalam Pemilihan Umum baik tingkat daerah
maupun nasional dan juga pada kegiatan lembaga-lembaga negara. Partisipasi politik berorientasi pada “mempengaruhi” dan “mendudukkan wakil rakyat”
dalam Pemerinthan daripada “partisipasi aktif” dan “langsung” dalam proses Pemerintahan itu sendiri.
Kedua, partisipasi sosial sebagai keterlibatan Beneficiary dalam proyek pembangunan. Oleh Stiefel dan Wolfe 1994 dalam bukunya Ichwan
Prasetyo mendefinisikan sebagai “…..upaya terorganisir untuk meningkatkan pengawasan terhadap sumber daya dan lembaga pengatur dalam keadaan
sosial tertentu oleh pelbagai kelompok dan gerakan yang sampai sekarang dikesampingkan.kelompok partisipasi ini berada di luar lembaga formal atau
pemerintah. Partisipasi sosial ditempatkan sebagai keterlibatan masyarakat terutama yang dipandang sebagai ‘benefeciary’ pembangunan dalam
konsultasi atau pengambilan keputusan dalam semua tahapan siklus proyek pembangunan dari penilaian kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, sampai
pemantauan dan evaluasi program.
Ketiga, partisipasi warga sebagai pengambil keputusan langsung dalam kebijakan publik. Berbeda dengan kedua jenis partisipasi sebelumnya,
oleh Gaventa dan Valderama ‘partisipasi warga’ mendapat perhatian lebih, dimana lebih menekankan pada ‘partsipasi warga’ dalam pengambilan
keputusan atau kebijakan pada lembaga dan proses pemerintahan. Partisipasi
commit to user
80
aktif warga berubah, dari hanya menjadi ‘penerima kebijakan’ menuju sebuah kepedulian warga itu sendiri dengan keikutsertaannya dalam pengambilan
keputusan atau kebijakan di berbagai bidang kehidupan mereka. Perlunya masyarakat terlibat langsung dalam kebijakan publik
ditujukan selain sebagai warga masyarakat atau rakyat yang memiliki hak sebagai masyarakat sosial dan politik untuk menjaga ruang publiknya,
mengagregasikan persoalan dan kepentingan di ruang publik, merancang agenda publik, dan terus menerus mengawasi agar kinerja wakil rakyat dan
pemerintah supaya bekerja sesuai dengan mandatnya. Apalagi jika berkaitan dengan kebijakan yang berimplikasi terhadap kehidupan sosial dan ekonomi
masyarakat harus melibatkan anggota masyarakat dan formulasi dan pengambilan keputusan.
Ketiga definisi partisipasi Gaventa dan Valderama merupakan gambaran yang paling mendekati dengan fenomena partisipasi masyarakat
sekarang ini. Diferensiasi antara partisipasi politik, sosial, dan warga yang dipaparkan oleh mereka cukup jelas antara satu dan lainnya.
C.1. Partisipasi Forabi Melalui Jalur Formal.
Jalur formal yang dimaksud disini adalah jalur partisipasi melalui ruang-ruang publik yang disediakan oleh Pemerintah Daerah.
Dalam pembahasan ini, digunakan definisi partisipasi warga dari Gaventa dan Valderama untuk mempermudah arahan dari pembahasan
ini. Partisipasi warga memfokuskan tentang partisipasi aktif warga dalam keikutsertaannya menentukan suatu keputusan pemerintah. Dalam
commit to user
81
hal ini keikutsertaan Forabi dalam pengambilan kebijakan di tingkat Kabupaten.
Kebijakan yang partisipatif sebetulnya masih terbuka peluangnya. Namun jika tanpa penyediaan data dan informasi yang
cukup, masyarakat masih bisa dimanipulasi. Dari alur tersebut dapat dinilai sudah partisipatif atau belum sehingga masyarakat harus
mengoptimalkan perannya. Sebuah kebijakan hendaknya muncul dari apa yang menjadi kebutuhan masyarakat dan tidak memberatkan.
Kebijakan yang diusulkan masyarakat akan masuk melalui legislatif sebagai pengambil kebijakan dan eksekutif. Dibawah ini merupakan
gambaran alur bagaimana seharusnya kebijakan itu melibatkan masyarakat,
Bagan. 3.3. Pembahasan kebijakan yang melibatkan masyarakat diilustrasikan dalam buku Ichwan Prasetyo
Sama halnya Forabi yang merupakan forum rakyat dan juga bagian dari bentuk NGO’s memiliki peran-peran seperti yang di deskripsikan diatas.
commit to user
82
Sebagai Forum Rakyat, Forabi memiliki hubungan dengan Pemerintah seperti eksekutif maupun legislatif.
Ada usaha Eksekutif maupun Legislatif Kabupaten Boyolali
dalam mengupayakan
pelibatan masyarakat
dalam pengambilan kebijakan melalui pembicaraan-pembicaraan formal.
Terkait dengan hal ini adalah keterlibatan Forabi sebagai bagian dari masyarakat Boyolali. Forabi selama ini telah banyak menerima
undangan dari Pemerintah Daerah Boyolali dalam rangka transformasi partisipasi masyarakat kepada Pemerintah.
