Periode Penelitian Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan September 2016 Populasi Kriteria inklusi

air yang kotor. Sekolah ini memiliki fasilitas yang memadai seperti toilet, terdapat juga keran air dekat ruangan kelas untuk mencuci tangan, sehingga siswa-siswi sebenarnya memiliki tempat untuk membuang air kecilbesar ataupun untuk menjaga kebersihan tangan mereka setelah selesai bermain. Tetapi fasilitas yang tersedia kurang dirawat dengan baik, keadaan ini terlihat dari ketidaktersediaannya air bersih di toilet, jamban yang kurang dirawat, serta kebersihan toilet yang kurang baik. Wastafel untuk mencuci juga tidak terkelola dengan baik sebab terdapat beberapa retakan dan keran yang terkadang tidak mengerluarkan air ketika dinyalakan. Tingkat pengetahuan dan sikap siswa-siswi yang masih minim mengenai pola hidup sehat dan bersih juga ikut mempengaruhi keadaan ini. Kesadaran diri sebagian besar para siswa-siswi mengenai kebersihan personal masih kurang. Masih banyak siswa-siswi yang kuku tangannya kotor dan panjang dengan pakaian yang terlihat kurang bersih, serta tidak memiliki kebiasaan untuk menjaga kebersihan seperti tidak mencuci tangan setelah bermain di tanah, dan memakan jajanan sembarangan tanpa mencuci tangan sebelum atau sesudahnya.

4.2.2. Periode Penelitian Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan September 2016

4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi dari kelas 1 sampai kelas 6 SDN 060839 kota Medan Tahun 2016. 4.3.2. Sampel Sampel yang diteliti adalah siswa kelas 1 sampai kelas 6. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan “Total Sampling”. 22 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.1 Distribusi Sampel Kelas Jumlah Siswa 1 25 2 31 3 29 4 22 5 27 6 24 Jumlah 158

4.3.3. Kriteria inklusi

a Bersedia berpartisipasi dalam penelitian. b Merupakan siswa kelas 1 sampai 6 di SDN 060839. c Siswa membawa sample tinja saat dilakukan penelitian. 4.3.4. Kriteria eksklusi a Responden menderita penyakit lain. b Responden pindah alamat saat penelitian berlangsung. c Responden tidak hadir saat penelitian berlangsung. 4.4. Metode Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini meliputi data primer. Data primer pada penelitian ini meliputi : A. Data Karakteristik Siswa Sekolah Dasar Nama, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, umur dikumpulkan secara langsung melalui teknik wawancara. B. Pengambilan sampel feses Dilakukan dengan memberikan pot feses, kantok plastik hitam, dan stik kepada siswa kemudian petugas lapangan menunjukkan cara pengambilannya, yaitu dengan menggunakan stik, kemudian dimasukkan kedalam pot, menutup pot, kemudian dimasukkan ke dalam plastik hitam untuk dibawah ke sekolah. Ukuran Feses yang dibutuhkan hanya sebesar sebutir kelereng atau dengan ukuran 2 cm x 1 cm . Pot feses diberi label atau identitas responden. Feses yang terkumpul dibawah ke. Laboratorium terpadu untuk diperiksa di Laboratorium. 23 Universitas Sumatera Utara C. Pemeriksaan Feses Pemeriksaan feses untuk mengetahui telur cacing secara mikroskopis adalah dengan menggunakan metode Kato Katz. Teknik Kato sering pula disebut dengan teknik sediaan tebal, karena teknik ini dibuat tidak menggunakan kaca penutup. Teknik ini hanya dapat diaplikasikan untuk spesimen feses yang memiliki konsistensi minimal lembek hingga agak keras. Apabila specimen berupa feses cair, teknik ini tidak tepat dijadikan pilihan. Kelebihan teknik Kato ini adalah dapat melakukan penghitungan jumlah telur cacing dari spesimen faeses yang diperiksa sehingga dapat diketahui derajat infeksi penderita. Prinsip dari pemeriksaan teknik Kato ini adalah melakukan pewarnaan dasar sediaan dengan pewarna malacheet green sehingga dasar sediaan akan berwarna kehijauan dan telur cacing yang tidak terwarnai akan tampak lebih jelas. Dengan demikian lebih mudah untuk diidentifikasi. Cara perlakuannya sebagai berikut : Ambil tinja dengan lidi sebesar kacang hijau, dan letakkan di atas gelas objek. Tutup dengan selofan yang sudah direndam dengan larutan kato, dan ratakan tinja dengan tutup botol karet atau glass object. Biarkan sediaan selama 20-30 menit. Diperiksa dengan mikroskop. Hasil pemeriksaan tinja berupa positif atau negative tiap jenis telur cacing. Kemudian dilakukan identifikasi jenis cacing untuk mengetahui jenis cacing yang terinfestasi dalam tubuh anak adalah dengan mengidentifikasi ciri-ciri telur cacing yang terdapat pada feses. Dalam pengamatan ini digunakan mikroskop dan beberapa sediaan seperti garam fisiologis, pewarna Eosin dan Lugol. D. Pemeriksaan Status Gizi Secara Antropometri Antropometri merupakan salah satu cara penilaian status gizi yang berhubungan dengan ukuran tubuh yang disesuaikan dengan umur dan tingkat gizi seseorang. Pada umumnya antropometri mengukur dimensi dan komposisi tubuh seseorang. 38 a Berat Badan 1. Subjek mengenakan pakaian biasa usahakan dengan pakaian yang minimal. Subjek tidak menggunakan alas kaki. Universitas Sumatera Utara 2. Dipastikan timbangan berada pada penunjukan skala dengan angka 0,0 3. Subjek berdiri di atas timbangan dengan berat yang tersebar merata pada kedua kaki dan posisi kepala dengan pandangan lurus ke depan. Diusahakan tetap tenang. 4. Dibaca berat badan pada tampilan dengan skala 0,1 kg terdekat. b Tinggi Badan 1. Subjek tidak mengenakan alas kaki. Subjek diposisikan tepat dibawah microtoice. 2. Kaki dirapatkan, lutut diluruskan. Tumit, pantat, dan bahu disentuhkan di dinding secara vertical. 3. Subjek dengan pandangan lurus ke depan, kepala diminta tidak perlu menyentuh dinding vertical. Tangan dilepas ke samping badan dengan telapak tangan menghadap paha. 4. Subjek diminta untuk menarik nafas panjang dan berdiri tegak tnpa mengangkat tumit untuk membantu menegakkan tulang belakang. Diusahakan badan tetap santai. 5. Ditarik microtoice hingga menyentuh ujung kepala, pegang secara horizontal. Pengukuran tinggi badan diambil pada saat menari nafas maksimum. Dengan mata pengukur sejajar dengan alat penunjuk angka untuk menghindari kesalahan penglihatan. Dicatat tinggi badan pada skala 0,1 cm terdekat.

4.5. Instrumen Penelitian