Pengawasan atas Pelaksanaan Prinsip Kehati-Hatian

2. Larangan pemberian kredit berdasarkan tujuan kredit Pemberian kredit kepada calon debitur tidak diperkenankan untuk tujuan berikut ini : a. Pembelian saham danatau pemilikan saham yang tidak dimaksudkan sebagai penyertaan. b. Usaha yang bersifat spekulatif. c. Pembiayaan pengadaan danatau pengolahan tanah bagi pengembang, larangan ini tidak berlaku untuk pengembang yang melakukan „pembangunan rumah sederhana.

D. Pengawasan atas Pelaksanaan Prinsip Kehati-Hatian

Berkenaan dengan aktivitas bank yang menganut prudent banking principal prinsip kehati-hatian ada suatu singgungan yuridis dimana di satu pihak sektor hukum menginginkan agar bank-bank dapat melakukan kegiatan secara prudent dengan cara menggunakan rambu-rambu hukum berupa “safe” dan “sound”. Akan tetapi, di lain pihak, banyak juga kegiatan yang sudah berada di pinggir- pinggir dari kegiatan suatu bank kegiatan marginal, tetapi kegiatan tersebut dapat memberikan keuntungan kepada bank tersebut. Sebagaimana telah disebutkan bahwa kegiatan-kegiatan marginal tersebut, seperti juga terhadap kegiatan-kegiatan bank lainnya mestilah diukur dengan rambu-rambu hukum sebagai berikut: 20 20 Ibid. Universitas Sumatera Utara 1. Kegiatan bank tersebut haruslah “safe”, maksudnya kegiatan-kegiatan yang bersangkutan haruslah tidak boleh membawa resiko yang substansial substansive risk kepada bank. Jadi, bank tidak boleh melakukan kegiatan misalnya yang bersifat sangat spekulatif, 2. Kegiatan bank tersebut haruslah “sound”, maksudnya adalah bahwa kegiatan bank tersebut haruslah layaknya digolongkan sebagai kegiatan suatu bank. Jadi, bank tidak boleh berbisnis yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan dunia perbankan. Pinjaman kredit yang telah disalurkan oleh bank kepada masyarakat dalam jumlah yang cukup besar dan tidak dibayarkan kembali kepada bank tepat pada waktunya sesuai dengan perjanjian kredit, maka akan berakibat kualitas kredit suatu bank digolongkan menjadi Non Performing Loan NPL dan jumlah kredit dengan NPL yang tinggi mengakibatkan terganggunya kesehatan suatu bank yang bersangkutan. Oleh karena itu, prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit dinilai akan menurunkan resiko terhadap kredit bermasalah non performing loanNPL. 21 Sebelum memberikan bantuan kredit kepada calon debitur, tanpa mengesampingkan prinsip-prinsip dalam perbankan, dalam pemberian kredit juga menekankan kembali peran prinsip kehati-hatian sebagai prinsip yang penting sebelum persetujuan kredit yang diajukan oleh calon debitur disetujui. Dalam praktik perbankan hal-hal yang dapat mendukung debitur dalam mendapatkan 21 Ibid. Universitas Sumatera Utara kredit adalah bagaimana cara calon debitur harus dapat meyakinkan calon krediturnya untuk mau memberikan pinjaman. 22 Sehubungan dengan pelaksanaan prinsip kehati-hatian, maka dalam memberikan kredit bank tidak sembarangan. Ada kriteria-kriteria tertentu yang harus dipenuhi debitur. Kriteria-kriteria itu ada lima, yang disebut dengan lima analisis kredit The Five C’s Of Credit Analysis. Kelima kriteria itu adalah sebagai berikut: 23 a. Watak character Watak debitur yang dinilai adalah kepribadian, moral dan kejujuran dalam mengajukan permohonan kredit, karena debitur yang berwatak buruk tidak dapat dipercaya, padahal syarat pemberian kredit yang utama adalah kepercayaan. b. Kemampuan capacity Kemampuan yang dinilai adalah kemampuan debitur dalam mengembalikan, memimpin dan menguasai bidang usahanya serta kemampuannya melihat prospek masa depan sehingga usaha permohonan yang dibiayai dengan kredit itu berjalan baik dan menguntungkan. c. Modal capital Sebelum mengajukan permohonan kredit kepada bank, pemohon diwajibkan telah memiliki modal sendiri dan bukan bergantung sepenuhnya 22 Ibid. 23 Levy Mariam Darus Badrulzaman. Perjanjian Kredit Bank, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1991, hlm. 56-59. Universitas