Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Maanfaat Penelitian Penelitian Terdahulu

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: Apakah labelisasi halal berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian nugget merek So Good pada konsumen Muslim supermarket Hypermart Sun Plaza Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh labelisasi halal terhadap keputusan pembelian makanan olahan daging Nugget merek So Good.

1.4 Maanfaat Penelitian

Maanfaat yang didapat dari penelitian ini antara lain adalah: a. Bagi Perusahaan Sebagai informasi kepada pihak PT. Japfa Comfeed Indonesia sebagai produsen Nugget So Good mengenai salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian Nugget So Good b. Bagi Penulis Penelitian ini bermaanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai strategi pemasaran dan khususnya mengenai pemberian label atau Labeling Universitas Sumatera Utara c. Bagi Peneliti Lain Sebagai bahan informasi dan refrensi yang dapat dijadikan perbandingan dalam mengadakan penelitian pada bidang yang sama di waktu yang akan datang. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis

Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan. Produk yang ditawarkan bisa meliputi barang fisik tangible atau meliputi barang jasa intangible yang dapat memuaskan konsumennya Tjiptono, 2006:95. Pengertian ini dapat diperjelas dari gambar 2.1 berikut : Sumber : Strategi Pemasaran , Tjiptono1997:95 Gambar 2.1 Pengertian Produk Secara konseptual, produk adalah pemahaman subjektif dari produsen atas sesuatu yang ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan keinginan konsumen sesuai dengan kompetensi dan kapabilitas organisasi serta daya beli pasar. Selain itu, produk dapat pula didefinisikan Pencapaian Tujuan Oraganisasi Produsen Kompetensi Produk Pemenuhan Pasar Kapasitas daya beli Universitas Sumatera Utara sebagai persepsi konsumen yang dijabarkan oleh produsen melalui hasil produksinya. Secara lebih rinci, konsep produk total meliputi barang, kemasan, label, pelayananan dan jaminan Sumber : Strategi Pemasaran , Tjiptono2006:96 Gambar 2.2 Konsep Produk Total Dari konsep ini dapat ditarik kesimpulan bahwa label termasuk bagian pembentuk produk secara utuh.

2.1.1 Pengertian Label

Menurut Stanton dan William 2004:282 label adalah bagian sebuah produk yang membawa informasi verbal tentang produk atau tentang penjualnya. Sebuah label bisa merupakan bagian dari kemasan atau pula etiket tanda Produk Barang Kemasan Label Pelayanan Jaminan Kepuasan Pelanggan Universitas Sumatera Utara pengenal yang dicantumkan pada produk. Stanton dan J william 2004:282 membagi label kedalam tiga klasifikasi yaitu : a. Brand Label, yaitu merek yang diberikan pada produk atau dicantumkan pada kemasan b. Descriptive Label, yaitu label yang memberikan informasi objektif mengenai penggunaan, konstruksipembuatan, perhatianperawatan, dan kinerja produk, serta karakteristik-karakteristik lainnya yang berhubungan dengan produk. c. Grade Label, yaitu label yang mengidentifikasikan penilaian kualitas produk product’s judged quality dengan suatu huruf, angka, atau kata. Misal buah- buahan dalam kaleng diberi label kualitas A,B dan C Kotler 2008:276 menyatakan bahwa label memiliki 3 fungsi utama yaitu: a. Mengidentifikasikan produk atau merek b. Menentukan kelas produk c. Menjelaskan produk yaitu siapa pembuatnya, kapan, dimana, apa isinya.

2.1.2 Pengertian Halal

Pengertian Halal menurut Departemen Agama yang dimuat dalam KEPMENAG RI No 518 Tahun 2001 tentang Pemeriksaan dan Penetapan Pangan Halal adalah: “…tidak mengandung unsur atau bahan haram atau dilarang untuk dikonsumsi umat Islam, dan pengolahannya tidak bertentangan dengan syariat Islam.” Proses-proses yang menyertai dalam suatu produksi makanan atau minuman, agar termasuk dalam klasifikasi halal adalah proses yang sesuai dengan Universitas Sumatera Utara standard halal yang telah ditentukan oleh agama Islam. Diantara standar-standar itu www.halalmui.org adalah: a. Tidak mengandung babi atau produk-produk yang berasal dari babi serta tidak menggunakan alkohol dan produk-produk tidak halal lainnya sebagai ingridient yang sengaja ditambahkan. b. Daging yang digunakan berasal dari hewan halal yang disembelih menurut tata cara syariat Islam. c. Semua bentuk minuman yang tidak beralkohol. d. Semua tempat penyimpanan, tempat penjualan, pengolahan, tempat pengelolaan dan tempat transportasi tidak digunakan untuk babi atau barang tidak halal lainnya, tempat tersebut harus terlebih dahulu dibersihkan dengan tata cara yang diatur menurut syariat Islam