Tabel 3.3 Keikutsertaan Forabi dalam Pengambilan Kebijakan
No Informan
Keikutsertaan Forabi dalam Pengambilan Kebijakan
1 Informan I
Kita sering dilibatkan dalam acara hearing, sebelum disahkannya suatu Perda biasanya
Dewan mengajak untuk sharing dengan Forabi. Forabi dimintai masukan-masukan dalam acara
tersebut, selain diskusi-diskusi semacam itu kami juga di harapkan untuk bisa memberikan
rekomendasi pada masalah-masalah yang sedang diangkat sebelum kebijakan itu disahkan. Dari
eksekutif, mengharapkan
kami membuat
rencana-rencana program kerja berjangka yang berbasis pada kepentingan masyarakat
2 Informan II
Untuk pembahasan kebijakan kita sering diundang seperti pembahasan ranperda, atau
membahas APBD. Namun itu jika ukurannya
commit to user
83
undangan, tapi untuk didengar atau tidaknya perlu dikaji.
...Masyarakat disana bisa aktif berbicara dan bisa masuk ke ruang-ruang komisi. Sekali lagi
pasti didengarkan , namun apakah masukan yang kami berikan itu menjadi referensi atau
tidak, perlu kroscek kepada mereka lebih lanjut. 3
Informan III Pernah sekali dulu, sekali. Ke DPRD, dulu
tentang anggaran responsive gender
4 Informan IV
Pernah, di Pemerintahan. Dulu issu yang diangkat adalah pertanian, karena saya sempat
tergabung dalam kaukus pertanian Forabi. 5
Informan V Kalau untuk periode yang sekarang, setau saya
belum, tapi
untuk periode-periode
yang sebelumnya sudah dan saya dulu pernah waktu
periode 19992004, 20042009 tidak, terus sekarang masuk lagi.”
6 Informan VI
Jadi pimpinan daerah seperti saya ini dalam pembuatan ranperda atau Rancangan Peraturan
Daerah itu selalu diadakan public hearing, dalam public hearing itu sebetulnya masyarakat
luas yang diundang namun terkadang mereka juga tidak siap. Maka biasanya yang lebih sering
datang itu adalah LSM salah satunya Forabi itu. LSM itu lebih antusias dan bisa memberikan
masukan kepada Pemerintahan. Karena itu amanah
undang-undang, ya
kita perlu
melaksanakan itu.
commit to user
84
Sumber: wawancara Tabel 3.3 secara umum menjelaskan bahwa Pemerintah
Kabupaten Boyolali telah mengadakan usaha untuk membuka ruang partisipasi bagi masyarakat Boyolali. Pemerintah melalui Informan V
dan VI menegaskan ada usaha untuk membuka partisipasi bagi warga. Cukup menarik adalah pernyataan dari informan I dan Informan II,
dalam kedua pernyataan diatas menggambarkan bahwa Pemerintah sudah berupaya untuk melibatkan masyarakat dalam pengambilan suatu
kebijakan. Namun pernyataan dari Sinam menarik untuk dikaji, dia mengakui memang Pemerintah sudah bersifat kooperatif terhadap
masyarakat dalam menentukan kebijakan. Ada semacam nada pesimis ditunjukkan, bahwa tidak semuanya dari masukan bisa dijadikan
rekomendasi oleh Pemerintah. Dari tabel diatas ditemukan hal-hal seperti yang ada dibawah
ini: 1. Forabi sering dimintai masukan oleh Pemerintah dan diharapkan
membuat suatu rencana program untuk Kabupaten Boyolali. 2. Forabi bisa aktif berbicara dalam public hearing, bahkan bisa masuk
ke komisi-komisi. 3. Masyarakat bersama Forabi ikut serta berperan dalam pengambilan
keputusan Pemerintah Kabupaten Boyolali.
commit to user
85
4. Ada usaha dari Pemerintah untuk membuka ruang partisipasi bagi masyarakat melalui public hearing sebelum ditetapkannya suatu
kebijakan
Tabel.3.4 Banyaknya Undangan dari Legislatif dan Eksekutif ke FORABI Selama kurun Feb 2008- Juni 2009
NO Tanggal
Penyelenggaraan Penyelenggara
Bahasan 1
12 September 2008 DISDIKPORA
Lokakarya hasil perhitungan BOSP Biaya Operasional Satuan Pendidikan
2 10 September 2008
SEKDA Audiensi Dengan Bupati
3 15 Agustus 2008
DPRD Rapat Paripurna
4 28 Februari 2008
SEKDA Rakor: Kesepakatan bersama dengan LGSP
5 28 Agustus 2008
DPRD FGD dalam rangka penyusunan naskah
akademis tentang pendirian tower. 6
28-30 Agustus ‘08 SEKDA
Forum bersama Ketahanan Pangan Kab. Boyolali.
7 2 Juli 2008
SEKDA Diskusi Multipihak : “Berbagai pengalaman
Melibatkan Warga Masyarakat dalam proses legislasli di Boyolali”
8 15 Oktober 2008
SEKDA FGD tentang praktek Good Governance
dengan Executive Director Of The Capital Region Council of Governance base of
Hartfort US.
9 14 Oktober 2008
DPRD Masukan untuk :
· Ranperda Perubahan APBD th.
2008. ·
Ranperda tentang Kewenangan.
10 21 Oktober 2008
DPRD FGD dalam rangka penyusunan naskah
akademis Ranperda tentang pelayanan Kesehatan.