Sumatera Utara kepada kredit bank. Di sini kredit dari bank hanya bersifat melengkapi dan bukan pokok. d. Kondisi ekonomi conditional of economic Kondisi ekonomi di sini adalah kondisi ekonomi pemohon untuk mengetahui apakah dengan kondisi ekonominya yang sekarang pemohon memiliki kesanggupan untuk mengembalikan pinjamannya. e. Jaminan collateral Jaminan disini berarti kekayaan yang dapat dikaitkan sebagai jaminan guna kepastian pelunasan dikemudian hari jika penerima kredit tidak melunasi hutangnya. Hal ini sejalan dengan pasal 8 Undang-Undang Perbankan nomor 10 Tahun 1998 yang menegaskan bahwa : ”Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas iktikad dan kemampuan serta kesanggupan Nasabah Debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan.” Persyaratan adanya jaminan untuk memberikan kredit tidak menjadi keharusan. Bank hanya diminta untuk meyakini berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad baik debitur dan kemampuan dari debitur. Ukuran itikad baik sifatnya kualitatif tidak mudah untuk mengukurnya, sedangkan kemampuan dapat dianalisa dari pendapatan debitur dalam berusaha atau pendapatan dari Universitas Sumatera Utara pekerjaannya seorang pemohon kredit. 24 Jaminan disini dapat berarti material maupun inmaterial. Apabila kita melihat ketentuan pasal 1131 KUHPerdata, Undang-Undang menentukan bahwa segala kebendaan si penghutang, baik yang bergerak maupun tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan. 25 Dari pasal 1131 KUHPerdata dapat kita simpulkan bahwa hak-hak tagihan seorang kreditur dijamin dengan : 26 1 semua barang yang sudah ada, artinya yang sudah ada pada saat hutang dibuat; 2 semua barang yang akan ada; disini berarti barang-barang yang pada saat pembuatan hutang belum menjadi kepunyaan debitur, tetapi kemudian menjadi miliiknya. Dengan perkataan lain hak kreditur meliputi barang barang yang akan menjadi milik debitur, asal kemudian benar-benar menjadi miliknya, 3 baik barang bergerak maupun tak bergerak. Hal ini menunjukan bahwa piutang kreditur menindih seluruh harta debitur tanpa terkecuali. Maka bank dalam memberikan kredit disamping jaminan kredit berupa keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad baik dan kemampuan debitur. Bank perlu meminta agunanjaminan tambahan yaitu 24 Sutarno. Aspek-Aspek Hukum Perkreditan pada Bank, Jakarta: CV.Alfabeta, 2003, hlm. 141. 25 H. Budi Untung.Kredit Perbankan di Indonesia, Yogyakarta: Andi Yogyakarta, 2000, hlm. 55. 26 J. Satrio, Hukum Jaminan, Hak-Hak Jaminan Kebendaan , Cetakan 4, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2002, hlm. 4-6. Universitas Sumatera Utara benda-benda bergerak atau benda tidak bergerak yang memiliki nilai dan dokumen yang jelas dan jaminan inmateriil. 27 Mengenai pentingnya suatu jaminan oleh kreditur bank atas suatu pemberian kredit tidak lain adalah karena jaminan merupakan salah satu upaya untuk mengantisipasi resiko yang mungkin timbul dalam tenggang waktu antara pelepasan dan pelunasan kredit. 28 Berdasarkan uraian tersebut, sebelum memberikan kredit, bank harus melakukan penilaian seksama, sehingga perlu untuk dilakukan penerapan prinsip kehati-hatian. Prinsip kehati-hatian merupakan salah satu asas penting yang wajib diterapkan atau dilaksanakan oleh bank dalam menjalankan kegiatan usahanya. Prinsip kehati-hatian bank berkewajiban untuk menyediakan informasi mengenai kemungkinan timbulnya resiko sehubungan dengan transaksi nasabah yang dilakukan bank. Ketentuan ini menunjukkan bahwa bank benar-benar memiliki tanggung jawab dengan nasabahnya. Tujuan dilakukannya penerapan prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit adalah agar bank selalu dalam keadaan sehat menjalankan usahanya dengan baik dan mematuhi ketentuan-ketentuan dan norma-norma hukum yang berlaku di dunia perbankan. 27 Sutarno, Op. Cit, hlm. 142. 28 H.Budi Untung, Op.Cit, hlm 57. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang