Wewenang Dan Pembentukan Peraturan Daerah 1. Kewenangan membentuk peraturan daerah

Kesesuaian filosofis menggambakan bahwa perundang-undangan dibuat dalam rangka mewujudkan, melaksanakan atau memelihara cita hukumrechtsidee yang menjadi patokan hidup bermasyarakat. 3. Peraturan perundang-undangan tersebut dapat dilaksanakanapplicable dan menjamin kepastian. Suatu peraturan perundang-undangan harus memperhitungkan daya dukung baik lingkungan pemerintahan yang akan melaksanakan maupun masyarakt tempat peraturan perundang-undangan Prof. Van der Vlies menyebutkan, untuk membuat peraturan perundang- undangan yang baik harus ada dua asas yaitu asas formal dan asas material. Asas formal mencakup: asas tujuan yang jelas, asas organ lembaga yang tepat, asas perlunya peraturan, asas dapat dilaksanakan dan asas konsensus. Sedangkan asas material mencakup: asas terminologi dan sistematika yang benar, asas dapat dikenali, asas perlakuan yang sama dalam hukum sesuai dengan keadaan individual.

1.5.4.3 Wewenang Dan Pembentukan Peraturan Daerah 1. Kewenangan membentuk peraturan daerah

Peraturan daerah merupakan peraturan perundang-undangan. Peraturan daerah itu semacam undang-undang, karena itu kewenangan pembentuknya mengikuti kewenangan pembentukan undang-undang. Universitas Sumatera Utara Peraturan daerah ditetapkan oleh kepala daerah dengan persetujuan Dewan perwakilan rakyat Daerah. Telah dikemukakan pula,dalam penjelasan umum undang-undang no 32 tahun 2004 disebutkan bahwa kewenangan yang ada pada kepala daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah mengandung pengertian bahwa pembentukan peraturan daerah dapat dilakukan bersama- sama.

2. Prakarsa pembentukan peraturan daerah

22

A. Prakarsa Kepala Daerah

telah dikemukakan bahwa kepala daerah mempunyai hak prakarsa menyusun rancangan peraturan daerah untuk disetujui dewan perwakilan rakyat daerah. Pasal 140 uu no 32 tahun 2004 menyebutkan, ayat 1 rancangan perda dapat berasal dari DPRD, Gubernur, atau bupati walikota dan pasal 141 ayat 1 rancangan perda disampaikan oleh anggota, komisi, gabungan komisi atau alat kelengkapan DPRD yang khusus menangani bidang legislasi, dengan mekanisme sebagai berikut: 1. Konsep rancangan peraturan daerah disusun oleh dinas biro unit kerja yang berkaitan dengan materi muatan yang akan diatur. Sebelum penyusunan dilakukan, dinas, biro, unit kerja bersangkutan memberitahukan kepada biro hukum atau bagian hukum. Penyusunan konsep oleh dinas biro unit kerja tidak berarti selalu oleh satu dinas biro 22 H Abdul Latief...op. cit hal 60-68 Universitas Sumatera Utara unit. Penyusunan itu dapat juga dilakukan bersam-sama dinas, biro, unit kerja lain. Penyusunan bersama ini harus dimungkinkan karena ada kemungkinan bahkan hampir selalu materi muatan suatu peraturan daerah berkaitan dengan tugas berbagai dinas, iro dan sebagainya. Bahkan ada baiknya ditradisikan penyusunan oleh sebuah tim seperti Tim Abtar Departemen atau penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah. Tim tersebut dapat mengikutsertakan pihak-pihak diluar pemerintah daerah yang bersangkutan seperti ahli-ahli dari Universitas, badan peradilan, kejaksaan, kepolisian, perbankan dan lain-lain instansi yang dipandang dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk melahirkan suatu peraturan daerah yang baik. 2. Konsep yang telah disusun dinas, biro, unit kerja tersebut disampaikan kepada biro hukum atau bagian hukum untuk pemeriksaan teknis seperti kesesuaian dengan peraturan perundang-undangan lain, kesesuaian dengan kebijaksanaan umum pemerintahan pusat atau daerah bersangkutan dan kebakuan format sesuai dengan pedoman yang berlaku. 3. Biro hukum atau bagian hukum akan mengundang dinas, biro, unit kerja yang akan menyusun konsep dan unit-unit kerja lain untuk ikut menyempurnakan konsep tersebut. Apabila sejak penyusunan konsep, unit-unit kerja lain diikutsertakan, maka pembahasan bersama akan dipermudah bahkan mungkin ditiadakan. Dengan mengikutsertakan berbagai unit dalam penysusunan konsep, maka pembahasan bersama atas konsep mungkin hanya diperlukan apabila biro hukum atau bagian hukum Universitas Sumatera Utara setelah melakukan pemeriksaan menemukan hal-hal yang memerlukan perubahan-perubahan terutama perubahan substansi atau materi 4. Biro hukum atau bagian hukum menyusun penyempurnaankonsep final untuk diteruskan kepada kepala daerah mengadakan mengadakan pemeriksaan dibantu sekwilda 5. Konsep rancangan peraturan daerah yang telah disetujui kepala daerah berubah menjadi rnacangan peraturan daerah. 6. Rancangan peraturan daerah disampaikan kepala daerah kepada ketua dewan perwakilan rakyat daerah disertai nota pengantar untuk memperoleh persetujuan dewan.