11 5 November 2008
DPRD Public Hearing dalam penyusunan Ranperda
commit to user
86
Sumber : Dokumentasi Forabi
Dalam tabel 3.4 menyebutkan bahwa, Forabi telah menerima undangan untuk audiensi dengan Pemerintah Kabupaten Boyolali
Legislatif dan Eksekutif. Dokumen ini didapat dari sekretariat Forabi, dan tidaklah semua dokumen mengenai undangan ini lengkap
terdokumentasi dengan baik. “Kami memang lemah dalam mendokumentasi data-data. Karena
awalnya memang kita tidak tercetak untuk menjadi suatu lembaga yang setiap langkahnya harus ada catatan. Namun ini bisa menjadi
suatu
kritik, agar
kami memperhatikan
data-data dan
mendokumentasikannya dengan baik. Kalau sejauh undangan kami mengumpulkan beberapa dan notulensi setiap kegiatan diskusi
kami. Warsono menambahkan, Karena memang kita adalah sebuah forum yang artinya kita berbeda dengan LSM yang
mungkin punya data tentang masyarakat dampingannya. Yang kami miliki adalah yang disebut Sinam diatas, untuk dataIssue
Kesehatan.
12 22 Desember 2008
SEKDA Lokakarya orientasi penyusunan Rencana
Kontingen Erupsi Gunung Merapi di Kab. Boyolali.
13 19 Desember 2008
DISDIKPORA Lokakarya hasil Seminasi DBEI
Decentralized Basic Education I Kab. Boyolali Th. 2008.
14 22 Mei 2009
SEKDA Diskusi interaktif atas pelaksanaan kerjasama
dengan LGSP Local Government Support
Program 15
13 Mei 2009 BKKBN
Pembahasan Program Kerja 16
21 Mei 2009 DPRD
Pembahasan Ranperda tentang Prakarsa PBMD dan TPA tahun 2009.
17 20 Mei 2009
DPRD Pembahasan LKPJ Bupati Boyolali.
18 18 Mei 2009
BKKBN Merencanakan Program kerja pusat
pelayanan terpadu pemberdayaan perempuan dan anak PTP2A Kab. Boyolali.
19 9 – 29 Juni 2009
DPRD Pembahasan Ranperda
commit to user
87
yang akan diangkat secara detail kurang ada perawatan dari kami.”wawancara Sinam, 9 Maret 2010
Mungkin ada lebih dari sekedar yang terungkap diatas, jumlah dari undangan yang masuk kepada Forabi. Seperti diakui Sinam
bahwa mereka memiliki kelemahan dalam dokumentasi. Dari tabel diatas bisa kita dapatkan jumlah dari undangan yang masuk dari
Legislatif maupun Eksekutif selama kurun Feb 2008- Juni 2009 ; - Undangan dari Legislatif ke Forabi sebanyak 8 buah undangan.
- Undangan dari Eksekutif ke Forabi sebanyak 11 buah undangan. Dari hal ini bisa diartikan bahwa Eksekutif lebih banyak melakukan
pertemuan dengan Forabi atau masyarakat lainnya dibanding legislatif. Ini dikarenakan Eksekutif lebih banyak memiliki bagian-bagian Dinas
dan SKPD yang langsung bersentuhan dengan masyarakat dibanding DPRD yang bertugas utama membuat suatu legislasi.
Sebelum terlalu jauh membicarakan alur Partisipasi keluar FORABI, ada mekanisme sendiri di dalam Forabi dalam penyaluran
aspirasi. Sesuai dengan konsep Forum, artinya Forabi lebih menggali informasi ataupun aspirasi dan keinginan masyarakat itu dari diskusi-
diskusi. Sinam menekankan, “....Kekuatan Forabi terletak pada Forum diskusi saja tidak lebih
dari itu. Forabi adalah ruang untuk “obrolan rakyat” jika sudah tidak ada obrolan berarti Forabi sudah tidak ada. Forabi mencoba
mengawal partisipasi melalui kaukus-kaukus yang ada...”
commit to user
88
Jadi disini Forabi bukanlah bertindak seakan-akan sebagai konsultan, namun lebih disebut ruang untuk membahas bersama-sama suatu
kepentingan masyarakat. Sedangkan alur penyampaian informasi atau kepentingan masyarakat untuk diadvokasikan kepada Pemerintah dapat
digambarkan sebagai berikut;
Bagan. 3.4. Mekanisme penyaluran aspirasi dalam FORABI Sumber : wawancara
Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa Forabi dalam mengadvokasi suatu aspirasi rakyat menggunakan cara. Pertama, Forabi menampung
aspirasi dari masyarakat Boyolali dan selanjutnya di diskusikan dalam Forum. Kedua, Forabi menggali issue-issue yang berkembang di kota
Boyolali, apa yang menjadi kepentingan publik Boyolali di dicarakan dalam Forum. Selanjutnya dari kedua cara itu menghasilkan semacam
rekomendasi kepada
Pemerintah untuk
diadvokasikan dan
diperjuangkan. Gambaran diatas dijelaskan oleh Eko Bambang dalam wawancara,
“Forabi mencoba untuk melihat issue – issue yang berkembang di Boyolali, lalu di diskusikan bersama dalam wadah Forum Rakyat
Boyolali. Yang kedua, masyarakat menyalurkan aspirasinya
Aspirasikebutuhan masyarakat
Advokasi
Issue yang sedang berkembang di masyarakat
Didiskusikan di Forabi
commit to user
89
melalui Forabi dan selanjutnya dirembug bersama nah itu juga bisa dimunculkan atau diperjuangkan. Jadi bisa diambil dari berbagai
sisi, bukan hanya dari Forabi sendiri tapi bisa melalui kaukus- kaukus yang ada di dalam Forabi sehingga semua sektor yang ada
dimasyarakat itu bisa masuk.”sumber: wawancara,10 Maret 2010
Upaya mengumpulkan berbagai issue yang berkembang di masyarakat terkait untuk selanjutnya dijadikan sebagai bahan untuk
diangkat ke Eksekutif maupun Legislatif di Boyolali. Isue-issue tersebut disaring Forabi dari tingkatan dasar masyarakat, diungkapkan oleh
Sukandi Informan IV: “Yang jelas begini, ada inisiatif dari Forabi untuk membawa suara
rakyat Boyolali, ada uneg-unegkeluhan masyarakat ditampung di Forabi lalu didiskusikan disini. Setelah itu baru di angkat ke
Pemerintah.