2.1.3 Labelisasi Halal

Sertifikasi halal dan labelisasi halal merupakan dua kegiatan yang berbeda tetapi mempunyai keterkaitan satu sama lain. Sertifikasi halal dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan pengujian secara sistematik untuk mengetahui apakah suatu barang yang diproduksi suatu perusahaan telah memenuhi ketentuan halal. Hasil dari kegiatan sertifikasi halal adalah diterbitkannya sertifikat halal apabila produk yang dimaksudkan telah memenuhi ketentuan sebagai produk halal. Sertifikasi halal dilakukan oleh lembaga yang mempunyai otoritas untuk melaksanakannya. Tujuan akhir dari Universitas Sumatera Utara sertifikasi halal adalah adanya pengakuan secara legal formal bahwa produk yang dikeluarkan telah memenuhi ketentuan halal. Sedangkan labelisasi halal adalah pencantuman tulisan atau pernyataan halal pada kemasan produk untuk menunjukkan bahwa produk yang dimaksud berstatus sebagai produk halal. Di Indonesia lembaga yang otoritatif melaksanakan Sertifikasi Halal adalah Majelis Ulama Indonesia MUI yang secara teknis ditangani oleh Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan, dan Kosmetika LPPOM. Sedangkan kegiatan labelisasi halal dikelola oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Badan POM. Dalam pelaksanaannya di Indonesia, kegiatan labelisasi halal telah diterapkan lebih dahulu sebelum sertifikasi halal. Di Indonesia peraturan yang bersifat teknis yang mengatur masalah pelabelan halal antara lain keputusan bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Agama RI No. 427Men.KesSKBMII1985 No.68 Tahun 1985 Tentang Pencantuman Tulisan Halal Pada Label Makanan. Pada peraturan ini disebutkan sebagai berikut. Pasal 2: Produsen yang mencantumkan tulisan halal pada labelpenandaan makanan produknya bertanggung jawab terhadap halalnya makanan tersebut bagi pemeluk agama Islam. Pasal 3: Produsen sebagaimana dimaksud pada pasal 2 keputusan bersama ini berkewajiban menyampaikan laporan kepada departemen Universitas Sumatera Utara kesehatan RI dengan mencantumkan keterangan tentang proses pengolahan dan komposisi bahan yang digunakan Pasal 4 ayat 1 Pengawasan preventif terhadap pelaksanaan ketentuan pasal 2 keputusan bersama ini dilakukan oleh Tim Penilaian Pendaftaran Makanan pada Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan. Berdasarkan peraturan tersebut izin pencantuman label didasarkan atas hasil laporan sepihak perusahaan kepada departemen kesehatan RI tentang proses pengolahan dan komposisi bahan, belum didasarkan atas sertifikasi halal. Adapun kegiatan sertifikasi halal di Indonesia baru dilakukan semenjak didirikan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia LPPOM-MUI tahun l989. Sedangkan ketentuan teknis tentang pelaksanaan labelisasi yang didasarkan atas hasil sertifikasi halal baru dikeluarkan tahun 1996 yaitu Keputusan Menteri Kesehatan RI No.: 82MenkesSKI1996 Tentang Pencantuman Tulisan Halal Pada Label Makanan yang direvisi dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.924Menkes SKVIII1996 tentang Perubahan atas Kepmenkes RI No. 82 MenkesSkI1996 tersebut. Pada Kepmenkes RI No. 82 MenkesSkI1996 yang telah direvisi ini disebutkan: Pasal 8: Produsen dan importir yang akan mengajukan permohonan pencantuman tulisan halal wajib siap diperiksa oleh petugas tim gabungan dari Majelis Ulama Indonesia dan Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal. Universitas Sumatera Utara Pasal 10: 1 Hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pasal 8 dari hasil pengujian laboratorium sebagaimana dimaksud pasal 9 dilakukan evaluasi oleh tim ahli Majelis Ulama Indonesia. 2 Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud ayat 1 disampaikan kepada Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia untuk memperoleh fatwa. 