Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.2. Pembahasan

Pada penelitian yang telah dilakukan pada 128 sampel, didapatkan jumlah responden laki-laki memiliki persentase yang lebih sedikit yaitu 44,5 57 orang dibandingkan responden berjenis kelamin perempuan yang berjumlah 71 orang 55,5. Prevalensi infeksi Soil-Transmitted Helminths STH pada penelitian ini adalah sebesar 21,9 atau sebanyak 28 orang. Berdasarkan jenis spesies STH yang menginfeksi, telur cacing yang paling banyak ditemukan adalah telur Ascaris lumbricoides yang menginfeksi sebanyak 14 anak 50, telur Trichuris trichiura ditemukan pada 9 anak 32,1 dan telur Hookworm hanya ditemukan pada 5 anak 17,9. Dari seluruh responden yang positif terinfeksi STH, berdasarkan jenis kelamin, responden berjenis kelamin perempuan lebih banyak terinfeksi yaitu sebanyak 19 orang 67,9 dibandingkan dengan jumlah responden laki-laki yaitu sebanyak 9 orang 32,1. Prevalensi kecacingan pada penelitian ini jauh menurun bila dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan pada tahun 2015 yang mendapati prevalensi kecacingan sebesar 40,3. 44 Hal ini dapat disebabkan oleh perubahan perilaku dari masing-masing subjek yang semakin menyadari pentingnya menjaga higienitas personal. 27 Hasil identifikasi spesies STH yang terinfestasi dalam tubuh anak. Infestasi yang terjadi adalah infestasi tunggal antara Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, dan Hookworm. Pada penelitian ini ditemukan telur spesies STH yang paling banyak ditemukan adalah telur Ascaris lumbricoides 50, karena cacing ini paling sering mengifeksi dengan frekuensi 60 sampai 90, khususnya pada anak anak dan negara dengan iklim tropis dan subtropis khususnya negara-negara berkembang seperti Asia dan Afrika. 18 Telur Necator americanus dan Ancylostoma duodenale sulit untuk dibedakan, oleh karena itu jika ditemukan ciri- ciri telur tersebut dalam tinja, cukup disebut telur Hookworm. 22 Besar kemungkinan cacing tersebut menyerap zat gizi penting untuk pertumbuhan tinggi badan. Zat gizi yang erat kaitannya dengan pertumbuhan tinggi badan adalah energi, protein, kalsium, vitamin D, yodium, zat besi, zinc, 32 Universitas Sumatera Utara dan vitamin C. Satu ekor cacing dapat menghisap darah, karbohidrat dan protein dari tubuh manusia. Ascaris lumbricoides menghisap 0,14 gram karbohidrat 0,035 gram protein, sedangkan Trichuris trichiura menghisap 0,005 ml darah. 45 Hookworm spesies Necator americanus menghisap darah sebanyak 0,005 – 0,1 cc setiap harinya dan Ancylostoma duodenale menghisap 0,08 – 0,34 cc. 23 Dari total 128 responden, jumlah responden dengan status gizi kurang berjumlah sebanyak 16 orang 12,5. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Prevalensi Nasional, prevalensi kurang adalah 13,3 pada laki laki dan 10,9 pada perempuan. 46 Hal ini menunjukkan adanya perbaikan status gizi dari riset yang dilakukan pada tahun 2008. Sedangkan anak dengan status gizi normal lebih banyak yaitu 112 orang 87,5. Ini menandakan sudah banyak anak yang mendapat asupan gizi lebih baik, sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Pejaten, yaitu lebih banyak anak dengan status gizi tidak kurang dibandingkan anak dengan status gizi kurang. 47 Berdasarkan hasil yang didapat, anak dengan status infeksi positif dan menderita status gizi kurang adalah 4 anak 3,1, anak dengan status infeksi poisitf tetapi memiliki status gizi tidak kurang sebanyak 24 anak 18,8. Anak dengan status gizi kurang dan negatif infeksi adalah sebanyak 12 anak 9,4 dan anak dengan status gizi tidak kurang serta negatif infeksi adalah sebanyak 88 orang 68,8. Dari hasil pengolahan data menggunakan uji Chi-Square, diperoleh bahwa nilai p = 0,747 p 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara hubungan infeksi STH dengan status gizi. Hasil yang didapati pada penelitian ini sesuai dengan penelitian yang sebelumnya dilakukan Ahdal yang dilakukan di SD kota Makassar, dimana dia pun tidak mendapat adanya hubungan antara infeksi STH dengan status gizi p = ,707. 48 Walaupun ada teori yang menyebutkan bahwa infeksi STH dapat menyebabkan berbagai manifestasi klinis yang berakibat pada status gizi 18,19 , namun pada penelitian ini tidak ada hubungan yang signifikan antara dua variable yang diteliti p 0,05. 33 Universitas Sumatera Utara Secara ilmiah hal ini menurut klasifikasi intensitas infeksi dimana intensitas infeksi pada subjek penelitian masih tergolong ringan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang menyebutkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara infeksi STH dengan status gizi terutama pada infeksi ringan. 49 Dari beberapa literatur disebutkan bahwa intensitas kecacingan yang dapat berpengaruh terhadap status gizi adalah kecacingan derajat berat. 50 Meskipun demikian, belum dapat dikatakan pula bahwa infeksi cacing adalah penyebab terjadinya penurunan status gizi karena derajat endemisitas turut berperan secara tidak langsung pada status gizi. Tingkat pengaruh infeksi cacing terhadap status gizi tergantung pada berat ringannya infeksi, jenis cacing usus yang menginfeksi, serta tingkat endemik lingkungan tempat tinggal. 51 34 Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil dan pembahasan penelitian ini yang telah diuraikan sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kejadian infeksi Soil- Transmitted Helminthes dengan status gizi pada siswa-siswi SD Negeri 060839 Kelurahan Sei Agul Kecamatan Medan Barat, Kota Medan. 2. Dari seluruh responden yang telah diukur status gizinya, didapati 112 anak 87,5 yang tidak kurang dan 16 anak 12,5 yang kurang. Dari 28 anak 21,9 yang positif infeksi STH, 4 anak 3,1 menderita status gizi kurang dan anak dengan status gizi yang tidak kurang sebanyak 24 orang 18,8 3. Jumlah infeksi telur cacing yang positif adalah sebanyak 28 anak dengan presentase 21,9 sedangkan yang negatif infeksi telur cacing sebanyak 100 anak 78,1 4. Angka infeksi Ascaris lumbricoides paling tinggi,yaitu 50 14 orang, infeksi Trichuris trichiura sebanyak 32,1 9 orang dan Hookworm 17,9 5 orang

6.2. Saran

1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Medan, diharapkan dapat menerapkan berbagai upaya untuk menurunkan angka kecacingan pada anak-anak. Perlu dilakukan penyuluhan kepada masyarakat mengenai kecacingan agar pengetahuan dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mencegah terjadinya infeksi kecacingan, khususnya pada anak-anak, semakin meningkat. 2. Bagi Orangtua, diharapkan dapat berperan serta dalam mengurangi dan memberantas kejadian kecacingan dengan menerapkan dan mengajarkan 35 Universitas Sumatera Utara