Setahu saya kinerja Forabi berarti terkait dengan Badan Pekerjanya, BP Forabi biasanya mencari melalui kelompok-
kelompok yang tergabung dalam kaukus Forabi.”wawancara, 16 Maret 2010
Badan Pekerja Forabi sebagai motor penggerak forum memiliki peranan untuk menampung “uneg-uneg” yang ada di masyarakat dan juga
mencari melalui kelompok-kelompok yang tergabung dalam forum. Semua informasi tersebut bisa saja disebut sebagai “bahan bakar” untuk
menggerakan Forum agar memiliki kekuatan suara di Pemerintahan Boyolali.
Posisi Forabi di Kabupaten Boyolali adalah sebagai penyeimbang antara peran masyarakat dengan Pemerintah dan juga
menjadi wacth dog bagi Pemerintah Kabupaten Boyolali dalam kegiatan pemerintahan. Memang tidak ada “legimitasi” posisi Forabi di Boyolali,
commit to user
90
namun setidaknya sebagai salah satu bentuk dari civil society di Boyolali memiliki pengaruh dalam membantu Pemerintah menentukan arah
kebijakan daerah. Memberikan kesempatan bagi Forabi dalam Forum formal yang diadakan Eksekutif sebagai bentuk perwujudan partisipasi
masyarakat diakui oleh Seno Samudro Informan VI, “Didalam public hearing itu ada usulan ada jawaban yang
dialognya itu kontruktif kedepan itu bagaimana tentang kebijakan masalah ini, lalu terjadi dialog yang sinergis. Setelah sinergis baru
dibawa ke dewan apakah bisa digedog atau tidak. Tapi semuanya harus melalui proses public hearing.” wawancara,27 Juli 2010
Dalam kutipan wawancara diatas menyebutkan, adanya mekanisme public hearing sebagai langkah untuk pemutusan suatu kebijakan dengan
melibatkan masyarakat. Tentunya letak dari Forabi sendiri disini ada di pihak masyarakat. Demikian juga yang diungkapkan oleh Suwardi
Informan V, legislatif juga akan melibatkan masyarakat terkait dengan pembuatan suatu kebijakan.
“Diundang, kawan-kawan NGO biasanya yang sering diundang, kalau masyarakat itu kan luas, kalau tiap Ketua RT diundang itu ya
belum. Jadi kalau sifatnya terbuka itu lengkap semua pihak dilibatkan. Untuk hak bersuara itu tergantung jenis Forumnya,
kalau rapat paripurna itu hanya DPRD yang bersuara itu sudah ada aturannya, kecuali public hearing memang masyarakat di beri hak
sepenuhnya untuk berbicara. Jadi kita bekerja juga sesuai mekanisme yang berlaku.” wawancara, 2 April 2010
Dari pernyataan dari Suwardi mengindikasikan memang telah ada mekanisme pelibatan masyarakat dan itu sudah ada aturannya. Namun,
tidak semua Forum yang diadakan Legislatif itu masyarakat memiliki hak sepenuhnya berbicara. Diungkapkan diatas Forum rapat Paripurna
commit to user
91
hanya Anggota DPRD saja yang punya hak suara namun masyarakat bisa hadir. Sedangkan public hearing merupakan forum yang disediakan
DPRD untuk masyarakat agar menyampaikan aspirasinya terhadap Kabupaten Boyolali. Forabi merupakan salah satu bagian masyarakat
yang sering ikut dalam forum-forum yang diadakan oleh Eksekutif maupun Legislatif.
“Sering. Misalnya jika Pemerintah ingin menggulirkan suatu Perda, pasti Forabi sering diajak dan diikutsertakan untuk hearing.”
Wawancara Eko, 1032010
Adanya undangan untuk hadir dalam Forum hearing itu, memberi celah bagi Forabi maupun masyarakat umum untuk
berpartisipasi dalam pengambilan suatu kebijakan Boyolali. Celah-celah dalam Forum itu dimanfaatkan Forabi dengan memberikan masukan
pada Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali. Eko BS menjelaskan mengenai hal ini,
“Kita sering dilibatkan dalam acara hearing, sebelum disahkannya suatu Perda biasanya Dewan mengajak untuk sharing dengan
Forabi. Forabi dimintai masukan-masukan dalam acara tersebut, selain diskusi-diskusi semacam itu kami juga di harapkan untuk
bisa memberikan rekomendasi pada masalah-masalah yang sedang diangkat sebelum kebijakan itu disahkan. Dari eksekutif,
mengharapkan kami membuat rencana-rencana program kerja berjangka
yang berbasis
pada kepentingan
masyarakat.” Wawancara,1032010
Dari pernyataan diatas, diakui Forabi bahwa Legislatif sebelum membuat suatu Perda ada semacam diskusi agar Forabi bisa memberi
masukan-masukan. Selain itu Forabi juga dimintai rekomendasi terhadap masalah-masalah yang diangkat sebelum suatu kebijakan itu
commit to user
92
disahkan. Sedangkan Eksekutif menuntut Forabi agar bisa membuat rencana-rencana program yang berbasis pada kepentingan masyarakat.