3 Fatwa Majelis Ulama Indonesia sebagaimana dimaksud ayat 2 berupa pemberian sertifikat halal bagi yang memenuhi syarat atau berupa penolakan. Pasal 11: Persetujuan pencantuman tulisan halal diberikan berdasarkan fatwa dari Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia. Pasal 12: 1 berdasarkan Fatwa dari Majelis Ulama Indonesia. Direktur Jenderal memberikan: a persetujuan bagi yang memperoleh sertifikat Halal, b penolakan bagi yang tidak memperoleh sertifikat halal. 2 penolakan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf b diberikan secara tertulis kepada pemohon disertai alasan penolakan. Pasal 17: Makanan yang telah mendapat persetujuan pencantuman tulisan Halal sebelum ditetapkannya keputusan ini, harus menyesuaikan dengan ketentuan dalam keputusan selambat-lambatnya 3 tiga bulan sejak tanggal ditetapkannya keputusan ini. Berdasarkan ketentuan di atas maka izin pencantuman label halal dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Depkes RI sekarang menjadi Badan Pengawas Obat dan MakananBadan POM berdasarkan sertifikat halal yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonsia MUI. Kegiatan sertifikasi halal secara operasional ditangani oleh LPPOM-MUI. Universitas Sumatera Utara Peraturan yang lebih tinggi yang menaungi atas ketentuan sertifikasi dan labelisasi halal antara lain UU RI Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan dan UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Pada pasal 34 1 UU No. 71996 tentang Pangan disebutkan: Setiap orang yang menyatakan dalam label atau iklan bahwa pangan yang diperdagangkan adalah sesuai dengan persyaratan agama atau kepercayaan tertentu bertanggung jawab atas kebenaran pernyataan berdasarkan persyaratan agama atau kepercayaan tersebut. Pada Penjelasan UU No. 71996 Pasal 34 1 disebutkan: Dalam ketentuan ini, benar tidaknya suatu pernyataan halal dalam label atau iklan tentang pangan tidak hanya dapat dibuktikan dari segi bahan baku pangan, bahan tambahan pangan, atau bahan bantu lain yang dipergunakan dalam memproduksi pangan, tetapi mencakup pula proses pembuatannya . Selanjutnya dalam UU No.81999 tentang Perlindungan Konsumen pasal 8 h disebutkan: Pelaku usaha dilarang memproduksi danatau memperdagangkan barang danatau jasa yang tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana pernyataan halal yang dicantumkan dalam label Dan dalam Pasal 62 1 disebutkan: Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8, dst ................................ dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun atau pidana denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,00- dua milyar rupiah. Universitas Sumatera Utara Perusahaan yang akan melakukan pelabelan halal secara legal harus melakukan sertifikasi halal. Hal ini untuk menghindari adanya pernyataan halal yang tidak valid. Suatu perusahaan yang membuat pernyataan halal secara tidak valid dapat dikenakan sanksi sesuai dengan pasal 62 ayat 1 UU No. 8 tahun 1999 karena termasuk sebagai pelanggaran terhadap pasal 8 h dari UU tersebut. Label Halal adalah label yang diberikan kepada produk-produk yang telah memenuhi kriteria halal menurut Agama Islam. Perusahaan-perusahaan yang mencantumkan produknya dengan label halal perusahaan tersebut telah melakukan proses halal pada produknya. Menurut Danu Jaya Wiguna 2003 Mengacu pada klasifikasi label yang diberikan oleh Stanton dan William 2004, maka label halal termasuk dalam klasifikasi Descriptive Label yaitu label yang menginformasikan tentang: 1. Konstruksi atau pembuatan; 2. Ingredient atau bahan baku, dan; 3. Efek yang ditimbulkan Yang sesuai dengan standar dan kriteria halal yang telah ditetapkan di Indonesia.

