4.2 Komposisi Tumbuhan Bawah di Hutan Gunung Sinabung Jalur Pendakian Sigarang-garang
Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh jenis-jenis vegetasi tumbuhan bawah, dengan jumlah individu pada masing-masing lokasi dapat dilihat pada
Tabel 4.2.1.
Tabel 4.2.1 Jumlah Famili, Jenis dan Individu Tumbuhan Bawah di Hutan Gunung Sinabung Jalur Pendakian Sigarang-garang Pada
Masing-masing Lokasi
No Famili
Jenis Lokasi
1 2
3 4
5 6
7 8
Pteridophyta
1. Aspidiaceae
Cyclopeltis crenata -
33 -
- -
- -
- 2.
Aspleniaceae Asplenium pellucidum
15 -
- 69
- -
- -
3. Athyriaceae
Diplazium pallidum 4
74 60
47 -
- -
- 4.
Blechnaceae Blechnum vestitum
- -
- 1
19 29
8 -
5. Davalliaceae
Davallia trichomanoides -
5 66
- -
- -
- 6.
Gleicheniaceae Dicranopteris pubigera
- -
- 7
- 24
- -
7. Hypolepidaceae
Histiopteris incisa -
- 2
8 -
81 193
175 8.
Polypodiaceae Goniophlebium persicifolium
- 20
- -
- -
- -
9. Polypodium feei
- -
- -
- -
17 16
10. Pteridaceae
Pteris mortensioides 10
- -
- -
- -
- 11.
Lycopodiaceae Lycopodium cernuum
- -
- -
- -
13 7
Spermatophyta
12. Araceae
Aglaodorum sp. 18
- -
28 -
- -
- 13.
Aglaonema sp. 3
- -
- -
- -
- 14.
Anadendrum sp. 2
- -
- -
- -
- 15.
Homalomena humilis 4
- -
- -
- -
- 16.
Homalomena navilandii -
15 -
- -
- -
- 17.
Homalomena rubra 2
- -
- -
- -
- 18.
Rhapidophora sp. 12
- -
- -
- -
- 19.
Schismatoglottis botoensis 7
40 -
- -
- -
- 20.
Schismatoglottis sp. 5
- -
15 -
- -
- 21.
Scindapsus officinalis 2
- -
- -
- -
- 22.
Amaranthaceae Cyathula prostata
- 4
5 -
- -
- -
23. Asteraceae
Dichrocephala laifolia 2
- -
- -
- -
- 24.
Begoniaceae Begonia daweishanensis
- 8
- -
- -
- -
25. Campanulaceae
Lobelia montana -
- -
14 20
- -
- 26.
Commelinaceae Commelina obliqua
4 -
- -
- -
- -
27. Forrestia marginata
5 -
- -
- -
- -
28. Cyperaceae
Cyperus pilosus -
33 -
- -
- -
-
29. Gahnia japanica
- -
- -
95 16
22 5
30. Gesneriaceae
Didymocarpus crinita 13
- -
- -
- -
- 31.
Melastomataceae Dissochaeta sp.
23 6
3 -
- -
- -
32. Melastoma malabathricum
- -
- 7
59 39
36 47
33. Moraceae
Ficus repens -
- 10
- -
- -
- 34.
Myrsinaceae Embelia boorneensis
6 -
- -
- -
- -
35. Orchidaceae
Apostacia wallichii -
10 -
- -
- -
- 36.
Passifloraceae Passiflora edulis
6 -
13 -
- -
- -
37. Piperaceae
Piper methysticum -
4 -
- -
- -
- 38.
Pandanaceae Pandanus sp.
- -
- 10
1 -
- -
39. Poaceae
Brachiaria sp. -
- 15
- -
- -
-
Universitas Sumatera Utara
40. Eragrotis tenella
- 50
- -
- -
- -
41. Leptochloa chinensis
- 24
- -
- -
- -
42. Paspalum conjugatum
- 21
- -
- -
- -
43. Sacciolepis interupta
4 34
- -
- -
- -
44. Sacciolepis sp.
- -
27 -
- -
- -
45. Ranunculaceae
Naravelia laurifolia -
6 2
- -
- -
- 46.
Rubiaceae Mycetia malayana
2 -
- -
- -
- -
47. Scisandraceae
Katsura sp. -
3 -
- -
- -
- 48.
Scrophulariaceae Limnophila erecta
- 43
16 -
- -
- -
49. Smilacaceae
Smilax setosa -
7 -
- -
- -
- 50.
Theaceae Eurya nitida
- -
- 5
- 65
64 29
51. Urticaceae
Elatostema acuminatum 8
31 -
- -
- -
- 52.
Elatostema sp. 15
- -
- -
- -
- 53.
Violaceae Hybanthus attenuatus
- -
90 -
- -
- -
54. Viola pilosa
- 4
- -
- -
- -
55. Zingiberaceae
Etlingera sp. -
15 -
- -
- -
- 56.
Globba aurantiaca 9
- -
- -
- -
- 57.
Globba sp. 2
- -
- -
- -
- 58.