Melalui pernyataan Eko tersebut bisa dilihat ada kerjasama yang terjalin antara Pemerintah dengan masyarakat dalam hal ini Pemerintah daerah
dengan Forabi. Forabi memiliki kesempatan luas untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembuatan Kebijakan, diamana masukan-masukan
Forabi bisa disampaikan dalam forum-forum tersebut. Pada dasarnya partisipasi masyarakat untuk membantu
Pemerintah dalam membuat suatu kebijakan telah termaktup dalam UU Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundangan
Pasal 53 dan Juga ada dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah pasal 139 ayat 1, “Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan atau tertulis
dalam rangka penyiapan atau pembahasan rancangan undang- undang dan rancangan peraturan daerah.”
Dasar perundang-undangan diatas dengan kuat menyatakan adanya hak bagi masyarakat untuk memberikan masukan dalam penyiapan dan
pembahasan rancangan Undang-undang dan rancangan Peraturan daerah. Forabi dalam hal ini berusaha untuk selalu terlibat dalam
kegiatan pembuatan kebijakan,seperti dijelaskan oleh Eko berikut ini, Kita terlibat mulai dari proses perencanaan, pembahasan,
pelaksanaan, monitoring, hingga evaluasi. Artinya kami aktif dalam
setiap kegiatan
kebijakan mulai
dari awal.Wawancara,1032010.
commit to user
93
Diakui oleh Eko bahwa Forabi telah terlibat mulai dari proses pembahasan hingga evaluasi berjalannya suatu kebijakan. Masuknya
Forabi dalam proses pembuatan kebijakan ini bisa diharapkan untuk bisa menjadi satu masukan untuk dipustuskannya suatu kebijakan.
Selain itu terkait dengan pengambilan kebijakan,
keterlibatan Forabi harus dilihat dari pengaruhnya dalam hal tersebut. Pengambilan kebijakan suatu daerah memiliki alur proses yang cukup
panjang, penuh pertimbangan dan dialektika. Kebijakan daerah yang biasanya dituangkan menjadi Perda diatur dalam UU No.4 Tahun 1999
tentang Susunan dan Kedudukan MPR ;DPR;dan DPRD, selain itu juga diatur dala Peraturan Pemerintah No 12001 tentang Pedoman
Penyusunan Tata Tertib DPR dan DPRD. Dalam perundang-undangan itu dijelaskan ada dua inisiatif untuk pembentukan PERDA, yaitu
melalui inisiatif DPRD dan inisiatif Eksekutif. Pada penetapan Ranperda inisiatif DPRD, masyarakat dihadirkan dalam forum rapat kerja bersama
Pansus Gabungan pengusul ranperda. Sedangkan jika itu merupakan inisiatif Eksekutif, masyarakat dapat terlibat dalam diskusi dengan staff
ahli dan Tim asistensi Pemda. Dalam pembentukan Ranperda masyarakat bisa aktif dan bisa melakukan loby-loby diluar format dalam
undang-undang tersebut, hal ini dijelaskan Sinam dalam wawancara di bawah ini,
“Masyarakat disana bisa aktif berbicara dan bisa masuk ke ruang- ruang komisi. Sekali lagi pasti didengarkan , namun apakah
commit to user
94
masukan yang kami berikan itu menjadi referensi atau tidak perlu kroscek kepada mereka juga”.Wawancara,932010
Menurut Sinam diatas, masyarakat bisa masuk dalam-komisi-komisi untuk membicarakan usulan-usulan. Namun, untuk masalah dijadikan
referensi itu masih perlu ditanyakan pada pihak terkait. Sedangkan Suwardi sebagai anggota DPRD Boyolali mengungkapkan dalam
kesempatan lain, “...Kalau
usulan dari
forabi itu
sebagai bahan
pertimbanganpenyeimbang. Tapi kalau dijadikan dasar maaf sekali, kita kalau bekerja sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Dasarnya itu kan sesuai UU yang berlaku...”Wawancara,242010
Dari pernyataan diatas bisa didapatkan kesimpulan bahwa aspirasi atau usulan jelas didengarkan dan bisa dijadikan bahan untuk pertimbangan
atau penyeimbang. Tapi, untuk menjadi dasar secara utuh itu tidak bisa karena ada undang-undang yang berlaku mengenai hal ini.
Dalam ruang-ruang itu dimanfaatkan Forabi sebagai tempat untuk berpartisipasi dalam proses pembentukan kebijakan. Masukan-
masukan dan usulan baik dari dalam badan Forabi sendiri maupun dari masyarakat Boyolali disampaikan disana.
“Forabi memiliki pengaruh dalam hal membantu Pemerintah menentukan kebijakan, Forabi juga memiliki bargainning power
yang kuat dalam hal mempertahankan pendapat di Pemerintahan
...hampir 70 dari beberapa gagasan ada yang menjadi referensi bagi pembuatan kebijakan di Boyolali bahkan ada beberapa yang
mencapai 100 keberhasilan. Kita sama-sama memperjuangkan untuk meng-goal-kan itu....”Wawancara,1032010
commit to user
95
Pernyataan Eko diatas mengungkapkan kekuatan Forabi dalam proses pembuatan regulasi, dimana pendapat-pendapat Forabi harus
dipertahankan. Eko mengklaim bahwa hampir 70 dari beberapa gagasan Forabi menjadi referensi dalam pembuatan suatu kebijakan.
