Frekuensi Indeks Nilai Penting Indeks Keanekaragaman dari Shannon-Wiener Indeks Similaritas

5. Weeds of Rice in Indonesia Soerjani, Kostermans dan Tjitrosoepomo, 1987. 6. Fern of Malayan in Colour Piggot 1988. 7. The Genera of Araceae Mayo, Bogner dan Boyce, 1997.

3.6 Analisis Data

Data vegetasi yang dikumpulkan dianalisis untuk mendapatkan nilai Kerapatan Relatif KR, Frekuensi Relatif FR, Indeks Nilai Penting INP, Indeks Keanekaragaman, Indeks Similaritas, dan Indeks Keseragaman. Dengan rumus dalam Indriyanto 2006 sebagai berikut :

a. Kerapatan

Jumlah individu suatu jenis Kerapatan Mutlak KM = Luas plot contohplot pengamatan Kerapatan mutlak suatu jenis Kerapatan Relatif KR = x 100 Jumlah kerapatan mutlak suatu jenis

b. Frekuensi

Jumlah plot yang ditempati suatu jenis Frekuensi Mutlak FM = Jumlah seluruh plot pengamatan Frekuensi suatu jenis Frekuensi Relatif FR = x 100 Frekuensi total seluruh jenis Universitas Sumatera Utara

c. Indeks Nilai Penting

INP = KR + FR

d. Indeks Keanekaragaman dari Shannon-Wiener

H’ = - ∑pi ln pi ni pi = N Dengan : ni = Jumlah individu suatu jenis N = Jumlah total individu seluruh jenis e. Indeks Keseragaman H’ E = H maks Dengan : E = indeks keseragaman H’ = indeks keragaman H maks = indeks keragaman maksimum, sebesar Ln S S = jumlah genusspesies

