sindikasi dan berhak untuk mendapatkan biaya keagenan. Manajemen dan pengawasan dapat dilakukan secara bersamaan diantara para kreditur tentang
menangani kredit sindikasi. 3. Prinsip kehati - hatian prudential banking merupakan suatu hal yang sangat
penting diterapkan dalam pemberian kredit. Pihak bank yang berpedoman pada prinsip kehati-hatian dalam kredit sindikasi perlu melakukan analisis
yang cermat dan mendalam terhadap calon debitur atau yang disebut dengan lima analisis kredit
The Five C’s of Credit Analysis. Tujuan Bank melakukan kebijakan tersebut adalah menjamin kelancaran proses kredit tersebut dan
mencegah kredit bermasalah dengan melalui Kredit Sindikasi untuk memperoleh kredit dalam jumlah besar tanpa harus melanggar ketentuan
Batas Minimum Pemberian Kredit BMPK.
B. Saran
Adapun saran-saran yang dapat diberikan terkait dengan penulisan skripsi ini adalah:
1. Prinsip kehati-hatian prudential banking harus terus diterapkan dalam
kegiatan usaha perbankan di segala bidang, khususnya kredit, karena kredit merupakan kegiatan bank yang mengandung resiko. Kebijakan
– kebijakan yang diterapkan telah cukup melindungi bank itu sendiri dalam memberi
kredit, namun bank sebagai pemberi kredit sindikasi dalam melakukan kredit sindikasi harus tetap selektif menerima debitur kredit yaitu dengan
memperhatikan pemenuhan aspek hukumnya. Kebijakan – kebijakan yang
Universitas Sumatera Utara
sudah ada hendaknya dilakukan secara konsisten dalam pelaksanaannya. Analisa yang mendalam kepada calon debitur tidak menjamin ketiadaan
wanprestasi dari pihak debitur. Selalu ada kemungkinan untuk terjadi wanprestasi karena faktor yang tidak dapat diprediksi sebelumnya.
2. Penerapan prinsip kehati-hatian dalam pelaksanaan kredit sindikasi memerlukan adanya keseragaman dalam peraturan sehingga tidak ada
perbedaan penafsiran mengenai ketentuan yang dibuat. 3. Kewajiban kreditur debitur dalam kredit sindikasi sebaiknya diatur lebih
terperinci di dalam suatu klausula pasal tersendiri pada suatu Perjanjian Kredit Sindikasi, hal ini agar masing-masing kreditur dan debitur dapat memahami
kewajibannya sebagai participant dalam suatu kredit sindikasi. Sehingga diantara para kreditur dapat tercipta hubungan yang baik sampai jangka waktu
kredit sindikasinya berakhir.
Universitas Sumatera Utara
BAB II PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PEMBERIAN KREDIT
E. Latar Belakang dan Pengertian Prinsip Kehati-Hatian
Prinsip kehati-hatian Prudent Banking Principle adalah suatu asas atau prinsip yang menyatakan bahwa bank dalam menjalankan fungsi dan kegiatan
usahanya wajib bersikap hati-hati Prudent dalam rangka melindungi dana masyarakat yang dipercayakan padanya.
8
Istilah prudent sangat terkait dengan pengawasan dan manajemen Bank. Kata prudent itu sendiri secara harafiah dalam Bahasa Indonesia berarti kebijaksanaan,
Namun dalam dunia perbankan istilah itu digunakan untuk asas kehati-hatian.
9
Dalam rangka penyaluran kredit kepada perusahaan-perusahaan dan masyarakat untuk kepentingan pembiayaan, maka setiap bank diwajibkan untuk
melaksanakan prinsip kehati-hatian Prudential Banking Principles dalam menyalurkan kredit-kreditnya. Hal ini didasarkan karena resiko yang sangat tinggi
dalam melakukan pemberian kredit sebagai usaha utama bank. Selain itu kegagalan di bidang kredit dapat berakibat pada terpengaruhnya kesehatan dan
kelangsungan usaha bank itu sendiri. Penerapan prinsip kehati-hatian Prudential Banking Principles dalam seluruh kegiatan perbankan merupakan salah satu cara
8
Rachmadi Usman.Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001, hlm. 18.
9
Permadi Gandapradja, Dasar dan Prinsip Pengawasan Bank, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004, hlm. 21.
