Teknik Pengumpulan data Gambaran Umum Bappeda Kota Pematangsiantar

dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi itu. 25 25 Prof.DR.Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif 2008:49 Oleh karena itu, peneliti akan menggunakan informan untuk memperoleh berbagai informasi yang diperlukan selam proses penelitian. Informan penelitian dipilih berdasarkan teknik snowball yaitu dengan mencari informan kunci. Yang dimaksud dengan informan kunci adalah mereka yang mengetahui dan memiliki berbagi informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian atau informan yang mengetahui secara mendalam permasalahan yang sedang diteliti, informan yang mengurus tentang RTRW. Berdasarkan penjelasan diatas, maka yang menjadi Informan kunci dalam penelitian ini adalah Kasubbid Tata Ruang Pemukiman Dan Lingkungan Hidup, sedangkan informan utama dalam penelitian ini adalah Kepala Bappeda dan Kepala Bidang Fisik Sarana dan Prasarana, informan tambahan adalah Para stake holder yang turut berpartisipasi dalam pembentukan perda tersebut.

2.4 Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah 1. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh dan berkaitan langsung dengan permasalahan yang dihadapi. Pengumpulan data yang digunakan adalah: Universitas Sumatera Utara a. Wawancara, yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung dan terbuka kepada informan atau pihak yang berhubungan dan memiliki relevansi terhadap masalah yang berhubungan dengan penelitian b. Observasi, yaitu dengan mengamati secara langsung dengan mencatat gejala-gejala yang ditemukan di lapangan serta menjaring data yang tidak terjangkau 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang tidak diperoleh langsung dari objek penelitian. Pengumpulan data yang dilakukan adalah: a. Penelitian kepustakaan, yaitu dengan cara mengumpulkan data melalui buku-buku ilmiah, tulisan, karangan ilmiah yang berkaitan dengan penelitian b. Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan-catatan atau foto-foto yang ada di lokasi penelitian serta sumber- sumber lain yang relevan dengan objek penelitian 2.5 Teknik Analisa Data Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif yaitu menguraikan serta menginterpretasikan data yang diperoleh di lapangan dari para Key informan. Penganalisaan ini didasarkan pada kemampuan nalar dalam menghubungkan fakta, data, informasi kemudian data yang diperoleh akan dianalisis sehingga diharapkan muncul gambaran yang dapat Universitas Sumatera Utara mengungkapkan permasalahan penelitian. Jadi, teknik analisa data kualitatif yaitu dengan menyajikan data dengan melakukan analisa terhadap masalah yang ditemukan di lapangan, sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang diteliti dan kemudian menarik kesimpulan. Universitas Sumatera Utara BAB III DESKRIPSI LOKASI

3.1 Gambaran Umum Kota Pematangsiantar

Kota pematangsiantar adalah salah satu kota yang ada di provinsi sumatera utara, dan merupakan kota terbesar kedua setelah kota medan. Kota pematangsiantar berjarak 128 km dari medan dan 52 km dari parapat. Kekuatan daerah yang dimiliki kota pematangsiantar terkonsentrasi pada perdagangan dan jasa dan juga sektor industri yang memberikan kontribusi terhadap perekonomian daerah serta menjadi kota transit wisata. Sebagai kota perdagangan, secara geografis kota pematangsiantar dikelilingi oleh kabupaten simalungun yang memiliki kekayaan perkebunan karet, sawit, teh dan pertanian. Kota ini juga menghubungkan jalan darat ke kabupaten-kabupaten lainnya, seperti kabupaten toba samosir, tapanuli utara, tapanuli selatan dan kota-kota lainnya seperti tebingtinggi, kisaran dan lain-lain. Sudah tentu, posisinya sangat strategis sebagai kota transit perdagangan kabupaten kota atau transit wisata ke danau toba parapat. Karena letak pematangsiantar yang strategis, kota pematangsiantar dilintasi oleh jalan raya lintas sumatera. Pematangsiantar dapat diakses melalui 2 sarana transportasi darat, yaitu bus dan kereta api. Secara umum, transportasi dalam kota dilayani oleh sarana angkutan kota dan becak motor. Terminal bus yang terdapat di kota Universitas Sumatera Utara pematangsiantar yaitu terminal parluasan, yang merupakan titik transit bagi hampir seluruh angkutan dalam dan luar kota. Saat ini kota pematangsiantar terdiri dari 8 delapan kecamatan dan 53 limapuluh tiga kelurahan. Walaupun pemekaran wilayah di kota pematangsiantar. Pemekaran wilayah di kota Pematangsiantar terjadi pada tahun 2007, namun semua wilayah administrasi baru beroperasional terhitung sejak dilantiknya lurah-lurah untuk wilayah pemekaran pada bulan april 2009. Secara lengkap wilayah administrasi kota pematangsiantar disajikan pada tabel berikut ini: No Nama Kecamatan Luas areal Kelurahan 1 Siantar Marihat 7,825 7 2 Siantar Marimbun 18,006 6 3 Siantar Selatan 2,020 6 4 Siantar Barat 3,205 8 5 Siantar Utara 3,650 7 6 Siantar Timur 4,520 7 7 Siantar Sitalasari 22,723 5 8 Siantar Martoba 18,022 7 Total 79,971 53 Tabel 1: daftar kecamatan di kota pematangsiantar Sumber: www.pemkosiantar.go.id Universitas Sumatera Utara Visi Dan Misi Kota Pematangsiantar Visi kota Pematang siantar tahun 2011-2015 adalah mewujudkan: Pematangsiantar Mantap, Maju dan Jaya. Mantap dalam artian bahwa semua potensi daerah baik sumberdaya alam maupun sumber daya manusia dalam keadaan stabil sehingga mampu memberikan andil dalam pembangunan daerah. Maju dalam arti kinerja pembangunan daerah ditandai dengan adanya laju pertumbuhan dan penigkatan grafik di sektor –sektor prioritas yang secara langsung berdampak positif bagi peningkatan kualitas kehidupan seta pengatan posisi daya saing ekonomi, sosial dan budaya masyarakat kota pematangsiantar secara berkelanjutan. Jaya dalam arti hasil pembanguan daerah yang telah dilaksanakan oleh pemerintah kota dan masyarakat pematang siantar berhasil dengan sukses sesuai dengan target-target yang ditetapkan dalam kinerja pembangunan. Misi Kota Pematangsiantar: 1. Mewujudkan pemerintah yang bersih 2. Peningkatan kualitas pendidikan 3. Meningkatkan pelayanan kesehatan 4. Penguatan sistem ekonomi, UKM dan koperasi 5. Peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur 6. Menata sistem pelayanan publik yang lebih baik dan profesional Universitas Sumatera Utara 7. Menata sistem alokasi dana penggunaan anggaran yang efisien dan pro rakyat.