f. Indeks Similaritas

Menurut Suin 2002, ntuk menghitung indeks kesamaan dapat digunakan rumus perhitungan sebagai berikut: 2C IS = x 100 A + B Universitas Sumatera Utara Dengan : A = jumlah individu tiap jenis yang terdapat pada lokasi A B = jumlah individu tiap jenis yang terdapat pada lokasi B C = jumlah individu terkecil dari jenis yang sama pada kedua lokasi yang dibandingkan Dimana: Kesamaan 25 : sangat tidak mirip Kesamaan 25-50 : tidak mirip Kesamaan 50-75 : mirip Kesamaan 75 : sangat mirip Universitas Sumatera Utara BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kekayaan Jenis Tumbuhan Bawah di Hutan Gunung Sinabung Jalur Pendakian Sigarang-garang, Kabupaten Karo, Sumatera Utara Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Hutan Gunung Sinabung jalur pendakian Sigarang-garang diperoleh jenis tumbuhan bawah yang terdiri dari dua divisi yaitu Pteridophyta sebanyak 11 jenis dalam 10 famili dan Spermatophyta sebanyak 47 jenis dalam 25 famili Lampiran 5. Jenis-jenis tumbuhan bawah yang ditemukan tersebut tercantum pada Tabel 4.1.1. Tabel 4.1.1 Jenis Tumbuhan Bawah di Hutan Gunung Sinabung Jalur Pendakian Sigarang-garang No Divisi Famili Jenis 1. Pteridophyta Aspidiaceae Cyclopeltis crenata 2. Aspleniaceae Asplenium pellucidum 3. Athyriaceae Diplazium pallidum 4. Blechnaceae Blechnum vestitum 5. Davalliaceae Davallia trichomanoides 6. Gleicheniaceae Dicranopteris pubigera 7. Hypolepidaceae Histiopteris incisa 8. Polypodiaceae Goniophlebium persicifolium 9. Polypodium feei 10. Pteridaceae Pteris mortensioides 11. Lycopodiaceae Lycopodium cernuum 12. Spermatophyta Araceae Aglaodorum sp. 13. Aglaonema sp. 14. Anadendrum sp. 15. Homalomena humilis 16. Homalomena navilandii 17. Homalomena rubra 18. Rhapidophora sp. 19. Schismatoglottis botoensis 20. Schismatoglottis sp. 21. Scindapsus officinalis 22. Cyperaceae Cyperus pilosus 23. Gahnia japanica Universitas Sumatera Utara 24. Orchidaceae Apostacia wallichii 25. Pandanaceae Pandanus sp. 26. Poaceae Brachiaria sp. 27. Eragrotis tenella 28. Leptochloa chinensis 29. Paspalum conjugatum 30. Sacciolepis interupta 31. Sacciolepis sp. 32. Zingiberaceae Etlingera sp. 33. Globba aurantiaca 34. Globba sp. 35. Hedychium cylindricum 36. Amaranthaceae Cyathula prostata 37. Asteraceae Dichrocephala laifolia 38. Begoniaceae Begonia daweishanensis 39. Campanulaceae Lobelia montana 40. Commelinaceae Commelina obliqua 41. Forrestia marginata 42. Gesneriaceae Didymocarpus crinita 43. Melastomataceae Dissochaeta sp. 44. Melastoma malabathricum 45. Moraceae Ficus repens 46. Myrsinaceae Embelia boorneensis 47. Passifloraceae Passiflora edulis 48. Piperaceae Piper methysticum 49. Ranunculaceae Naravelia laurifolia 50. Rubiaceae Mycetia malayana 51. Scisandraceae Katsura sp. 52. Scrophulariaceae Limnophila erecta 53. Smilacaceae Smilax setosa 54. Theaceae Eurya nitida 55. Urticaceae Elatostema acuminatum 56. Elatostema sp. 57. Violaceae Hybanthus attenuatus 58. Viola pilosa Dari Tabel 4.1.1 terlihat bahwa suku yang paling banyak ditemukan adalah Araceae sebanyak 10 jenis, diikuti Poaceae 6 jenis, Zingiberaceae 4 jenis dan suku-suku lainnya hanya terdapat 1 atau 2 jenis. Sembilan suku dari tumbuhan bawah yang memiliki jenis tertinggi dapat dilihat pada Tabel 4.1.2 sebagai berikut Universitas Sumatera Utara Tabel 4.1.2 Jumlah jenis tertinggi dari sembilan suku tumbuhan bawah No. Famili Jumlah Jenis 1. Araceae 10 2. Poaceae 6 3. Zingiberaceae 4 4. Commelinaceae 2 5. Cyperaceae 2 6. Melatomataceae 2 7. Polypodiaceae 2 8. Urticaceae 2 9. Violaceae 2 Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa jenis paku-pakuan yang banyak dijumpai adalah dari suku Polypodiaceae, yaitu 2 jenis. Hal ini disebabkan jenis paku-pakuan dari suku ini paling banyak jumlahnya dibandingkan jenis dari suku yang lain. Selain itu, perkembangbiakan tumbuhan paku yang menggunakan spora memungkinkan individu baru tumbuh di berbagai tempat. Loveless 1989 dalam Asbar 2004 menjelaskan bahwa tumbuhan paku dapat tumbuh pada habitat yang berbeda. Berdasarkan tempat hidupnya, tumbuhan paku ditemukan tersebar luas mulai daerah tropis hingga dekat kutub utara dan selatan. Mulai dari hutan primer, hutan sekunder, alam terbuka, dataran rendah hingga dataran tinggi, lingkungan yang lembab, basah, rindang, kebun tanaman, hingga pinggir jalan tumbuhan paku dapat dijumpai. Suku Araceae memiliki jumlah jenis terbanyak yaitu sebanyak 10 jenis, karena suku ini dapat berkembangbiak baik secara generatif maupun vegetatif yang mendukung pertumbuhan dan persebarannya. Selain itu, faktor lingkungan yang lembab dan teduh merupakan tipe habitat yang cocok untuk pertumbuhan suku Araceae. Hal ini sesuai dengan Khoirul et al. 2013, bahwa jenis-jenis suku Araceae mampu tumbuh pada lingkungan dengan kelembaban yang rendah hingga tinggi. Sebaran tumbuhan dari famili Araceae juga terkait dengan kemampuan beradaptasi terhadap kondisi lingkungan seperti suhu, kelembaban, intensitas cahaya dan pH tanah. Kekayaan tumbuhan bawah di hutan gunung Sinabung jalur pendakian Sigarang-garang tidak begitu tinggi bila dibandingkan dengan jalur pendakian Lau Kawar. Pitra 2008, melaporkan di hutan gunung Sinabung jalur pendakian Lau Universitas Sumatera Utara Kawar ditemukan 141 jenis dalam 54 suku. Hal ini disebabkan perbedaan faktor lingkungan yang terdapat pada kedua jalur pendakian tersebut, dimana pada jalur pendakian Sigarang-garang suhu udara berkisar 15-18°C, kelembaban udara 60- 75, dan pH tanah 5,2-6,5 sedangkan pada jalur pendakian Lau Kawar suhu udara berkisar 15-20°C, kelembaban udara 81-92,33, dan pH tanah 6,13-6,7 Lampiran 4. Selain itu kondisi lingkungan di antara lokasi 1 hingga lokasi 4 cukup teduh dan kelembaban tanah yang tidak begitu tinggi yaitu antara 63-68, sementara antara lokasi 5 hingga lokasi 8 lokasi lebih terbuka dengan kelembaban tanah 40-57. Keadaan iklim mikro yang berbeda-beda ini membentuk suatu mikrohabitat yang berbeda pula. Perbandingan data pada jalur pendakian Lau Kawar dan Sigarang-garang dapat dilihat pada Tabel 4.1.3 Tabel 4.1.3 Perbandingan Data Jalur Pendakian Lau Kawar dan Sigarang- garang No. Pembanding Lau Kawar Pitra, 2008 Sigarang-garang Masnun, 2014 1. Ketinggian 1.400-2.250 mdpl 1.600-2.400 mdpl 2. Jumlah suku 54 suku 25 suku 3. Jumlah jenis 141 jenis 58 jenis 4. Jumlah individu 7131 individu 2317 individu 5. Suhu udara 15-20°C 15-18°C 6. pH tanah 6,13-6,7 5,2-6,5 7. Kelembaban 81-92,33 60-75 8. Suhu tanah 16-19°C 16-20°C Dari tabel dapat dilihat bahwa banyaknya jenis tumbuhan bawah yang ditemukan di antara jalur pendakian Lau Kawar dan Sigarang-garang sangat berbeda, dikarenakan perbedaan ketinggian lokasi dan faktor lingkungan pada kedua jalur. Selain itu, pada jalur Sigarang-garang lebih banyak aktivitas penduduk dibandingkan pada jalur Lau Kawar. Daniel et al. 1992 menyatakan bahwa pertumbuhan tumbuhan dipengaruhi oleh faktor tanah, iklim, mikroorganisme, kompetisi dengan organisme lainnya dan juga dipengaruhi oleh zat-zat organik yang tersedia, kelembaban dan sinar matahari. Universitas Sumatera Utara

4.2 Komposisi Tumbuhan Bawah di Hutan Gunung Sinabung Jalur Pendakian Sigarang-garang