BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengaturan Kredit Sindikasi di Indonesia tunduk pada pengaturan Pasal 1 angka
12 Undang-Undang No.
7 Tahun
1992 tentang
Perbankan Undang-Undang Perbankan yang menyatakan bahwa, “kredit
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau
pembagian hasil keuntungan. ” Yaitu
hubungan kredit bank adalah hubungan kontraktual antara bank kreditur dengan nasabah debitur yang berbentuk
pinjam-meminjam
.
2. Pelaksanaan Kredit Sindikasi berkaitan dengan hak dan kewajiban para pihak. Debitur wajib mematuhi dan melaksanakan kesepakatan yang telah
diperjanjikan serta berhak mendapatkan fasilitas kredit dari kreditur. Kreditur wajib menyediakan dan memenuhi fasilitas kredit yang dibutuhkan debitur
serta berhak mendapatkan pemenuhan kewajiban dari debitur. Agen wajib untuk mengkoordinir dan melakukan monitoring pelaksanaan perjanjian kredit
Universitas Sumatera Utara
sindikasi dan berhak untuk mendapatkan biaya keagenan. Manajemen dan pengawasan dapat dilakukan secara bersamaan diantara para kreditur tentang
menangani kredit sindikasi. 3. Prinsip kehati - hatian prudential banking merupakan suatu hal yang sangat
penting diterapkan dalam pemberian kredit. Pihak bank yang berpedoman pada prinsip kehati-hatian dalam kredit sindikasi perlu melakukan analisis
yang cermat dan mendalam terhadap calon debitur atau yang disebut dengan lima analisis kredit
The Five C’s of Credit Analysis. Tujuan Bank melakukan kebijakan tersebut adalah menjamin kelancaran proses kredit tersebut dan
mencegah kredit bermasalah dengan melalui Kredit Sindikasi untuk memperoleh kredit dalam jumlah besar tanpa harus melanggar ketentuan
Batas Minimum Pemberian Kredit BMPK.
B. Saran