2.1.4 Perilaku Konsumen

Semakin meningkatnya persaingan bisnis mendorong produsen untuk lebih berorientasi pada konsumen atau pelanggan. Untuk mendukung upaya tersebut diperlukan pengetahuan mengenai konsumen terutama mengenai Universitas Sumatera Utara perilakunya. Perilaku konsumen di definisikan sebagai tindak-tindakan individu secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang- barang jasa ekonomi termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut Engel F. James, 2005 The American Marketing mendefinisikan perilaku konsumen sebagai interaksi dinamis antara afeksi dan kognisi, perilaku dan lingkungannya di mana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup mereka. Setiadi, 2003:3 Dalam definisi tersebut terdapat 3 tiga ide penting, yaitu: 1. Perilaku konsumen adalah dinamis 2. Hal tersebut melibatkan interaksi antara afeksi dan kognisi, perilaku dan kejadian sekitar 3. Hal tersebut melibatkan pertukaran Perilaku konsumen adalah dinamis, berarti bahwa perilaku seorang konsumen, grup konsumen ataupun masyarakat luas selalu berubah sepanjang waktu. Dalam hal pengembangan startegi pemasaran, sifat dinamis perilaku konsumen menyiratkan bahwa seseorang tidak boleh berharap bahwa suatu strategi pemasaran yang sama dapat memberikan hasil yang sama sepanjang waktu dalam berbagai pasar dan industri. Perilaku konsumen melibatkan pertukaran merupakan hal terakhir yang ditekankan dalam perilaku konsumen yaitu pertukaran antar individu. Schiffman dan Kanuk mendefinisikan perilaku konsumen sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, Universitas Sumatera Utara mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka. Sumarwan, 2003: 25 Sementara Engel, Blackwell dan Miniard mendefinisikan perilaku konsumen sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini. Sumarwan, 2003: 25 David L.London dan Albert J.Della Bitta mendefinisikan perilaku konsumen sebagai proses pengambilan keputusan dan aktivitas individu secara fisik yang dilibatkan dalam proses mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau dapat mempergunakan barang-barang dan jasa Mangkunegara, 2003:3.