Universitas Sumatera Utara
untuk menciptakan perbankan yang sehat, yang pada gilirannya akan berdampak positif terhadap perekonomian secara makro.
10
Ketentuan prinsip kehati-hatian bank berkewajiban untuk menyediakan informasi mengenai kemungkinan timbulnya resiko keinginan sehubungan dengan
transaksi nasabah yang dilakukan bank, sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 29 ayat 4 Undang-Undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Perbankan Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan. Penyediaan informasi mengenai kemungkinan timbulnya resiko kerugian nasabah
dimaksudkan agar akses untuk memperoleh informasi perihal kegiatan usaha dan kondisi bank menjadi lebih terbuka yang sekaligus menjamin adanya transparansi
dalam dunia perbankan. Apabila informasi tersebut telah dilaksanakan maka bank dianggap telah melaksanakan ketentuan ini. Ketentuan ini juga menunjukkan
bahwa bank benar-benar memiliki tanggung jawab dengan nasabahnya. Hal ini sangat relevan dengan konsep hubungan antara bank dengan nasabahnya yang
bukan hanya sekedar hubungan antara debitur dengan kreditur melainkan juga hubungan kepercayaan dalam bertindak sebagai perantara dana dari nasabah
atau pembelianpenjualan surat berharga untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya.
11
Pasal 8 Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Perbankan Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan menyebutkan
bahwa sebelum memberikan kredit bank harus melakukan penilaian seksama,
10
Pengertian Prinsip Kehati-hatian dalam Pemberian Kredit Dalam Perbankan dan Pengaturannya di Indonesia dalam http:www.landasanteori.com201510pengertian-prinsip-
kehati-hatian-dalam.html diakses tanggal 20 Juli 2016
11
Penjelasan Pasal 29 ayat 4 Undang-Undang Perbankan
Universitas Sumatera Utara
mengingat sumber dana kredit yang disalurkan adalah bukan dana dari bank itu sendiri melainkan dana yang berasal dari masyarakat sehingga perlu untuk
dilakukan penerapan prinsip kehati-hatian melalui analisa yang mendalam, penyaluran yang tepat, pengawasan dan pemantauan yang baik, perjanjian yang
sah dan memenuhi syarat hukum, pengikatan jaminan yang kuat dan dokumentasi perkreditan yang teratur dan lengkap, semua itu bertujuan agar kredit yang
disalurkan tersebut dapat kembali tepat pada waktunya sesuai perjanjian kredit yang meliputi pinjaman pokok dan bunga.
12
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia pasal 25 ayat 1 mengatur mengenai wewenang Bank Indonesia untuk mengatur mengenai
prinsip kehati- hatian bagi usaha bank dengan menyatakan bahwa ”Dalam rangka
melaksanakan tugas mengatur bank, Bank Indonesia berwenang menetapkan ketentuan-ketentuan perbankan yang memuat prinsip kehati
– hatian.” Ketentuan-ketentuan perbankan yang memuat prinsip kehati-hatian
bertujuan untuk memberikan rambu-rambu bagi penyelenggaraan kegiatan usaha perbankan guna mewujudkan sistem perbankan yang sehat. Mengingat pentingnya
tujuan tersebut maka peraturan-peraturan mengenai prinsip kehati-hatian yang ditetapkan Bank Indonesia harus disesuaikan dengan standar internasional dan
harus didukung dengan sanksi – sanksi yang adil.
13
Oleh Undang-Undang Perbankan sama sekali tidak dijelaskan apa yang dimaksud dengan prinsip kehati-hatian, baik dalam bagian ketentuan maupun
dalam penjelasannya. Undang-Undang Perbankan hanya menyebutkan istilah dan
12
Ibid.
13
Penjelasan Pasal 25 ayat 1 Undang – Undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang BI
Universitas Sumatera Utara
ruang lingkupnya saja sebagaimana dijelaskan dalam pasal 8 dan pasal 29 Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 serta pasal 25 ayat 1 Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia di atas. Oleh karena itu, pengertian prinsip kehati-hatian berdasarkan penjelasan diatas jelas sekali bahwa
kewajiban melaksanakan prinsip kehati-hatian merupakan solusi terbaik dalam rangka menjaga dan mempertahankan eksistensi perbankan karena akan
menumbuhkan kepercayaan masyarakat kepada industri perbankan itu sendiri.
B. Pengaturan Prinsip Kehati-Hatian dalam Hukum Perbankan Indonesia