Akibat Hukum Para Pihak dalam Pelaksanaan Kredit Sindikasi

C. Akibat Hukum Para Pihak dalam Pelaksanaan Kredit Sindikasi

Setelah perjanjian kredit ditandatangani, akan timbul hak dan kewajiban antara pemberi kredit dengan penerima kredit. Perjanjian kredit merupakan suatu ikatan hukum antara pemberi kredit dengan penerima kredit. Di satu pihak, pemberi kredit berkewajiban memberikan dana kepada penerima kredit sesuai dengan jumlah yang diatur dalam perjanjian kredit dan di lain pihak untuk melindungi kepentingan pemberi kredit. Penerima kredit juga diminta untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya, sebelum dilakukan penarikan kredit yang pertama sampai dengan jangka waktu kredit dilunasi. 75 Dalam akta perjanjian kredit sindikasi, disebutkan bahwa selama perjanjian tersebut berlaku, maka debitur mempunyai kewajiban untuk melaksanakan hal-hal sebagai berikut: 76 1. Menjalankan usahanya dengan rajin dan efisien sesuai dengan praktek-praktek keuangan dan usaha yang berlaku dan senantiasa mentaati dan melaksanakan semua peraturan-peraturan yang berlaku. 2. Membentuk dan memelihara sistem pembukuan, administrasi dan pengawasan keuangan dan barang-barang yang sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang umum diterima di Indonesia dan yang diterapkan secara terus-menerus untuk mencerminkan secara wajar keadaan keuangan serta hasil usaha debitur. 75 Eka Puspasari,Pembebanan Jaminan Dalam Perjanjian Kredit Sindikasi dan Akibat Hukumnya Jika Terjadi Kredit Macet, 2008, Skripsi, Universitas Jember dalam https:www.google.co.idurl?sa=trct=jq=esrc=ssource=webcd=1cad=rjauact=8ved =0ahUKEwjNtcykn87PAhWIp48KHQMIA6gQFggcMAAurl=http3A2F2Fdspace.unej.ac. id2Fbitstream2Fhandle2F1234567892F146182FA252024x.pdf3Fsequence3D1 usg=AFQjCNH5RAKcZXrB9YYdgSsCXVBEOYH-uQsig2=H70oed-btC9T_rAVAir6Dw diakses tanggal 20 Juli 2016. 76 Ibid.hlm. 27-28. Universitas Sumatera Utara 3. Senantiasa memberikan ijin i kepada agen atau petugas-petugas yang diberi kuasa oleh Agen, atas pemberitahuan 3 tiga hari kerja sebelumnya, untuk melakukan pemeriksaan audit terhadap buku-buku dan administrasi debitor serta memeriksa barang-barang jaminan, dan ii kepada kreditur yang akan dikoordinasi oleh Agen untuk melakukan peninjauan ke pabrik-pabrik debitur, kantor-kantor dan gudang-gudang yang digunakan debitur sedikitnya 1 satu kali setahun. 4. Memelihara dan mempertahankan dalam keadaan yang baik semua ijin-ijin, lisensi-lisensi dan persetujuan-persetujuan yang diperlukan untuk menjalankan usaha debitur dan untuk sahnya serta berlakunya perjanjian tersebut. 5. Segera memberitahukan kepada Agen bilamana terjadi perubahan dalam sifat atau luas lingkungan usaha debitur atau bilamana terjadi suatu peristiwa atau keadaan yang dapat mempengaruhi secara mendalam keadaan usaha atau keuangan debitur. 6. Membayar kewajiban-kewajiban pajak pada waktunya dan dengan sebagaimana mestinya. 7. Debitur wajib membayar semua upah, biaya, ongkos yang wajib atau telah dibayar oleh Agen atau kreditur, sehubungan dengan persiapan, pembuatan, penandatanganan, pengeluaran, penyerahan, administrasi, pendaftaran dan pelaksanaan dokumen transaksi. 8. Menyerahkan kepada Agen semua ijin-ijin dan persetujuan-persetujuan yang disyaratkan oleh Anggaran Dasar debitur atau oleh instansi yang berwajib Universitas Sumatera Utara untuk membuat, menyerahkan dan melaksanakan perjanjian kredit, surat-surat promesaksep dan perjanjian-perjanjian jaminan. Terdapat pula pembatasan-pembatasan bagi debitur selain kewajiban- kewajiban yang harus dilaksanakan debitur, yaitu debitur tidak diperkenankan: 1. Melakukan merger atau konsolidasi atau membeli atau dengan cara lain memperoleh perusahaan atau saham-saham dalam perseroan lain. 2. Menjual atau dengan cara lain memindahkan hak atau menyewakan menyerahkan pemakaian seluruh atau sebagian besar perusahaan atau barang- barang tidak bergerak atau kekayaan debitur. 