Adapun kebenaran klaim tersebut perlu dilakukan kroscek terhadap Pemerintah, Seno memberikan penjelasan mengenai hal ini sebagai
berikut;
“ Saya tidak bisa ingat pasti statistik resmi usulannya ya, tapi sering. Namanya usulan tidak perlu di forum resmi, forum-forum jagongan
seperti inipun juga bisa memunculkan usulan. Ide apapun kita akomodasi, ya lumayan banyak ide yang mereka masukkan. Saya
harapkan tidak hanya Forabi, LSM lannya atau masyarakat umum bisa lebih pro aktif dalam berpartisipasi dalam Pemerintahan. Kita terbuka,
kita transparan. Ada yang menjadi kebijakan, tapi saya tidak hafal item per itemnya. Selama 5 tahun ini saya juga sudah sering mendengar,
banyak masukan-masukan yang diberikan walaupun tidak utuh. Mungkin jika mereka itu mengajukan konsepnya itu 100 misalnya yang diterima
mungkin 40 atau 80nya. Tidak pernah diterima 100 seperti itu tapi kontribusuinya juga sudah banyak. Kita merasa enak juga terbantu
dengan adanya LSM-LSM seperti itu.”wawancara,27Juli2010
Penjelasan Seno diatas memberikan makna bahwa Forabi sedikit banyak memiliki pengaruh terhadap Pemerintahan, terutama dalam hal
partisipasinya. Hal ini ditunjukkan dengan diterimanya masukan Forabi, walaupun tidak 100 konsep dari Forabi diterima. Memang dokumen
mengenai jumlah masukan ataupun usulan dari Forabi tidak bisa terdeteksi secara utuh. Namun Pemerintah Boyolali mengakui cukup
terbantu dengan adanya Forabi.
C.2 Partisipasi Forabi Melalui Jalur non-formal
commit to user
96
Jalur informal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah, upaya penyaluran aspirasi Forabi dengan tidak melalui tuntunan
Undang-undang dan peraturan yang sistematis. Jalur informal dilakukan secara independen Forabi sendiri. Jalur informal dikreasi oleh Forabi
karena dirasakan masih belum cukup ruang partisipasi publik yang disediakan oleh Pemerintah Kabupaten Boyolali.
Inisiasi Forabi membuat jalur aspirasi informal memiliki tujuan agar masyarakat bisa ikut berpartisipasi dalam penyelenggaraan
Pemerintahan terkait dengan pengambilan kebijakan publik. Selain itu ruang partisipasi yang dibuat oleh Pemerintah, masyarakat tidak bisa
sembarangan bisa masuk dalam forum. Dalam forum itu hanya masyarakat yang dihadirkan hanya bagian-bagian dari masyarakat saja.
Sedangkan forum yang diadakan Forabi setiap masyarakat bisa ikut berpartisipasi dan memiliki hak sama dalam forum. Hal ini merupakan
sifat forum yang ada dalam Garis Besar Haluan Forum Forabi:
“Forum Rakyat Boyolali bersifat terbuka, independen tidak berafiliasi kepada pemerintah dan atau partai politik tertentu, egaliter atau
berkedudukan setara dalam keanggotaannya dan demokratis. Forum hanya berpihak pada prinsip-prinsip keadilan, demokrasi, partisipasi,
transparansi dan kemanusiaan dalam proses pambangunan yang berkelanjutan dengan memperhatikan karakter masyarakat lokal.”
Dalam perkembangannya ruang-ruang partisipasi yang disediakan oleh Forabi tidak akan bermuara pada tujuannya yaitu
menyalurkan aspirasi masyarakat melalui jalur informal tanpa adanya
commit to user
97
dukungan dari masyarakat. Sinam menyatakan dalam petikan wawancara berikut:
“Forabi adalah sebuah ruang berdiskusi ya, jadi ikut berdiskusi sudah merupakan dukungan. Sebenarnya Forabi merupakan sebuah ruang untuk
dukung mendukung atau belajar. Menggambarkan Forabi itu memang cukup sulit, kami bukan ormas ataupun partai, melihat value atau nilai
dukungan masyarakatpun sulit. Karena kami hanyalah ruang diantara masyarakat Boyolali untuk berdiskusi membicarakan dengan agenda
kesejahteraan rakyat, pemaknaan kembali Geographis democracy, maupun masalah kota
Boyolali.
” Wawancara, 932010 Dari pernyataan diatas menguatkan bahwa bagi Forabi setiap
masyarakat yang bersedia ikut dalam diskusi dalam hal ini tentang permasalahan yang ada di Kabupaten Boyolali sudah merupakan bentuk
dukungan bagi Forabi. Karena melalui diskusi akan muncul inspirasi dan aspirasi yang itu merupakan kebutuhan masyarakat. Selanjutnya
adalah tentang mengakomodasikan aspirasi-aspirasi tersebut. Setidaknya Forabi telah berusaha mengakomodir aspirasi masyarakat untuk
diwacanakan sebagai issu public atau menjadi gagasan dibuatnya suatu kebijakan, hal ini diungkapkan oleh Sukandi warga masyarakat yang
pernah ikut dalam kegiatan Forabi: “Kalau keseluruhannya belum, tapi sudah diusahakan sedikit demi
sedikit. Sebab kemampuan Forabi sendiri belum bisa maksimal untuk bisa merespon suara masyarakat.” Wawancara,1632010
Pernyataan diatas mengindikasikan Forabi telah mengusahakan agar aspirasi masyarakat bisa terakomodasi hingga ke Pemerintah Kabupaten
Boyolali walaupun tidak seluruhnya maksimal. Sedangkan Deni yang juga merupakan warga Boyolali yang pernah ikut kegiatan Forabi
optimis dengan kinerja Forabi:
commit to user
98
“Sudah Setahu saya, bagi yang mengetahui Forabi, bagi yang mengenal Forabi. Forabi terdiri dari berbagai unsur dan elemen
masyarakat di Boyolali, kadang mereka juga mewakili aspirasi- aspirasi kelompok masing-masing juga.”Wawancara,1532010
Usaha-usaha yang dilakukan Forabi tersebut telah coba direalisasikan oleh Forabi melalui jalur-jalur partisipasi diluar yang telah
disediakan Pemerintah. Menurut Sinam, Forabi membuat ruang partisipasi itu agar masyarakat bisa seluas-luasnya mengekspresikan
aspirasinya terhadap Kabupaten Boyolali, berikut adalah kutipan wawancaranya;
“Bagi Forabi proses demokrasi formal itu penting namun bukan satu-satunya. Perlu ruang-ruang non formal untuk membangkitkan
gairah partisipasi rakyat. Adanya Musrenbang, public hearing, ataupun Pemilu itu benar sebagai bentuk partisipasi. Namun
diperlukan ruang-ruang lain seperti yang telah kami lakukan dengan mengadakan Obrolan, Diskusi, lokakarya, maupun seminar
yang melibatkan lintas pihak itu adalah ruang-ruang yang tidak di create oleh udang-undang. Karena memang tidak semua
masyarakat bisa tertampung di ruang-ruang formil itu, namun diruang non formil masyarakat bisa mengekspresikan diri disana.