Hedychium cylindricum -
10 29
5 -
- -
-
Jumlah Individu 183
500 338
216 194
254 353
279
Jumlah Jenis 25
24 13
12 5
6 7
6
Keterangan: Lokasi 1 pada ketinggian: 1.600-1.700 mdpl
Lokasi 2 pada ketinggian: 1.700-1.800 mdpl Lokasi 3 pada ketinggian: 1.800-1.900 mdpl
Lokasi 4 pada ketinggian: 1.900-2.000 mdpl Lokasi 5 pada ketinggian: 2.000-2.100 mdpl
Lokasi 6 pada ketinggian: 2.100-2.200 mdpl Lokasi 7 pada ketinggian: 2.200-2.300 mdpl
Lokasi 8 pada ketinggian: 2.300-2.400 mdpl
Dari Tabel 4.2.1 diketahui perbedaan jumlah jenis dan jumlah individu tumbuhan bawah. Jumlah jenis tertinggi terdapat pada lokasi 1 sebanyak 25 jenis
dan jumlah jenis terendah terdapat pada lokasi 5 sebanyak 5 jenis. Hal ini dikarenakan pada masing-masing lokasi memiliki faktor fisik dan lingkungan
yang berbeda sehingga tumbuhan bawah yang ditemukan juga berbeda-beda. Jenis yang paling mendominasi pada lokasi 1 adalah Dissochaeta sp.
sebanyak 23 individu Tabel 4.2.1 dan Lampiran 7. Hal ini dikarenakan jenis ini termasuk famili Melastomataceae yang bersifat kosmopolitan. Famili ini memiliki
biji yang banyak dengan bentuk yang sangat kecil, hal tersebut memudahkan jenis ini untuk menyebar ke tempat lain. Simberloff Marcell 2011 menyatakan
bahwa pada habitat aslinya tumbuhan ini hidup pada tempat yang mengalami longsor, di pinggiran sungai, di antara pohon-pohon, hutan sekunder, padang
rumput hingga tepi hutan. Cara bertahan hidup jenis ini dengan beradaptasi dan
Universitas Sumatera Utara
menghasilkan buah yang berair dengan biji yang kecil, mudah berkecambah dan mudah dibawa oleh burung sehingga efisien dalam persebarannya.
Lokasi 2 didominasi oleh Diplazium pallidum sebanyak 74 jenis individu Tabel 4.2.1 dan Lampiran 7. Diplazium pallidum yang termasuk tumbuhan
paku-pakuan memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi, ditambah organ reproduksinya berupa spora yang mendukung pola persebarannya. Soerianegara
Indrawan 1988 dalam Efendi et al. 2013 menjelaskan bahwa tumbuh- tumbuhan yang mempunyai adaptasi tinggilah yang bisa hidup bahkan
mendominasi di suatu daerah. Selain itu dipengaruhi pula oleh pertumbuhan dari bibit atau kecambah dari suatu jenis.
Lokasi 3 didominasi oleh Hybanthus attenuatus sebanyak 90 jumlah individu Tabel 4.2.1 dan Lampiran 7. Jenis ini mudah menyebar dan bertahan
hidup dikarenakan sifat bijinya yang sangat keras dan beberapa jenis famili Violaceae memiliki biji yang bersayap. Hal ini memudahkan dalam hal
perkembangbiakan dan persebarannya. Menurut Verma 2011, famili Violaceae merupakan tumbuhan yang luas penyebarannya kosmopolitan. Famili ini
memiliki biji dengan lapisan yang keras dan mengkilap, dan beberapa jenis memiliki biji bersayap sehingga dapat mempermudah penyebarannya.
Lokasi 4 didominasi oleh Asplenium pellucidum sebanyak 69 jenis
individu Tabel 4.2.1 dan Lampiran 7. Di lokasi ini banyak terdapat tempat yang agak terbuka gap sehingga angin dan cahaya matahari lebih leluasa masuk. Hal
ini tentu mendukung pertumbuhan dan persebaran jenis ini. Sesuai dengan Karmilasanti Supartini 2011, tumbuhan obat berhabitus bukan pohon liana,
herba, perdu, paku, palma dan epifit banyak dijumpai di pinggir sungai atau daerah-daerah yang agak terbuka gap yaitu daerah dimana sinar matahari dapat
menembus lantai hutan. Lokasi 5 didominasi oleh Gahnia japanica sebanyak 95 jenis individu
Tabel 4.2.1 dan Lampiran 7. Gahnia japanica merupakan jenis dari famili Cyperaceae yang memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi, berkembangbiak
dengan biji dan akar rimpang sebagai organ reproduksinya. Hal ini sesuai dengan Suryaningsih et al 2011 yang menyatakan bahwa famili Cyperaceae mempunyai
kemampuan yang tinggi untuk beradaptasi pada jenis tanaman yang beragam,
Universitas Sumatera Utara
dapat berkembang biak dengan biji dan umbi. Umbi terbentuk setelah tiga minggu dari pertumbuhan awal, selanjutnya membentuk rimpang dan umbi.