3. Menerima pinjaman uang atau fasilitas kredit, fasilitas penjualan surat-surat promesaksep, fasilitas leasing atau fasilitas keuangan lain berupa dan hingga jumlah berapapun juga dari orangpihak lain atau mengikat diri sebagai penjamin borg atau avaliste untuk menjamin hutangkewajiban orangpihak lain. 4. Menjaminkanmengagunkan dengan cara bagaimanapun juga kekayaan debitur termasuk hak untuk menerima pembayaran tagihan-tagihan kepada orangpihak lain. Memberikan pinjaman uang atau kredit dengan cara bagaimana pun dan hingga jumlah berapapun juga kepada orangpihak lain, kecuali: a. memberikan pinjaman uang atau kredit sehubungan dengan penjualan barang-barang atau pemberian jasa-jasa dalam rangka menjalankan usaha seari-hari, atau Universitas Sumatera Utara b. memberikan pinjaman-pinjaman uang dalam bentuk penyimpanan uang secara deposito berjangka pada bank-bank. 5. Membayar, menyatakan dapat dibayar atau membagi deviden atau pembagian keuntungan lain berupa dan hingga jumlah berapa pun kepada para pemegang saham debitur tetapi tidak termasuk mengeluarkan stock dividen atau saham-saham bonus. 6. Memberikan persetujuan atau mendaftarkan sesuatu perubahan pada pemilikan saham-saham debitur. 7. Membayar lebih awal hutangnya kepada pihak lain kecuali hutang yang berdasarkan dokumen transaksi, hutang yang dibuat dalam rangka menjalankan usaha sehari-hari, dan hutang kepada pihak lain yang disebutkan dalam perjanjian kredit. 8. Turut serta mengambil bagian dalam permodalan atau membeli saham dalam perseroan lain. 77 Selain kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan oleh debitur maka tentunya juga hak-hak. Namun mengenai masalah hak-hak debitur tidak dijelaskan secara rinci di dalam akta perjanjian kredit. Setelah membaca dan menelaah dengan seksama isi dari akta perjanjian kredit sindikasi, penulis dapat menyimpulkan bahwa yang menjadi hak bagi debitur adalah mendapatkan fasilitas kredit dari para kreditur, tentunya setelah melaksanakan semua kewajiban yang telah disepakati bersama. 77 Ibid. hlm 150-152. Universitas Sumatera Utara Bagi kreditur, mengenai hak dan kewajibannya tidak disebutkan secara khusus dalam perjanjian. Hak dan kewajiban merupakan dua hal yang saling berhubungan erat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pemenuhan kewajiban dari salah satu pihak dalam perjanjian merupakan perolehan hak bagi pihak yang lain. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa yang menjadi kewajiban dari kreditur adalah menyediakan dan memenuhi fasilitas kredit yang dibutuhkan oleh debitur, dan hak dari kreditur adalah pemenuhan kewajiban dari pihak debitur. Pihak ketiga dalam perjanjian kredit sindikasi adalah Agen. Agen merupakan pihak yang akan bertindak sebagai kuasa atau wakil kreditur dalam melaksanakan suatu perjanjian kredit sindikasi. Kewajiban-kewajiban dari pihak agen bank antara lain : 78 1. Agen wajib berkonsultasi terlebih dahulu dengan kreditur sebelum mengambil sesuatu tindakan berdasarkan perjanjian. 2. Wajib melakukan tindakan-tindakan yang sah sesuai dengan instruksi-instruksi tertulis yang diberikan oleh kreditur. 3. Membayar seluruh jumlah pokok pinjaman yang telah diterima oleh Agen dari kreditur kepada rekening yang telah ditentukan. 