Ada dua output dari ruang-ruang tersebut yaitu, apakah Pemerintah Daerah dan Dewan itu merasa terbantu dengan diskusi-diskusi di
atas atau malah terganggu, dalam artian mungkin ada niatan jahat tersembunyi
dari oknum-oknum
yang terganggu
aktivitasnya.”Wawancara,932010 Menurutnya, proses formal itu memang benar namun dengan adanya
ruang-ruang partisipasi non formal tersebut diharapkan gairah partisipasi masyarakat dalam mengarahkan kebijakan-kebijakan agar lebih
berpihak bagi
rakyat. Usaha-usaha
yang dilakukan
Forabi diimplementasikan menjadi:
1. Obrolan
commit to user
99
2. Diskusi Multipihak 3. Lokakarya
4. Seminar
Tabel. 3.5 Usaha Forabi Memfasilitasi Partisipasi
Masyarakat Kepada Pemerintah
No Tanggal
Kegiatan Nama Kegiatan
Elemen Masyarakat yang ada
Pemerintah yang Hadir DPRD
EKSEKUTIF
1 2112009
Menggagas pola
kerjasama masyarakat
dan DPRD
dalam mewujudkan
kebijakan yang pro rakyat
1. FORABI 2. KOMPIP
3. LKTS 4. Perseorangan
· P Jimu, Kandi, Sri Rahayu,
Sri Yatiningsih,
Warsono, Suparno, P
Baskoro, Muji, Wardi, P
Toha, Ulfa, Yeni, Widodo,
Dwi P, Titin, Istamar,
Tugiman, Sutar
5. KPU 1. Lilik
Harya nto
2 662009
RANCANGAN PERATURAN
DAERAH KABUPATEN
BOYOLALI MENGENAI
PERTANGGUNGJ AWABAN
PELAKSANAAN ANGGARAN
PENDAPATAN DAN BELANJA
DAERAH KABUPATEN
BOYOLALI 1. Sinam M
Sutarno 2. Eko B
3. Subcan 1. Saptoto
commit to user
100 Sumber : Dokumen Forabi
TAHUN ANGGARAN 2008
3 16
112009 MENCARI
FORMAT PERLINDUNGAN
HAK ATAS KESEHATAN
REPRODUKSI PEREMPUAN
1. Dwi P 2. Sri Supadmi
3. Sinam 4. Purwanto
5. Suyamti dari Mekar
Sari 6. Ning
7. Ati BK 8. Erna IPKBK
9. Ulfa PATTIRO 10. Totok
1. Dr. Yulianto
Prabowo 2. ibu
Adiningsih 3. Siti
4 23122009
Membangun kolaborasi peran
lintas pihak untuk penanggulangan
kemiskinan 1. Kompip Indonesia
2. Mulyanto 3. Suwardi
4. Purwanto 5. Jimu
6. Ning ampel 7. Sunaryanto
8. Sinam M S 9. Siju
10. Kandi 11. Basuki
12. Eko 13. Nardi
Bp. Sutomo
Bp. Mulyanto
5 2812010
Curah Pendapat :Menjawab Dilema
Ekonomi dan Ekologi
1. MAPAN 2. Himpunan
Tani Makmur
3. FORPAS 4. Masyarakat
Umum 1. Agun
g Sapar
di 2.
1. BAPPE DA
2. Perhuta ni
3. PDAM 4. D. Tata
Kota 6
1022010 Lokakarya : Jaminan
Kesehatan Bagi Warga Miskin
1. FORABI 2. Masyarakat Peduli
Kesehatan 3. Masyarakat
Umum 1. Kabag
Kesra 2. Bapped
a 3. Dinas
Keseha tan
4. Dinsos nakertr
ans 7
2732010 Kenduri Boyolali:
“Rembug Bersama Calon Pemimpin
Boyolali” 1. Forabi
2. Masyarakat Umum
1. Ketua DPRD
Boyolali Perwakilan
Pemerintah, Plt. Sekda
Boyolali
commit to user
101
Data dalam tabel tersebut didapatkan dari dokumentasi Forabi sendiri. Memang yang terdokumen diatas tidak banyak, namun cukup menjadi
gambaran bahwa Forabi telah melakukan satu langkah partisipasi diluar yang dibuat oleh Pemerintah Boyolali. Semua kegiatan itu melibatkan
berbagai pihak Legislatif, Eksekuti, masyarakat, swasta, dan stake holder lainnya. Seperti halnya dengan pernyataan sebelumnya, Eko
Badan Pekerja Forabi menambahkan: “Masyarakat selama ini melihat Forabi sebagai wahana ataupun
media untuk menyalurkan berbagai asprirasi atau tuntutan yang ada di tengah masyarakat. Dari hal itu Forabi mengajak untuk duduk
bersama memecahkan masalah yang ada, atau dengan cara memfasilitasi agar masyarakat bisa bertemu dengan Eksekutif
maupun legislatif.” wawancara,1032010
Namun tidak hanya melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat dialog multipihak saja yang digunakan Forabi untuk berupaya
memperjuangkan aspirasi atau hanya sekedar mengkritisi wacana kebijakan. Upaya lain yang dilakukan adalah membuat tulisan di media
massa atau membiarkan media massa yang meliput mereka. Forabi menggunakan perkembangan teknologi dan informasi modern. Dengan
meluncurkan blog yang bernama httpwww.forabi.wordpress.com yang isinya adalah tanggapan-tanggapan Forabi terhadap permasalahan di
Boyolali atau wacana-wacana di Boyolali yang dimunculkan oleh Forabi agar di perhatikan Pemerintah juga masyarakat.
commit to user
102
Sebelum ada kegiatan-kegiatan seperti yang dikatakan Sinam
sebelumnya, dilakukan
penjaringan issu-issu
sebelum diwacanakan di publik lihat tabel 3.3. Penjaringan tersebut biasanya
ditemukan dalam rapat-rapat rutin Badan Pekerja Forabi. Seperti yang dijelaskan secara implisit oleh Sukandi berikut ini;
“Yang jelas begini, ada inisiatif dari Forabi untuk membawa suara rakyat Boyolali, ada uneg-unegkeluhan masyarakat ditampung di
Forabi lalu didiskusikan disini. Setelah itu baru di angkat ke Pemerintah.”Wawancara,1632010
Tabel.3.6 Rapat Koordinasi Dan Diskusi Internal Forabi
NO Tanggal Kegiatan
Peserta Tema Kegiatan
1 2
3 4
5 6
7 4 Maret 2009
4 September 2008 5 November 2008
6 Desember 2008 10 Januari 2009
15 November 2008 22 November 2008
Semua Bp dan Kompip Boyolali
SC dan OC Badan pekerja dan
Komunitas Badan pekerja dan
Komunitas Badan pengurus,
Kompip Boyolali dan Komunitas
Badan pekerja dan Komunitas
Pembahasan Mekanisme Pencairan Tabungan
Komunitas Rencana persiapan RRB 4
Perencanaan detail Program kegiatan Forabi
Pembahasan dan Mengkritisi RAPBD
Boyolali Persiapan Workshop
Rencana pengawalan Tabungan pada kelompok
dan aktifitas setiap Badan pekerja Forabi
commit to user
103 Sumber : Dokumen Forabi
8 9
10 11
12 14
23 Maret 2009 25 April 2009
26 Desember 2008 27 Januari 2009
16 Mei 2009 8 Juni 2009
Badan pekerja dan Komunitas
Semua BP dan Kompip Boyolali
Badan Pekerja dan Komunitas
12 orang Badan pengurus,
Kompip Boyolali dan Komunitas
Karyawan PT Central Java
Drinking Water CJDW
BP , Kompip Boyolali,
Komunitas Pembahasan tentang
kelangkaan pupuk Kontrak politik
Pendokumentasian program Forabi
1. - Kelangkaan pupuk
2. Galian C 3. Exploitasi air
4. Alokasi Dana desa
5. Pembangunan Pasar boyolali
6. Pelayanan Puskesmas
7. Perburuan terjadi buuruh
kontrak 8. Anggaran belanja
APBD yang tidak propoor
budget 9. Pendidikan yang
masih mahal Evaluasi workshop
Advokasi Karyawan Pabrik OXY dengan
FORABI
Mengkritisi hasil public hearing
commit to user
104
Dari tabel 3.6 diatas, menggambarkan diskusi yang ada dalam internal Badan Pekerja Forabi. Kebanyakan tema diskusi yang
diangkat adalah mengenai permasalahan yang ada dimasyarakat. Sehingga setelah terserap berbagai masukan-masukanitu, baru
dimuncalkan wacana ke public melalui kegiatan-kegiatan itu dengan mengajak Eksekutif atau Legislatif. Hal ini bertujuan agar gagasan dari
masyarakat bisa didengar atau bisa menjadi acuan Pemerintah Daerah utnuk membuat kebijakan. Usaha-usaha ini juga diakui oleh Suwardi
dalam pernyataannya berikut ini: “…Pernah forabi itu mengadakan sutu diskusi. Sepanjang yang
saya ketahu, dari pemerintah kan juga diundang, lha disana di forum itu sebagian dari mereka ya usul-usul, memberi
masukan…”wawancara, 242010
Sedangkan Deni juga menyatakan bahwa dalam kegiatan-kegiatan itu Pemerintah dan Forabi akan mencatat setiap hasilnya. Sehingga bisa
diartikan bahwa Pemerintah akan mendengar yang menjadi gagasan masyarakat, berikut kutipan wawancaranya;
“…Biasanya dalam dialog-dialog semacam itu sudah ada usulan- usulan yang dicatat baik Pemerintah maupun Forabi Sendiri.
Meskipun akan ada skala prioritas, kedepannya mana yang lebih dipentingkan.”wawancara, 1532010.
D. Partisipasi FORABI Dalam Pembangunan di Kabupaten Boyolali