Araceae dan Zngiberaceae banyak dijumpai pada ketinggian tersebut. Pada ketinggian 2.000-2.400 mdpl jenis yang ditemukan lebih sedikit dan berbeda dari
ketinggian 1.600-2.000 mdpl, namun jumlah individunya sangat banyak dan vegetasinya lebih rapat. Suku yang mendominasi pada ketinggian tersebut adalah
Hypolepidaceae dan Blechnaceae dari kelompok paku-pakuan, Melastomataceae, Cyperaceae dan Theaceae. Perbedaan vegetasi ini disebabkan kondisi faktor
lingkungan yang semakin ke atas semakin ekstrem sehingga hanya vegetasi yang memiliki toleransi yang besar saja yamg mampu hidup di sekitar puncak. Menurut
Krebs 1985, hutan pegunungan sangat dipengaruhi oleh suhu, kelembaban tanah, udara serta angin, dimana dengan naiknya ketinggian temperatur menurun,
curah hujan meningkat dan kecepatan angin juga meningkat yang sangat mempengaruhi kelembaban udara. Selanjutnya keadaan hutan tersebut juga
dipengaruhi oleh batuan yang menyusun lapisan tanah dimana kebanyakan lapisan tanah pegunungan merupakan turunan dari batuan vulkanik yang sangat asam dan
kurang akan fosfor dan nitrogen.
4.4 Indeks Keanekaragaman dan Indeks Keseragaman Tumbuhan Bawah
Indeks keanekaragaman dapat digunakan untuk mengetahui struktur komunitas dalam suatu habitat, yang menunjukkan jumlah jenis dari jumlah total individu
seluruh jenis yang ada. Indriyanto 2006, menyatakan bahwa suatu komunitas dikatakan memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi jika komunitas itu disusun
oleh banyak jenis. Sebaliknya suatu komunitas dikatakan memiliki keanekaragaman jenis yang rendah jika komunitas itu disusun oleh sedikit jenis
dan jika hanya ada sedikit saja jenis yang dominan. Keanekaragaman jenis yang tinggi menunjukkan bahwa suatu komunitas memiliki kompleksitas yang tinggi
karena interaksi spesies yang terjadi dalam komunitas itu sangat tinggi. Nilai indeks keanekaragaman dan indeks keseragaman pada masing-
masing lokasi dapat dilihat pada Tabel 4.4.1
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.4.1 Indeks Keanekaragaman dan Indeks Keseragaman Tumbuhan Bawah
Lokasi Ketinggian mdpl
H Indeks Keanekaragaman
E Indeks Keseragaman
Lokasi 1 1600-1700
2,953 0,806
Lokasi 2 1700-1800
2,839 0,893
Lokasi 3 1800-1900
2,068 0,806
Lokasi 4 1900-2000
2,010 0,809
Lokasi 5 2000-2100
1,201 0,746
Lokasi 6 2100-2200
1,646 0,919
Lokasi 7 2200-2300
1,399 0,719
Lokasi 8 2300-2400
1,156 0,645
Dari tabel diketahui bahwa indeks keanekaragaman tumbuhan bawah berkisar antara 1,156 sampai 2,953. Nilai indeks keanekaragaman tertinggi
terdapat pada lokasi 1 dengan ketinggian 1.600-1.700 mdpl yaitu 2,953 dan nilai indeks keanekaragaman terendah terdapat pada lokasi 8 dengan ketinggian 2.300-
2.400 mdpl yaitu 1,156. Dari nilai indeks keanekaragaman tersebut dapat diketahui bahwa tumbuhan bawah di hutan gunung Sinabung jalur pendakian
Sigarang-garang memiliki keanekaragaman jenis yang melimpah. Fachrul 2007 menyatakan jika nilai H’1 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada
suatu transek adalah sedikit atau rendah. Jika H’ 1 ≤H’≤3 keanekaragaman adalah
sedang melimpah dan jika nilai H’3 maka keanekaragaman spesies adalah melimpah tinggi.
Dari tabel juga diketahui bahwa nilai indeks keseragaman tumbuhan bawah berkisar 0,645 sampai 0,919. Nilai indeks keseragaman tertinggi terdapat
pada lokasi 6 yaitu sebesar 0,919. Hal ini disebabkan pada lokasi 6 hanya sedikit jenis yang ditemukan sementara jumlah individu yang ditemukan cukup banyak,
sehingga vegetasi pada lokasi tersebut memiliki indeks keseragaman yang paling tinggi. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa nilai indeks kesearagaman dari
lokasi 1 hingga lokasi 8 adalah tinggi. Menurut Krebs 1985, keseragaman dikatakan rendah apabila E bernilai 0-0,5 dan keseragaman dikatakan tinggi
apabila E bernilai 0,5-1.
4.5 Indeks Similaritas