4. Membayar kepada setiap kreditur, bagian yang menjadi hak masing-masing kreditur atas bunga yang telah dibayar oleh debitur kepada agen. 5. Menghitung besarnya suku bunga rata-rata tertimbang yang akan berlaku untuk pinjaman yang terhutang atau akan terhutang kepada debitur dan setiap kreditur. 78 Ibid. Universitas Sumatera Utara Selain memiliki kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan, pihak agen juga memiliki hak-hak yaitu : 79 a. Mendapatkan biaya keagenan dalam jumlah dan dengan cara yang telah ditetapkan antara debitur dan agen. b. Memotong biaya hasil pinjaman yang pertama kali diberikan kepada debitur berdasarkan Perjanjian Kredit jika biaya provisi kredit dan biaya pengaturan fasilitas serta biaya keagenan belum dibayar oleh debitur. Kredit sindikasi yang merupakan penyaluran kredit dalam jumlah yang sangat besar sudah sewajarnya jaminan yang diberikan debitur kepada kreditur juga sangat besar. Jaminan adalah sesuatu yang diberikan kepada kreditur untuk menimbulkan keyakinan bahwa debitur akan memenuhi kewajiban yang dapat menilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan. 80 Pada perjanjian kredit sindikasi, jaminan yang dipergunakan tidak hanya sebatas tanah yang dijaminkan dalam bentuk hak tanggungan, namun dapat berupa barang-barang bergerak yang dijaminkan secara fiducia, jaminan borgtoch, maupun saham-saham yang dijaminkan dalam bentuk gadai. Perjanjian jaminan merupakan perjanjian acessoir yang dibuat antara pihak debitur dan kreditur yang isi, bentuk serta syarat-syaratnya wajib disetujui oleh agen dan kreditur. 81 Perjanjian ini berupa pernyataan dari debitur untuk menyerahkan suatu benda kepada kreditur sebagai jaminan atas pelunasan hutang debitur. Mengenai proses pembebanan jaminan, apapun bentuknya, dilaksanakan oleh debitur dan agen selaku wakil dari kreditur mulai dari pembuatan akta di hadapan pihak 79 Ibid. hlm.30 80 Ibid. hlm. 31 81 Ibid. Universitas Sumatera Utara berwenang notarisPPAT, pendaftaran akta jaminan, sampai dengan proses penyerahan sertifikat jaminan dari debitur kepada kreditur diwakili oleh agen. 82 Akibat hukum dari adanya pembebanan jaminan yaitu kreditur memiliki hak eksekutorial atas benda jaminan. Jika di kemudian hari terjadi kredit macet, kreditur dapat langsung melakukan eksekusi terhadap benda jaminan milik debitur. Upaya penyelesaian kredit macet dalam perjanjian kredit sindikasi yang dilakukan oleh bank dapat dilakukan dengan 2 dua cara yaitu: 83 1. Upaya Penyelesaian diluar Pengadilan dalam perjanjian kredit sindikasi oleh pihak bank dapat berupa: a. Penjadwalan kembali rescheduling Perubahan kredit yang menyangkut jadwal pembayaran danatau jangka waktu termasuk masa tenggang, baik meliputi perubahan besarnya angsuran. 84 b. Persyaratan kembali reconditioning Perubahan sebagian atau keseluruhan syarat-syarat kredit yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu, danatau persyaratan lainnya sepanjang tidak menyangkut perubahan maksimum saldo kredit. 85 c. Penataan kembali restructuring Perubahan syarat-syarat kredit yang menyangkut penurunan suku bunga kredit, pengurangan tunggakan bunga kredit, pengurangan tunggakan 82 Ibid. 83 Ibid. 84 Muhammad Djumhana,.Hukum Perbankan di Indonesia, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1996, hlm. 268 85 Ibid. Universitas Sumatera Utara pokok kredit, perpanjangan jangka waktu kredit, pengambilalihan aset debitur sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan konversi kredit menjadi penyertaan modal sementara pada perusahaan debitor. 