Permasalahan Tujuan Manfaat Penelitian Hutan Pegunungan

status gunung Sinabung dinaikkan menjadi gunungapi tipe A. Menurut Widhiastuti 2012, letusan gunung Sinabung tahun 2010 telah mengakibatkan berbagai kerusakan fisik dan perubahan vegetasi di kawasan hutan Gunung Sinabung, terutama pada zona pegunungan atas hingga puncak. Berbagai penelitian mengenai keanekaragaman tumbuhan bawah di hutan pegunungan sudah banyak dilakukan, diantaranya penelitian Pitra 2008 di hutan Gunung Sinabung dengan luas plot 0,006 ha ditemukan 141 jenis tumbuhan bawah. Siregar 2005 juga melakukan penelitian serupa dengan luas area pengamatan 0,18 ha ditemukan 224 jenis tumbuhan bawah, dan pada penelitian Sari 2005 ditemukan 44 jenis tumbuhan paku dengan luas plot 0,25 ha. Selain itu, pada penelitian Abdiyani tahun 2007 di Dataran Tinggi Dieng dengan luas plot 0,01 ha ditemukan 79 jenis tumbuhan bawah, dengan 58 jenis berpotensi sebagai tumbuhan obat. Setelah letusan tahun 2010, vegetasi di hutan Gunung Sinabung mengalami kerusakan dan terjadi suksesi sekunder. Salah satu vegetasi yang terganggu yaitu tumbuhan penutup lantai hutan, sehingga tumbuhan tersebut rusak. Sampai saat ini belum ada informasi maupun data mengenai tumbuhan penutup lantai hutan di jalur pendakian Sigarang-garang, karena penelitian sebelumnya hanya pada jalur pendakian Lau Kawar, untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang analisis vegetasi tumbuhan penutup lantai hutan gunung Sinabung jalur pendakian Sigarang-garang Kabupaten Karo Sumatera Utara.

1.2 Permasalahan

Gunung Sinabung kaya akan tumbuhan bawah sebagai penutup lantai hutan, namun berpotensi mengalami kerusakan baik disebabkan oleh kondisi alam maupun ulah manusia. Hingga saat ini belum pernah dilakukan penelitian untuk mendapatkan informasi dan data bagaimanakah struktur dan komposisi tumbuhan bawah di hutan Gunung Sinabung khususnya di jalur pendakian Sigarang-garang. Universitas Sumatera Utara

1.3 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi dan keanekaragaman tumbuhan bawah sebagai penutup lantai hutan yang terdapat di kawasan gunung Sinabung kabupaten Karo jalur pendakian Sigarang-garang.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi dasar keanekaragaman tumbuhan bawah yang terdapat di kawasan gunung Sinabung kabupaten Karo Sumatera Utara sebagai plasma nutfah yang dapat dilestarikan. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hutan Pegunungan