B. Prakarsa Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Tata cara penyusunan rancangan peraturan daerah oleh dewan perwakilan rakyat daerah diatur dalam peraturan daerah dalam tata tertib dewan. Karena itu, “ada kemungkinan perbedaan antara peraturan daerah yang satu dengan daerah yang lain. Meskipun demikian kemungkinan, kemungkinan pernedaan tersebut kecil sekali, karena peraturan daerah disusun berdasarkan PP no. 25 tahun 2004 tentang pedoman penyusunan tatib DPRD yang menggantikan surat keputusan Menteri Dalam Negeri No 4 I 25-138 tahun 1978. Tata cara penyusunan rancangan peraturan daerah menuntut peraturan tata tertib dewan perwakilan rakyat daerah: Universitas Sumatera Utara 1. Usul prakarsa dapat diajukan oleh sekurang-kurangnya lima orang anggota yang tidak hanya terdiri dari satu fraksi 2. Usul prakarsa dalam bentuk rancangan peraturan daerah tersebut disampaikan kepada pimpinan dewan perwakilan rakyat daerah Pimpinan dewan perwakilan rakyat daerah membawa rancangan peraturan daerah tersebut ke dalam sidang paripurna dewan perwakilan rakyat daerah setelah mendapat pertimbangan panitia musyawarah. Para pengusul diberi kesempatan untuk memberi penjelasan. 3. Pembahasan usul prakarsa dalam sidang-sidang dewan perwakilan rakyat daerah dilakukan oleh anggota dan kepala daerah 4. Tingkat-tingkat pembicaraan dilakukan sesuai dengan tata cara pembahasan rancangan peraturan daerah atas prakarsa kepala daerah Ada yang menarik dalam tata cara tersebut di atas yaitu keikutsertaan kepala daerah membahas usul prakarsa anggota tersebut. Menurut cara-cara yang standar, keikutsertaan kepala daerah semestinya setelah usul prakarsa tersebut menjadi usul dewan perwakilan rakyat daerah. Kepala daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah tidak membahas usul prakarsa tetapi rancangan peraturan daerah yang telah diterima sebagai prakarsa dewan. Diakui, keikutsertaan kepala daerah terhadap usul prakarsa akan mempersingkat proses. Apabila kepala daerah tidak menyetujui seluruh atau sebagian usul prakarasa, dapat segera dimusyawarahkan sebelum menjadi rancangan peraturan daerah atas prakarsa dewan perwakilan rakyat daerah. Dewan perwakilan rakyat daerah dapat menerima atau menolak usul prakarsa Universitas Sumatera Utara tersebut. Dalam hal ditolak, maka tidak lahir rancangan peraturan daerah dan tidak diperlukan pembahasan lebih lanjut bersama kepala daerah.