86 Penyelesaian kredit macet pada kredit sindikasi yang dilakukan diluar pengadilan tidak melibatkan pihak ketiga atau juga penyelesaian yang menggunakan saluran hukum yang ada. Syarat penyelesaian kredit diluar pengadilan antara lain : 87 a. Debitur beritikad baik untuk menyelesaikan kreditnya. b. Usaha debitur telah macet atau tidak mempunyai prospek lagi sehingga tidak mempunyai kemampuan yang cukup untuk memenuhi kewajiban pada bank. c. Kredit tergolong dalam kolektibilitas kurang lancar, diragukan, macet dengan catatan khusus untuk pemberian keringanan bunga danatau denda hanya dapat diberikan bagi debitur dalam kolektibilitas diragukan dan macet. d. Tidak memenuhi syarat atau tidak mungkin lagi untuk dilakukan restrukturisasi kredit. e. Penyelesaian kredit yang ditempuh lebih baik dibandingkan alternative penyelesaian lainnya. 2. Upaya Penyelesaian Kredit Macet Melalui Jalur Hukum atau Bantuan Pihak Ketiga PUPN 86 Ibid. 87 Ibid. Universitas Sumatera Utara Upaya penyelesaian kredit macet melalui Jalur hukum atau dengan bantuan pihak ketiga ini dilakukan apabila upaya penyelesaian kredit di luar pengadilan tidak berhasil. Penyelesaian kredit macet pada bank swasta diselesaikan melalui jalur pengadilan. Sedangkan terhadap kredit macet pada bank-bank Pemerintah, prosesnya dilakukan melalui Panitia Urusan Piutang Negara PUPN yang dibentuk dengan Undang-Undang Nomor 49 Tahun 1960 dan Badan Urusan Piutang Dan Lelang Negara BUPLN yang dibentuk dengan Keputusan Presiden Keppres Nomor 21 Tahun 1991 dimana Pasal 2 dari Keppres tersebut menentukan bahwa BUPLN Badan Urusan Piutang Dan Lelang Negara mempunyai tugas menyelenggarakan pengurusan piutang negara dan lelang baik yang berasal dari penyelenggaraan pelaksanaan tugas Panitia Urusan Piutang Negara selanjutnya disebut PUPN maupun lainnya yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan. 88 PUPN bertugas menyelesaikan piutang negara yang telah diserahkan kepadanya oleh instansi Pemerintah atau badan-badan Negara. Dengan demikian bagi bank milik Negara menyelesaikan kredit macetnya harus dilakukan melalui PUPN, dimana dengan adanya penyerahan piutang macet kepada badan tersebut secara hukum wewenang penguasaan atas hak tagih dialihkan padanya.Langkah-langkah pengurusan piutang Negara melalui PUPN sebagai berikut : 89 a. Bank mengajukan permohonan penyerahan kredit macet kepada PUPN, dalam hal ini melalui Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang 88 Sutan Remy Sjahdeini,Kredit Sindikasi: Proses Pembentukan dan Aspek Hukum, Jakarata: Pustaka Utama Grafiti, 1997, hal 154. 89 Ibid. Universitas Sumatera Utara KPKNL di daerah masing-masing sesuai wilayah kerjanya. Piutang Negara yang penagihannya diserahkan kepada PUPN adalah piutang macet yang adanya dan besarnya telah pasti menurut hukum, yaitu telah sesuai dengan perjanjian kredit dan pengikatannya serta dokumen- dokumen lainnya. Pihak bank yang akan melakukan penyerahan untuk pengurusan piutang macet dengan disertai dokuman sebagai berikut: 1 Perjanjian kredit dan perubahannya atau dokuman lain sejenis yang membuktikan besarnya piutang. 2 Rekening koran, prima nota, faktur, dokumen lain sejenis yang membuktikan besarnya piutang. 3 Dokumen barang jaminan serta pengikatannya dan surat-surat lainnya yang mendukung barang jaminan tersebut. 4 Surat-menyurat antara kreditur dengan debitur yang berkaitan dengan penyelesaian hutang. b. Panitia Cabang melalui Kantor Pelayanan setelah menerima penyerahan yang disertai dokumen akan membuat resume yang merupakan pemeriksaan berkas terhadap semua dokumen dan semua data kasus piutang tersebut. Resume ini untuk pertimbangan diterima atau tidaknya pengurusan piutang Negara yang telah diserahkan oleh bank yang bersangkutan. c. Panitia Cabang Ketua PUPN Cabang apabila menetapkan bahwa berkas- berkas penyerahan kreditur tersebut memenuhi persyaratan, maka panitia cabang menerima penyerahan pengurusan piutang Negara dengan Universitas Sumatera Utara menerbitkan Surat Penyerahan Pengurusan Piutang Negara SP3N. Adapaun isi dari SP3N adalah: 1 Nomor dan tanggal surat penyerahan pengurusan piutang Negara 2 Identitas penyerah piutang dan penanggung utang 3 Pernyataan menerima pengurusan piutang Negara 4 Rincian dan jumlah piutang Negara 5 Tandatangan panitia cabang Sejak diterbitkannya SP3N piutang Negara beralih ke panitia cabang dan penyelenggaraannya dilakukan oleh KPKNL. Dengan beralihnya pengurusan piutang Negara ini, kreditur wajib menyerahkan dokumen-dokumen asli barang jaminan dan pengikatannya yang selanjutnya diterbitkan Surat Pernyataan Serah Terima Piutang SPSTP. 90 d. SP3N yang diterbitkan sebagai bukti berkas penyerahan apabila telah memenuhi persyaratan, maka KPKNL melakukan tindakan-tindakan pemanggilan kepada debitur secara tertulis sebagai pertanggung jawaban penyelesaian piutang Negara. Apabila debitur tidak memenuhi panggilan, maka Kantor Pelayanan melakukan panggilan terakhir secara tertulis paling lambat dalam waktu 7 tujuh hari kerja setelah tanggal menghadap yang ditetapkan dalam surat panggilan yang disampaikan oleh kurir atau menggunakan jasa pos. Debitur yang datang untuk memenuhi panggilan KPKNL akan diadakan wawancara mengenai kebenaran dan besarnya piutang Negara tersebut. Setelah tercapai kesepakatan antara debitur dan 90 Ibid. Universitas Sumatera Utara KPKNL yang memuat pengakuan jumlah hutang yang harus dibayar termasuk bunga, denda-denda dan biaya-biaya lain serta memuat kewajiban atau kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya, maka hasilnya dituangkan dalam surat pernyataan bersama yang berkekuatan eksekutorial. 91 e. Debitur apabila tidak memenuhi kewajiban yang ditetapkan dalam pernyataan bersama dan tidak memenuhi surat peringatan yang dibuat panitia cabang maka akan dikeluarkan surat paksa yang ditandatangani oleh Ketua Panitia Cabang supaya debitur membayar sekaligus seluruh hutangnya dalam jangka waktu 1x24 jam terhitung sejak tanggal diberitahukan oleh juru sita piutang Negara kepada debitur dengan membacakan dan menyerahkan salinan surat paksa yang dituangkan dalam berita acara pemberitahuan surat paksa. e. Jurusita akan melakukan penyitaan atas barang jaminan danatau harta kekayaan debitur danatau penjamin hutang apabila ketentuan dalam surat paksa tidak dipenuhi, dimana sebelumnya diberitahukan terlebih dahulu Surat Penyitaan kepada debitur danatau penjamin hutang. Jika barang jaminan danatau harta kekayaan lain telah dilakukan penyitaan namun debitur danatau penjamin hutang tidak menyelesaikan hutangnya, maka KPKNL menerbitkan Surat Perintah Penjualan Barang Sitaan SPPBS yang diberitahukan secara tertulis kepada debitur danatau penjamin 91 Ibid. Universitas Sumatera Utara hutang. Penjualan barang sitaan ini dilakukan sebagai upaya terakhir pengurusan piutang Negara. SPBBS sekurang-kurangnya memuat : 92 1 Pertimbangan hukum diterbitkannya Surat Perintah Penjualan Barang Sitaan. 2 Dasar hukum penerbitan Surat Perintah Penjualan Barang Sitaan. 3 Perintah kepada Kepala Kantor Pelayanan untuk melaksanakan lelang. 4 Uraian barang sitaan yang akan dilelang. 5 Tempat dan tanggal penerbitan Surat Perintah Penjualan Barang Sitaan. 6 Tanda tangan Panitia Cabang. g. Pengumuman lelang dilaksanakan oleh Kantor Pelayanan dan pemberitahuan rencana lelang dilakukan secara tertulis kepada penanggung hutang atau penjamin hutang melalui kurir atau jasa pos paling lambat 7 tujuh hari sebelum lelang dilakukan. Lelang dilaksanakan melalui Kantor Pelayanan, namun jika dalam hal barang yang dilelang di luar wilayah kerja panitia cabang atau di dalam wilayah kerja panitia cabang, tetapi di luar kerja kantor pelayanan, maka kantor pelayanan yang wilayah kerjanya meliputi tempat barang yang akan dilelang itu berada. Lelang yang akan dilaksanakan pada prinsipnya tidak dapat dibatalkan kecuali dalam hal sebagai berikut: 93 1 Penanggung hutang melunasi hutang 92 Ibid. hlm.46 93 Ibid, hlm.47 Universitas Sumatera Utara 2 Barang danatau dokumen barang yang akan dilelang disita dalam perkara pidana 3 Barang danatau dokumen barang yang akan dilelang telah musnah 4 Barang yang akan dilelang telah dijual melalui lelang 5 Barang yang akan dilelang telah ditebus. Pencairan barang jaminan ada kalanya hasilnya melebihi atau dibawah sisa hutang, maka yang dapat dilakukan adalah: a. Hasil pencairan melebihi sisa hutang, maka kelebihan hasil lelang diserahkan kepada: 1 Debitur 2 Penjamin hutang dalam hal barang yang dilelang milik pihak ketigapenjamin 3 Balai harta peninggalan dalam hal debitur danatau penjamin hutang telah meninggal dunia dan tidak mempunyai ahli waris 4 Likuidator, dalam hal debitur adalah badan hukum yang telah dibubarkan 5 Pengadilan niaga atau kurator dalam hal debitur dinyatakan pailit b. Hasil pencairan di bawah sisa hutang sehingga tidak dapat melunasi sisa hutang dikarenakan barang jaminan mempunyai nilai jual yang rendah dan tidak mencukupi untuk membayar sisa hutang, maka PUPNDJPLN akan mengeluarkan surat keterangan tentang Piutang Negara Sementara Belum Dapat Ditagih PNSBDT. Universitas Sumatera Utara Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang ada maupun yang akan ada di kemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan. 94 Sesuai dengan hal tersebut, apabila barang jaminan tidak mencukupi untuk pelunasan hutang, maka dapat digunakan kekayaan lain yang dimiliki oleh debitur. Dalam Stbl 1832 No. 41 diatur mengenai kadaluarsa utang piutang yaitu praescriptio yang menyebabkan seseorang dibebaskan dari suatu kewajiban atau menyebabkan hak menuntut seseorang menjadi gugur. Namun dalam praktek perbankan hal ini kemungkinannya sangat kecil karena akibat dari lampau waktu tersebut merupakan kesalahan dari kreditur sebab telah sekian lama, tanpa sesuatu alasan yang sah, telah berdiam diri dan tidak mengajukan suatu gugatan sehingga tidak dapat dibuktikan lagi dalil yang menjadi dasar gugatan. Jadi lampau waktu yang berakibat terhadap suatu gugatan harus ditinjau dari kasus ke kasus dan harus selalu memperhatikan perkembangan masyarakat dimana kasus itu terjadi. 95 Seorang berhutang dinyatakan telah lalai memenuhi prestasinya bila berdasarkan suatu surat perintah atau akta sejenisnya dinyatakan demikian, kecuali jika perikatannya sendiri telah menetapkan bahwa si berhutang harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan. Surat perintah adalah pernyataan resmi dari juru sita pengadilan, sedangkan akta sejenis adalah peringatan tertulis. 96 94 Pasal 1131 KUH Perdata 95 Ibid, hlm.48 96 Pasal 1238 KUHPerdata Universitas Sumatera Utara Penyelesaian kredit macet dari bank swasta dilakukan dengan cara musyawarahnegosiasi untuk menyelamatkan dahulu kredit yang macet dengan cara restrukturisasi hutang kredit melalui penjualan kembali hutang, perpanjangan waktu kredit dan penambahan kredit. Cara lain dengan melalui somasi peringatan kepada debitur macet agar mau menyelesaikan hutang-hutangnya. Apabila seorang debitur sudah diperingatkan dan secara tegas ditagih janjinya, tetapi ia tetap tidak melaksanakan prestasinya, maka salah satu upaya hukum yang dapat ditempuh oleh kreditur untuk menuntut haknya adalah melakukan permohonan eksekusi melalui pengadilan bukannya melakukan gugatan. Permohonan ini dilakukan karena akta jaminan telah mempunyai kekuatan eksekutorial sehingga akta jaminan tersebut disamakan dengan putusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap incracht gewisde. Proses permohonan eksekusi jaminan yang dapat dilakukan oleh kreditur jika terjadi kredit macet adalah sebagai berikut: 97 1. Krediturbank mengajukan permohonan eksekusi kepada pengadilan negeri yang berwenang. 