Hutan pegunungan adalah hutan yang tumbuh di daerah ketinggian di atas 1.000 meter di atas permukaan air laut. Daerah pegunungan ini sangat dipengaruhi oleh perubahan iklim. Struktur dan komposisi vegetasi hutan pegunungan berbeda- beda menurut ketinggiannya. Di Sumatera terdapat banyak gunung, beberapa di antaranya terbentuk dari penjulangan batu endapan seperti halnya kebanyakan pegunungan bukit barisan, sedangkan gunung lainnya seperti Gunung Kerinci, Sinabung, Merapi dan Singgalang adalah hasil dari letusan gunung berapi. Sifat- sifat lingkungan fisik berubah sepanjang lereng gunung, dan perubahan fauna dan flora dapat diikuti melalui perubahan tersebut Damanik et al., 1987. Indriyanto 2006 menyatakan bahwa menurut ketinggian tempat dari permukaan laut, hutan hujan tropis dibedakan menjadi tiga zona atau wilayah sebagai berikut: 1. Zona 1 dinamakan hutan hujan bawah karena terletak pada daerah dengan ketinggian tempat 0-1.000 m dari permukaan laut. 2. Zona 2 dinamakan hutan hujan tengah karena terletak pada daerah dengan ketinggian tempat 1.000-3.300 m dari permukaan laut. 3. Zona 3 dinamakan hutan hujan atas karena terletak pada daerah dengan ketinggian tempat 3.300 -4.100 m dari permukaan laut. Hutan pada pegunungan sangat dipengaruhi oleh perubahan ketinggian, pada ketinggian yang berbeda-beda mempunyai iklim yang berbeda-beda pula. Suhu secara perlahan menurun sejalan dengan ketinggian yang meningkat, hingga pada gunung yang tinggi. Semakin naik ketinggian maka kondisi lingkungan semakin ekstrim, pH tanah semakin menurun sehingga proses pembusukan bahan organik lambat. Intensitas cahaya matahari yang semakin tinggi mempengaruhi Universitas Sumatera Utara tumbuhan. Karena intensitas cahaya matahari yang tinggi tumbuhan menjadi kerdil, daun tebal dan sempit Ewusie, 1990. Hutan pegunungan memiliki zona-zona vegetasi dengan jenis, struktur dan penampilan yang berbeda. Semakin tinggi suatu tempat, iklim menjadi sejuk dan lebih lembab. Untuk setiap kenaikan ketinggian sebesar 1000 meter, suhu akan turun kira-kira 5°C. Faktor lain yang mempengaruhi penyebaran dan bentuk tumbuhan di gunung adalah kelembaban, curah hujan dan pengaruh angin. Curah hujan biasanya lebih tinggi di sisi gunung yang berhadapan dengan arah tiupan angin di lereng-lereng gunung sampai ketinggian 1.500 mdpl daripada di dataran rendah di sekitarnya Mackinnon, et al., 2000. Seiring dengan naiknya ketinggian suatu permukaan, jenis vegetasi yang ditemukan juga akan berubah. Komposisi botanik hutan pegunungan bagian atas lebih menyerupai hutan di daerah iklim sedang. Pada habitat yang berbatu-batu ditumbuhi vegetasi berbentuk semak-semak rendah atau pohon-pohon konifer tumbuhan berdaun jarum atau jenis vegetasi berbunga. Biasanya vegetasi yang tumbuh pada ekosistem ini tidak merupakan satu kesatuan, terpencar-pencar oleh hamparan rumput atau semak Rifai, 1993. Menurut Polunin 1997, suatu komunitas hutan dengan keanekaragaman spesies yang tinggi memiliki struktur yang kompleks, dan ekosistem hutan hujan tropis cenderung paling kompleks di antara yang ada. Tegakan biasanya terdiri atas suatu masa pohon, tumbuhan merambat liana, dan tumbuhan dalam bentuk lain mencapai ketinggian berkisar dari beberapa sentimeter sampai 60 meter. Apabila dalam hutan terdapat pohon tumbang, maka tajuk pohon akan terbuka dan sinar matahari akan menembus sampai ke lantai hutan. Dengan demikian, tumbuhan yang sebelumnya tidak mampu tumbuh akan tumbuh dengan baik dan memenuhi lantai hutan yang terkena sinar matahari itu. Beberapa saat kemudian benih pohon yang tumbang telah berkecambah dan tumbuh menjadi anakan pohon dan menjadi pohon besar, sehingga tajuknya akan menaungi lagi daerah tersebut. Sebagai akibat dan konsekuensinya adalah tumbuhan di lantai hutan menjadi mati dan berkurang jumlahnya karena tidak mendapat sinar matahari lagi. Pohon yang telah tumbuh menjadi besar akhirnya kembali mendominasi Indriyanto, 2006. Universitas Sumatera Utara Arus angin ke arah gunung pada siang hari disebabkan oleh panasnya udara di dataran rendah dan akan menyebabkan pengembangan udara dan naik. Dengan pengembangan dan naiknya udara sebagai akibat tekanan yang lebih rendah, maka suhu akan turun. Inilah sebab utama dengan bertambahnya ketingian, suhu udara makin turun. Laju pemanasan di pegunungan tidak serupa laju pemanasan di dataran rendah. Pantulan panas dari permukaan bumi lebih kuat digunung oleh karena tekanan udara yang rendah. Laju penurunan suhu pada umumnya sekitar 0,6° C setiap penambahan ketinggian sebesar 100 meter, tetapi hal ini berbeda-beda tergantung kepada tempat, musim, waktu, kandungan uap air dalam udara dan lain sebagainya Damanik et al, 1992. Hutan sekunder muda mudah dikenali dari hutan primer oleh adanya komposisi spesies dan struktur, namun dalam praktiknya sulit dibedakan antara hutan sekunder tua dan hutan primer sejati. Terdapat beberapa alasan, bukti-bukti adanya penebangan pohon segera lenyap pada iklim lembab panas, dan usia pohon tropis jarang dapat ditentukan dapat ditentukan secara langsung dengan menghitung cincin-cincin pertumbuhannya. Hutan sekunder terkadang menunjukkan bukti adanya penghunian oleh manusia, namun derajat gangguannya dapat bervariasi dari tebang habis sampai pengambilan secara efektif pohon-pohon hanya satu saja atau beberapa spesies Polunin, 1997. Keragaman yang besar dalam ketinggian pohon tercermin pada perlapisan tajuknya yang menjadi tiga atau ada kalanya dua lapis, selain dari lapisan semak dan terna. Keadaan ini khas bagi struktur hutan hujan tropika dan berbeda sekali dengan hutan iklim sedang. Walaupun belukar teduhan hutan hujan itu terdiri dari semak, tumbuhan terna, kecambah dan pohon muda, tetapi hutan yang tak terganggu itu sendiri masih dapat ditembus secara wajar. Pada tempat yang tidak ada jatuhan pohon atau jatuhan cabangnya, tidaklah sukar bagi seseorang untuk berjalan di dalam hutan hujan dewasa itu. Keadaan ini disebabkan oleh flora teduhannya yang berupa terna tersebar secara jarang, dengan kerapatan terna teduhan yang jauh lebih rendah daripada hutan iklim sedang, dan tanahnya tertutup tipis dengan guguran daun. Celah yang terbentuk oleh tajuk pepohonan membuat tanah hutan agak remang-remang, dengan bercak cahaya matahari terpisah-pisah menembus celah-celah sampai ke dasar hutan Ewusie, 1990. Universitas Sumatera Utara Sejauh ini penelitian tumbuhan di hutan pegunungan telah banyak dilakukan terutama penelitian di bidang ekologi dan taksonomi. Banyaknya penelitian yang dilakukan dikarenakan topik ini menarik untuk diteliti. Di Sumatera sendiri penelitian sejenis telah dilakukan hampir di seluruh dataran tinggi dan pegunungan, termasuk Gunung Sinabung.

2.2 Vegetasi Bawah