C. Pembahasan rancangan peraturan daerah di dewan perwakilan rakyat daerah

Ketentuan pasal 40 ayat 11-14 UU no. 10 tahun 2004 pembahasan rancangan peraturan daerah di dewan perwakilan rakyat daerah dibagi-bagi ke dalam empat tahap pembicaraan. Tahap-tahap ini sama engan tingkat pembicaraan rancangan .undang-undang di DPR 1. Pembicaraan Tahap I sidang paripurna Bagi rancangan peraturan daerah yang berasal dari kepala daerah, maka kepala daerah menyampaikan penjelasan mengenai rancangan peraturan daerah. Ini semacam keterangan pemerintah pada pembahasan rancangan undang-undang. Dalam hal rancangan peraturan daerah berasal dari prakarsa dewan perwakilan rakyat daerah penjelasan disampaikan oleh pimpinan rapat gabungan komisi atau pimpinan panitia khusus. 2. Pembicaraan tahap II sidang paripurna Pembicaraan tahap II meliputi pemandangan umum anggotafraksi. Seperti halnya pada rancangan undang-undang, epmandangan umum diwakili oleh fraksi. Tidak pernah anggota menyampaikan pemandangan umum seacara individual. praktik semacam ini ada kebaikan dan ada kekurangannya. Universitas Sumatera Utara Dalam hal rancangan peraturan daerah berasal dari dewan perwakilan rakyat daerah , maka pembicaraan tahap II akan mendengarkan pendapat kepala daerah dan jawaban pimpinan komisi atau pimpinan rapat gabungan komisi atau pimpinan kusus atas pendapat kepala daerah. 3. Pembicaraan tahap III Merupakan rapat-rapat komisi, atau gabungan komisi atau panitia khusus yang disertai pejabateksekutif yang ditunjuk kepala daerah. Pembicaraan tahap III ini dimaksudkan untuk menemukan kesepakatan baik materi maupun rumusan-rumusannya. Dalam praktik, baik pembahasan rancangan peraturan daerah, pembicaraan tahap Tingkat ketiga inilah yang secara riil membuat undang-undang atau peraturan daerah. Pada pembicaraan tahap ketiga, wakil- wakil fraksi dan pemerintah atau yang mewakili kepala daerah, merumuskan kembali semua kesepakatan yang akan disetujui dewan perwakilan rakyat atau perwakilan rakyat daerah. Pada pembicaraan tahap ketiga, peranan individual anggota dewan perwakilan rakyat daerah menonjol. Diskusi, perdebatan, dan permusyawaratan sangat intensif dan mendalam. 4. Pembicaraan tahap IV Pembicaraan tahap IV merupakan sidang paripurna terkhir yang diadakan dalam rangka pengambilan keputusan persetujuan dewan perwakilan rakyat daerah atau rancangan peraturan daerah. Dalam sidang ini akan didengar: a. Laporan hasil kerja komisi, atau gabungan komisi atau panitia khusus Universitas Sumatera Utara b. Pendapat akhir fraksi sebagai pengantar persetujuan dewan. Pendapat akhir ini dapat disertai berbagai catatan yang lazim disebut “minderheidsnota” c. Sambutan kepala daerah Rancangan peraturan daerah yang telah disetujui tersebut disampaikan kembali oelh pimpinan dewan perwakilan rakyat daerah kepada kepala daerah untuk ditetapkan sebagai peraturan daerah. Tindak lanjut lainnya seperti permintaan pengesahan bagi yang perlu disahkan pejabat berwenang dan penempatan dalam lembaran daerah, sepenuhnya diserahkan kepada kepala daerah.

D. Penetapan Dan Penandatanganan Rancangan Peraturan Daerah Menjadi Peraturan Daerah

Bagi rancangan undang-undang yang telah disetujui dewan perwakilan rakyat akan disahkan presiden menjadi undang. Jadi untuk undang-undang dipergunakan istilah “disahkan” sedangkan untuk peraturan pemerintah pengganti undang-undangperpu dan peraturan pemerintah, keputusan presiden, instruksi presiden, peraturan menteri dan keputusan menteri dipergunakan istilah “ditetapkan”. Hanya undang-undang yang mempergunakan istilah “disahkan”. Penggunaan istilah “disahkan” bagi undang-undang didasarkan pada ketentuan UUD 1945 pasal 21 ayat 2: jika rancangan itu meskipun disetujui Universitas Sumatera Utara dewan perwakilan rakyat, tidak disahkan oleh presiden, maka rancangan tadi tidak boleh dimajukan lagi dalam persidangan dewan perwakilan rakyat masa itu. Sedangkan utnuk peraturan pemerintah didasarkan pada ketentuan UUD 1945 pasal 22 ayat 1 dan pasal 5 ayat 2. Bagi majelis permusyawaratan rakyat penggunakan istilah “ditetapkan” berdasarkan UUD 1945 pasal 3. Pada peraturan daerah , dalam pedoman maupun praktik tidak dijumpai penggunaan istilah disahkan atau ditetapkan. Pada peraturan daerah hanya disebutkan tempat, tanggal dan pejabat-pejabat yang menandatangani. Tetapi untuk keputusan kepala daerah dipergunakan istilah “ ditetapkan”.

1.5.5. Evaluasi Penyusunan Perda RTRW