2.1.5 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian Konsumen

Perilaku merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan seseorang dalam reaksi terhadap rangsangan atau stimulus. Rangsangan tersebut bisa datang dari luar dirinya maupun dari dalam dirinya. Menurut Kotler dan Keller 2006:214 faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku adalah sebagai berikut: 1. Faktor Budaya Faktor-faktor budaya mempunyai pengaruh yang paling besar dalam perilaku konsumen. Faktor ini dibagi menjadi budaya, sub budaya dan kelas sosial. a. Budaya adalah yang paling utama dan paling fundamental dari keinginan dan perilaku seseorang. Seseorang akan mendapatkan nilai, persepsi, preferensi dan perilaku melalui keluarga dan lembaga-lembaga lainnya. Universitas Sumatera Utara Seseorang yang berasal dari Negara maju pasti akan mendapatkan nilai- nilai seperti kemajuan, materi, individualisme dan kebebasan diri. b. Sub budaya. Setiap budaya terdiri dari sub-sub budaya yang lebih kecil memberikan identifikasi dan sosialisasi anggotanya yang lebih spesifik. Sub budaya mencakup kebangsaan, agama, kelompok, ras daerah geografis. Banyak sub budaya membentuk segmen pasar yang penting dan para pemasar sering merancang produk dan program yang pemasarannya khusus dibuat untuk kebutuhan mereka. c. Kelas sosial adalah pembagian masyarakat yang relatif homogen dan permanen yang tersusun secara hierarkis dan yang anggotanya menganut nilai-nilai, minat dan perilaku yang serupa. Jadi, menurut definisi di atas kelas sosial adalah kelompok yang beranggotakan orang-orang yang memiliki keterkaitan dan tingkah laku. 2. Faktor sosial Menurut Kotler dan Keller 2006:167 Perilaku seorang konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status sosial. a. Kelompok acuan Kelompok acuan seseorang terdiri semua kelompok memiliki pengaruh langsung tatap muka atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. Universitas Sumatera Utara b. Keluarga Anggota keluarga merupakan kelompok primer yang paling berpengaruh. Orientasi kelompok terdiri dari orang tua seorang individu. Dari orang tua seseorang memperoleh suatu orientasi terhadap agama, politik dan ekonomi. Pengaruh yang lebih langsung terhadap perilaku pembelian sehari hari adalah keluarga dan seorang individu yakni pasangan dan anak-anaknya. Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat. Pemasar tertarik dengan peran dan pengaruh relatif dari seorang suami, istri dan anak-anak dalam pembelian berbagai produk dan jasa. Peran dan pengaruh ini akan tempat bervariasi di Negara-negara dan kelas sosial yang berbeda-beda. c. Peran dan status sosial Seseorang berpartisipasi dalam banyak kelompok sepanjang hidupnya, misalnya keluarga, klub dan organisasi. Posisi orang tersebut dalam setiap kelompok dapat didefinisikan dalam istilah peran dan status. 3. Faktor pribadi Menurut Kotler dan Keller, 2006:171. Keputusan seseorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi, yaitu usia pembeli dan tahap siklus, pekerjaan, keadaan ekonomis, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep pribadi membeli. Universitas Sumatera Utara a. Usia dan tahap siklus hidup Orang-orang membeli barang dan jasa yang berbeda sepanjang hidupnya. Konsumsi juga dipengaruhi oleh tahap-tahap dalam siklus hidup keluarga b. Pekerjaan Pekerjaan seseorang juga mempengaruhi pola konsumsinya. Para pemasar berusaha untuk mengidentifikasikan kelompok pekerjaan yang mempunyai minat lebih dari rata-rata pada produk dan jasa mereka. c. Keadaan ekonomi Pilihan produk sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi seseorang, keadaan ekonomi meliputi pendapatan yang dapat dibelanjakan tingkat pendapatan, stabilitas dan pola waktunya, tabungan dan kekayaan, hutang, kekuatan untuk meminjam, dan pendirian terhadap belanja dan menabung. Para pemasar produk yang peka terhadap pendapatan terus memberikan perhatian pada pendapatan pribadi, tabungan dan suku bunga. Jika indikator ekonomi menunjukan suatu resensi, para pemasar dapat mengambil langkah-langkah untuk merancang ulang, merencanakan penempatan ulang, dan menetapkan kembali harga produk mereka. d. Gaya hidup Menurut Kotler dan keller 2006:173: “Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia dan diekspresikan dalam aktivitas, minat dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan dari seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya.” Dari pendapat tersebut diatas gaya Universitas Sumatera Utara hidup seseorang ditunjukan lewat aktivitas dan minat dari orang tersebut yang berhubungan dengan lingkungannya. e. Kepribadian dan konsep pribadi Menurut Kotler dan Keller 2006:172, kepribadian adalah: “ Yang dimaksud kepribadian adalah karakteristik psikologis seseorang yang berbeda dengan orang lain yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungannya.” Kepribadian biasanya dijelaskan dengan ciri-ciri bawaan seperti kepercayaan diri, dominasi, otonomi, perbedaan, kondisi sosial, keadaan pembelian diri, dan kemampuan beradaptasi. Kepribadian dapat menjadi variabel yang berguna dalam menganalisa perilaku konsumen bila tipe-tipe kepribadian dapat dikelompokan dan terdapat korelasi yang kuat antara tipe kepribadian tertentu dengan pilihan produk atau merek. 4. Faktor psikologis Keputusan pembelian dipengaruhi oleh empat faktor psikologis utama yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan, serta kepercayaan dan pendirian. a. Motivasi Seseorang mempunyai banyak kebutuhan pada setiap waktu tertentu. Sebagian kebutuhan bersifat biogenis. Kebutuhan yang demikian berasal dari tekanan biologis seperti lapar, haus, tidak nyaman, dan lainya. Kebutuhan yang lain bersifat psikologis. Kebutuhan yang demikian berasal dari keadaan psikologis seperti kebutuhan akan pengakuan, penghargaan atau rasa kepemilikan. Universitas Sumatera Utara b. Persepsi Persepsi adalah proses yang digunakan oleh seorang individu, untuk memilih, mengorganisasi dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. c. Pembelajaran Pembelajaran meliputi perubahan perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. Sebagian besar perilaku manusia adalah hasil dari belajar. Pembelajaran dihasilkan melalui perpaduan kerja antara dorongan, rangsangan, petunjuk bertindak, tanggapan, dan penguatan. Sumber : Prinsip – prinsip Pemasaran Kotler 2008:160 Gambar 2.3 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian Konsumen Budaya Sub Budaya Kelas Sosial SOSIAL Kelompok Acuan Keluarga Peran dan Status KEPRIBADIAN Usia dan Tahap Siklus Hidup Pekerjaan Keadaan Ekonomi Gaya hidup Kepribadian dan Konsep Diri KEJIWAAN Motivasi Persepsi Pengetahuan Keyakinan dan pendirinan BUDAYA Universitas Sumatera Utara