Lokasi 6,7 dan 8 didominasi oleh Histiopteris incisa secara berturut-turut sebanyak 81, 193 dan 175 jenis individu Tabel 4.2.1 dan Lampiran 7. Jenis ini
merupakan tumbuhan yang sering dijumpai di daerah pegunungan dengan kondisi lingkungan yang terbuka dan terpapar angin kencang. Kondisi tersebut sesuai
dengan organ perkembangbiakan paku berupa spora yang ringan dan mudah terbawa angin. Sastrapradja et al. 1980 dalam Efendi et al. 2013 menjelaskan
bahwa umumnya di daerah pegunungan jumlah jenis paku lebih banyak dari pada di dataran rendah, hal ini dikarenakan oleh kelembaban yang tinggi, banyaknya
aliran air, dan adanya kabut, serta banyaknya curah hujan. Histiopteris incisa merupakan tumbuhan paku yang memperbanyak diri
dengan spora. Spora merupakan organ reproduksi bagi golongan tumbuhan tingkat rendah yang mudah diterbangkan oleh angin. Menurut Ewusie 1990,
tumbuhan paku merupakan kormophyta berspora yang dapat hidup di mana saja kosmopolitan. Kelimpahan dan penyebaran tumbuhan paku sangat tinggi
terutama di daerah hutan hujan tropis. Tumbuhan paku juga banyak terdapat di daerah pegunungan.
Berdasarkan data yang didapat, semakin tinggi lokasi semakin sedikit jumlah jenis yang ditemukan sementara kerapatan jenis semakin bertambah. Hal
ini dikarenakan semakin tinggi suatu tempat maka suhu udara dan tanah akan semakin menurun. Kondisi ini akan menekan pertumbuhan tumbuhan yang tidak
memiliki toleransi terhadap suhu rendah, dan hanya tumbuhan yang memiliki toleransi terhadap kondisi tersebut seperti paku-pakuan yang mampu bertahan
hidup. Menurut McKinnon et al. 2000, di tempat yang lebih tinggi sinar matahari lebih sedikit kehilangan energi karena melalui lapisan udara yang tipis.
Penyinaran pada permukaan tanah sangat intensif sehingga suhu di dekat tanah jauh lebih tinggi daripada suhu udara di sekelilingnya. Panas tanah ini cepat
hilang karena radiasi di waktu malam, dan kisaran suhu harian dapat mencapai 15-20°C di tempat-tempat yang tinggi.
Jenis yang ditemukan hampir di semua lokasi adalah Histiopteris incisa ditemukan pada lokasi 3,4,6,7,8, dan Melastoma malabathricum ditemukan pada
Universitas Sumatera Utara
lokasi 4,5,6,7 dan 8. Kedua jenis ini memiliki kisaran toleransi terhadap faktor lingkungan yang cukup luas sehingga dapat dijumpai hampir di setiap ketinggian.
Histiopteris incisa merupakan tumbuhan paku yang memiliki kemampuan penyebaran yang cukup tinggi dikarenakan organ perkembangbiakannya berupa
spora mudah diterbangkan oleh angin. Melastoma malabathricum memiliki sifat khusus karena tumbuhan ini mampu beradaptasi dengan baik pada tanah yang
memiliki pH rendah. Pada lokasi 1, 2 dan 3 banyak sekali tumbuhan bawah yang hanya
ditemukan pada lokasi itu saja, sedangkan pada lokasi lain tidak ditemukan. Jenis yang hanya ditemukan di lokasi 1 dan tidak ditemukan di lokasi lain yaitu
Aglaonema sp., Anadendrum sp., Homalomena rubra, Rhapidophora sp., Schismatoglottis
sp., Scindapsus officinalis,
Dichrocephala latifolia, Didymocarpus crinita, Embelia boorneensis, Mycetia malayana, Elatostema sp.,
Globba aurantiaca dan Globba sp., pada lokasi 2 antara lain Homalomena navilandii, Commelina obliqua, Forrestia marginata, Apostachia wallichii, Piper
methysticum, Eragrotis tenella, Leptochloa chinensis, Paspalum conjugatum, Katsura sp., Viola pilosa, dan Etlingera sp., sedangkan pada lokasi 3 yaitu
Begonia daweishanensis, Cyperus pilosus, Ficus repens, Brachiaria sp., Sacciolepis sp., dan Hybanthus attenuatus. Hal ini disebabkan lokasi tersebut
memiliki kondisi fisik yang sesuai dengan tumbuhan bawah yang menyukai tempat lembab, ternaungi dan kondisi pH yang tidak terlalu asam.
Histiopteris incisa secara berurut ditemukan pada lokasi 2 hingga 8, kecuali lokasi 5. Hal ini disebabkan pada lokasi 5 terdapat banyak sekali jenis
pandan berupa pohon yang memiliki tajuk yang lebar. Selain itu, serasah dari pandan yang jatuh menutupi tanah menghalangi banyak tumbuhan bawah untuk
tumbuh. Begitu juga dengan Eurya nitida yang ditemukan pada lokasi 4 namun tidak ditemukan di lokasi 5, dan baru ditemukan kembali pada lokasi 6 hingga 8.
4.3 Jenis Tumbuhan Bawah dengan 5 Nilai KR, FR dan INP Tertinggi pada Masing-masing Lokasi