2. Dalam waktu beberapa hariminggu setelah diajukan permohonan tersebut maka diadakan sidang pengadilan yang dihadiri oleh pemohon kreditur dan termohon debitur. 3. Dalam sidang tersebut oleh hakim disampaikan teguran aanmaning kepada termohon, bahwa dalam waktu 8 delapan hari yang bersangkutan harus melaksanakan pembayaran lunas pinjaman beserta bungan ongkos- 97 Ibid. Universitas Sumatera Utara ongkos dan sebagainya, dan apabila tidak maka diadakan eksekusi atas jaminan kreditnya. 4. Apabila dalam 8 delapan hari tersebut termohondebitur tetap membandel, maka pemohonkreditur melanjutkan usahanya dengan mengajukan permohonan sita eksekusi ke Pengadilan Negeri. 5. Setelah menerima ketetapan sita eksekusi, maka juru sita Pengadilan Negeri mengadakan sita eksekusi atau barang-barang tidak bergerak yang menjadi jaminan tersebut. 6. Pemohonkreditur menerima berita acara eksekusi dari juru sita Pengadilan Negeri. 7. Kemudian pemohonkreditur mengajukan permohonan untuk melelang barang-barang jaminan tersebut dan menerima penetapan lelang. 8. Berdasarkan ketetapan lelang tersebut Pengadilan Negeri menghubungi kantor lelang negara untuk melaksanakan lelang. 9. Setelah ditetapkan harinya kemudian diadakan pengumuman lelang dalam surat kabar paling sedikit 2 dua kali dengan antara waktu 2 dua minggu yang biasanya diurus panitera Pengadilan Negeri yang bersangkutan. Pelaksanaan lelang tersebut biasanya ditetapkan oleh pengadilan berdasarkan informasi dari pihak kelurahan misalnya menyangkut harga tanah dan kantor Universitas Sumatera Utara pajak. Pengadilan dapat menentukan harga lelang minimal dalam pelaksanaan harga lelang tersebut. 98 Apabila harga lelang minimal tersebut tidak tercapai, maka lelang dibatalkan untuk dilaksanakan pada kesempatan berikutnya. Untuk lelang berikutnya tersebut, dikenakan biaya iklan, ongkos lelang dan lain sebagainya. Pada umumnya, di dalam perjanjian kredit sindikasi dituangkan klausula mengenai pembagian jaminan yang berisikan persetujuan diantara kreditur untuk membagi semua jumlah uang yang diperoleh dari hasil jaminan secara rata dan seimbang dengan jumlah-jumlah uang yang terhutang oleh debitur kepada masing-masing kreditur. Berdasarkan uraian di atas maka di dalam pelaksanaan kredit sindikasi, kreditur wajib menerapkan prinsip kehati-hatian. Peningkatan prinsip kehati- hatian oleh bank dalam menyalurkan kredit sindikasi mutlak diperlukan meskipun disadari bahwa persaingan bisnis perbankan di bidang penyaluran kredit sangat ketat. Bank harus tetap selektif, komitmen kredit yang diberikan hendaknya dapat dibiayai oleh sumber dana yang cukup, tanpa harus berlomba-lomba secara kurang wajar dalam menghimpun dana masyarakat. Karenanya bank seharusnya tidak hanya mengejar target pertumbuhan kredit yang tinggi, tetapi juga tetap memperhatikan pula dampaknya terhadap kesehatan bank. 98 Perlindungan Hukum Bagi Kreditur Beritikad Baik Dalam Eksekusi Grosse Akta Pengakuan Utang dalam http:lib.ui.ac.idfile?file=digital131148-T2027466- Perlindungan20hukum-Analisis.pdf diakses tanggal 22 Juli 2016 Universitas Sumatera Utara BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan