Semak Tumbuhan Herba Vegetasi Bawah

dan semak yang ada dalam hutan adalah spesies-spesies yang telah beradaptasi secara baik untuk tumbuh di bawah naungan pohon Indriyanto, 2006. Pada umumnya tumbuhan lantai hutan hidup mengelompok ataupun menyebar pada habitat yang lembab dan memiliki ketersediaan air yang cukup. Beberapa spesies rumput-rumputan pada musim kemarau akan membentuk umbi yang tersimpan di dalam tanah, dan akan membentuk tunas pada musim hujan ketika kebutuhan akan air untuk melakukan pertumbuhan tercukupi Wijayanti, 2011. Menurut Damanik et al. 1984, kelimpahan dari vegetasi bawah di hutan pegunungan berbeda seiring bertambahnya ketinggian. Hal ini dipengaruhi oleh perubahan struktur pohon pembentuk tajuk yang semakin ke atas akan semakin pendek, tajuk rata, batang dan cabang berlekuk, daun tebal dan kecil. Selain itu dengan bertambahnya ketinggian, terjadi perubahan suhu yang drastis pula. Arus angin yang menuju ke arah pegunungan menyebabkan terjadinya pengembunan sehingga suhu di pegunungan akan turun.

2.2.1 Semak

Semak merupakan salah satu jenis vegetasi yang termasuk ke dalam kelompok tumbuhan bawah. Menurut Haris 1979 dalam Pitra 2008, semak merupakan tumbuhan berkayu yang memiliki beberapa cabang yang muncul dekat dengan permukaan tanah. Semak memiliki tingkatan dalam ketinggian, luas penyebaran, kekokohan dan karakter bunga, semua bagian yang terpengaruh atau mungkin mempengaruhi teknik pengguran daun. Pertumbuhan yang lambat dari tumbuhan yang selalu hijau membutuhkan sedikit atau tidak ada pengguguran untuk membentuk tunas di permukaan atas. Banyak semak yang selalu hijau tidak membutuhkan pengguguranpemangkasan. Semak yang pertumbuhannya cepat ada yang selalu hijau dan ada yang berganti daun membutuhkan perontokanpemangkasan yang cukup atau bersinambung untuk pertumbuhan. Tegakan hutan hujan tropis didominasi oleh pepohonan yang selalu hijau. Keanekaragaman spesies tumbuhan dan binatang yang ada di hutan hujan tropis sangat tinggi. Jumlah spesies pohon yang ditemukan dalam hutan hujan tropis lebih banyak dibandingkan dengan yang ditemukan pada ekosistem yang lainnya. Universitas Sumatera Utara Misalnya, hutan hujan tropis di Amazonia mengandung spesies pohon dan semak sebanyak 240 spesies Indriyanto, 2006. Semak biasanya lebih kecil dari pohon, tetapi memiliki penampakan bentuk yang khas dari susunan cabang-cabangnya. Kebanyakan semak memiliki tunas yang banyak di pangkal dan di sepanjang dahan-dahannya. Tunas baru yang muncul dari pangkal akan menggantikan dahan yang sudah tua dan mati, dan juga berperan dalam menjaga semak yang masih muda. Semak yang sudah dewasa biasanya menghasilkan sedikit atau tidak ada tunas baru pada pangkalnya yang akan menggantikan batang jika pucuknya terpotong atau terbuka terhadap cahaya matahari Haris, 1979.

2.2.2 Tumbuhan Herba

Menurut Polunin 1994, vegetasi herba dalam hutan hujan tropika kurang beraneka ragam dibandingkan dengan vegetasi pohon pada kondisi yang relatif terbuka, sehingga besar kemungkinannya membentuk satu suku saja. Ini berbeda dengan herba di lereng-lereng yang lebih terjal dengan penetrasi cahaya yang lebih banyak menyebabkan keanekaragaman herba lebih melimpah, tetapi tetap saja jauh lebih kecil daripada jenis pohon-pohonnya. Pada suatu komunitas hutan hujan, penetrasi cahaya yang sampai pada lantai hutan umumnya sedikit sekali. Hal ini disebabkan karena terhalang oleh lapisan tajuk yang ada pada hutan tersebut, sehingga tumbuhan bawah yang tumbuh dekat permukaan tanah kurang mendapat cahaya matahari. Jika penetrasi cahaya tidak cukup maka herba tidak dapat berkembang dengan baik, sehingga tumbuhan ini lebih subur di tempat bukaan hutan atau tempat terbuka lain yang tanahnya lebih banyak mendapat cahaya. Dengan demikian vegetasi herba pada hutan hujan dataran rendah ditemukan pada hutan yang terbuka, dekat aliran- aliran air, dan tempat-tempat yang terbuka tetapi sempit seperti jalan-jalan setapak, sungai-sungai dengan penyinaran yang cukup baik, sedangkan pada bagian dalam hutan hujan vegetasi herba yang berwarna hijau ditemukan jauh terpencar atau sama sekali langka Arief, 1994. Universitas Sumatera Utara

2.2.3 Paku-pakuan