2.1.6 Proses Keputusan Pembelian Konsumen

Konsumen harus melalui lima urutan tahap dalam proses pembelian sebuah produk, dapat dilihat dalam Gambar 2.3, namun urutan ini tidak berlaku, terutama atas pembelian dengan keterlibatan rendah. Proses-proses tersebut adalah Kotler dan Keller, 2006:181-189 Sumber: Kotler dan Keller, 2006:181, Marketing Management 12 Edition Prentice Hall Gambar 2.4 Proses keputusan pembelian 1. Pengenalan Masalah Problem Recognition Merupakan tahapan dimana pembeli mengenali masalah atau kebutuhannya. Pembeli merasakan perbedaan antara keadaan aktualnya dengan keadaan yang diinginkannya. Kebutuhan tersebut dapat dipicu oleh rangsangan Pengenalan Masalah problem recognition Pencarian Informasi Information Search Evaluasi Alternatif Alternatives Evalution Keputusan Pembelian Purchase Decision Perilaku Pasca Pembelian Post-purchase Behaviour Universitas Sumatera Utara internal seperti lapar dan haus yang bila mencapai titik tertentu akan menjadi sebuah dorongan dan rangsangan eksternal. Misalnya ketika melewati toko kue yang merangsang rasa laparnya. 2. Pencarian Informasi Information Search Merupakan tahapan dimana konsumen berusaha mencari informasi lebih banyak tentang hal-hal yang telah dikenal sebagai kebutuhannya. Konsumen memperoleh informasi dari sumber-sumber: 1. Pribadi: keluarga, teman, tetangga, kenalan. 2. Komersial: iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, pajangan ditoko. 3. Publik: media masa, organisasi penentu peringkat konsumen. 4. Sumber pengalaman: pengkajian dan pemakaian produk. 3. Evaluasi Alternatif Alternatives Evalution Merupakan tahapan dimana konsumen memperoleh informasi tentang suatu objek dan membuat penilaian akhir. Pada tahap ini konsumen menyempitkan pilihan hingga alternatif yang dipilih berdasarkan besarnya kesesuaian antara manfaat yang diinginkan dengan yang bisa diberikan oleh pilihan produk yang tersedia. 4. Keputusan Pembelian Purchase Decision Merupakan tahap dimana konsumen telah memiliki pilihan dan siap melakukan transaksi pembelian atau pertukaran antara uang atau janji untuk membayar dengan hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang dan jasa. 5. Perilaku pasca pembelian Post-Purchase Behaviour Universitas Sumatera Utara Merupakan tahap dimana konsumen melakukan proses evaluasi setelah mempelajari dan mengetahui lebih dalam tentang produk yang dibeli. Tiga kemungkinan hasil evaluasi pasca pembelian : kepuasan, ketidakpuasan, dan pertentangan. Indikator adanya kepuasan atau ketidak puasan konsumen dapat dilihat dari tingkat pembelian ulang terhadap produk perusahaan

2.1.7 Klasifikasi Peran Pembelian

Seseorang yang melakukan suatu transaksi pembelian suatu produk atau jasa bisa jadi transaksinya bukan hanya ditujukan untuk dirinya pribadi. Seorang ibu pergi berbelanja ke pasar tidak hanya membeli barang atau jasa untuk kebutuhan pribadinya saja, tetapi juga untuk anggota keluarganya. Pada saat yang bersamaan seseorang dapat memerankan berbagai peran yang dapat dilakukannya pada suatu proses pembelian. Peran pembelian yang dapat dilakukan seorang individu dapat terbagi menjadi lima peran Kotler 2000:168 yaitu: 1. Pencetus initiator Seseorang yang pertama kali mengusulkan gagasan untuk membeli produk atau jasa. 2. Pemberi Pengaruh influencer Individu yang memberikan saran atau pengaruh baik langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi proses keputusan pembelian baik melalui tindakan atau ucapannya. Universitas Sumatera Utara 3. Pengambilan Keputusan decision maker Seseorang yang memutuskan setiap komponen dari suatu keputusan pembelian, apakah akan membeli, tidak membeli, bagaimana membelinya, kapan, dan dimana akan membeli. 4. Pembeli buyer Adalah individu yang secara langsung melakukan transaksi pembelian yang sesungguhnya. 5. Pemakai user Adalah orang yang paling langsung terlibat dalam mengkonsumsi atau menggunakan produk atau jasa yang telah dibeli.

2.2 Penelitian Terdahulu

Wibisono 2007 melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Antara Persepsi Konsumen Muslim Terhadap Labelisasi Halal Makanan Kaleng Dengan Pengambilan Keputusan Pembelian Pada Konsumen Muslim di Surabaya”. Penelitian bertujuan untuk meneliti hubungan antara persepsi konsumen muslim terhadap labelisasi halal makanan kaleng dengan pengambilan keputusan pembelian konsumen Muslim di Surabaya. Diduga terdapat hubungan antara persepsi konsumen muslim terhadap labelisasi halal makanan kaleng dengan pengambilan keputusan pembelian konsumen muslim di Surabaya. Hasil korelasi kedua variabel menunjukkan hubungan yang positif sebesar 0,191 dengan signifikansi 0,000, dengan demikian hipotesis kerja yang menyatakan bahwa ada hubungan antara persepsi konsumen muslim terhadap labelisasi halal makanan Universitas Sumatera Utara kaleng dengan pengambilan keputusan pembelian konsumen muslim di Surabaya dapat diterima. Supriadi 2005 melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Kebijakan Labelisasi Halal Terhadap Hasil Penjualan Produk Industri Makanan dan Dampaknya Pada Ketahanan Perusahaan”. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis bagaimana bentuk kebijakan pemerintah tentang labelisasi halal terhadap produk industri makanan di Indonesia, selain itu juga untuk melihat berapa besar pengaruh kebijakan labelisasi halal, kualitas produksi makanan, dan harga produksi makanan terhadap hasil penjualan produk industri makanan, serta untuk mengestimasi berapa besar dampak labelisasi halal pada industri makanan terhadap ketahanan perusahaan. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik kualitatif dan metode kuantitatif. Hasil penelitiannya adalah kebijakan labelisasi halal yang digunakan oleh industri produk makanan berpengaruh secara signifikan terhadap hasil penjualan produk industri makanan di Indonesia pada saat ini dengan R 2 sebesar 0,836 yaitu mempengaruhi sebesar 83,6.

2.3 Kerangka Konseptual

Dokumen yang terkait

Pengaruh Display Produk Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Gaudi Boutique Sun Plaza Medan

7 188 66

Pengaruh Labelisasi Halal dan Keamanan Produk Terhadap Keputusan Pembelian Makanan Olahan Sosis So Nice pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah

5 37 105

PENGARUH LABELISASI HALAL DAN HARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN Pengaruh Labelisasi Halal Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Produk Indomie.

0 4 22

PENGARUH LABELISASI HALAL DAN HARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN Pengaruh Labelisasi Halal Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Produk Indomie.

1 3 14

Pengaruh Labelisasi Halal dan Keamanan Produk Terhadap Keputusan Pembelian Makanan Olahan Sosis So Nice pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah

0 0 9

Pengaruh Labelisasi Halal dan Keamanan Produk Terhadap Keputusan Pembelian Makanan Olahan Sosis So Nice pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah

0 0 2

Pengaruh Labelisasi Halal dan Keamanan Produk Terhadap Keputusan Pembelian Makanan Olahan Sosis So Nice pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah

0 0 10

Pengaruh Labelisasi Halal dan Keamanan Produk Terhadap Keputusan Pembelian Makanan Olahan Sosis So Nice pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah

2 2 21

Pengaruh Labelisasi Halal dan Keamanan Produk Terhadap Keputusan Pembelian Makanan Olahan Sosis So Nice pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah

1 1 2

Pengaruh Labelisasi Halal dan Keamanan Produk Terhadap Keputusan Pembelian Makanan Olahan Sosis So Nice pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah

0 1 25