3.1.1 Letak Geografis

Kota Pematangsiantar terletak pada garis 3 o1’09”-2 54’40” LU dan 99 06’23”- 99 01’10” BT berada dibagian timur provinsi sumatera utara pada ketinggian tempat 400 meter diatas permukaan laut dpl dan kondisi wilayah relatif bergelombang. Daerah bergelombang sampai berbukit disebelah utara dan barat, sementara sebelah selatan dan timur merupakan daerah landai dengan kemiringan 0 -15 . Luas Wilayah kota pematangsiantar adalah 79,971 km 2 . Kota pematangsiantar merupakan perlintasan dari wilayah tapanuli menuju kota medan dan dari wilayah timur menuju wilayah barat, hal tersebut menunjukkan kota pematangsiantar berada ditengan-tengah wilayah Kabupaten Simalungun. 3.1.2 Demografi Penduduk Berdasarkan hasil pencacahan sensus penduduk pada tahun 2010, Kota pematangsiantar yang terdiri dari 8 kecamatan dan 53 kelurahan tersebut memiliki Jumlah penduduk 234.855 jiwa yang terdiri dari 114.410 laki-laki dan 120.475 perempuan., yang mana jumlah tersebut terdiri dari berbagai kelompok usia. Saat ini kegiatan yang paling banyak adalah penduduk dalam usia sekolah. Dari hasil sensus penduduk 2010 tersebut tampak bahwa penyebaran penduduk kota pematangsiantar yang paling banyak terdapat di kecamatan siantar utara yakni sebanyak 46.443 orang atau 19,77 persen, kemudian diikuti oleh kecamatan Universitas Sumatera Utara siantar timur sebanyak 38.678 orang atau 16,47 persen, sedangkan kecamatan siantar marimbun jumlah penduduk yang paling kecil yaitu sebanyak 14.631 orang atau 6,23 persen No Nama Kecamatan Laki-laki perempuan Seks rasio 1 Siantar Marihat 8.779 9.066 97 2 Siantar Marimbun 7.082 7.549 94 3 Siantar Selatan 8.083 8.999 90 4 Siantar Barat 17.088 17.884 96 5 Siantar Utara 22.386 24.057 93 6 Siantar Timur 18.365 20.313 90 7 Siantar Martoba 19.203 19.285 100 8 Siantar Sitalasari 13.424 13.332 101 Total 114.410 120.475 95 Tabel 2. Jumlah penduduk menurut kecamatan dan jenis kelamin Sumber: www.bps.go.id

3.1.3 Perekonomian

Posisi strategis kota pematangsiantar menjadikan peran serta sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor industri pengolahan dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mendominasi roda perekonomian di kota pematangsiantar berdasarkan sektor usaha atas dasar harga berlaku tahun 2006-2009

3.1.3.1 Perindustrian

Universitas Sumatera Utara Jumlah industri kecil di kota pematangsiantar pada tahun 2009 sebanyak 501 buah. Industri kecil terbanyak di kota pemtangsiantar adalah kelompok industri makanan, minuman, dan tembakau sebanyak 166 buah dan industri barang dari logam, mesin, dan perlengkapannya 141 buah. Jumlah industri besar sedang pada tahun 2009 tercatat 38 perusahaan. Dari jumlah tersebut 24 perusahaan merupakan industri makanan, minuman dan tembakau.

3.1.3.2 Perdagangan

Kota pematangsiantar merupakan tempat para pedagang dan pembeli dari berbagai wilayah sekitar menjalankan aktivitasnya. Sarana perdagangan di kota pematangsiantar terdiri dari pasar tradisional pasar horas, pasar dwikora, dan pasar modern ramayana, suzuya dan siantar hotel

3.1.3.3 Perhotelan dan Restoran

Fasilitas hotel di kota pematangsiantar sebanyak 23 hotel penginapan dengan kapasitas 596 kamar dan 1.002 kamar tidur. Diantara hotel tersebut, salah satu merupakan hotel berbintang tiga yaitu siantar hotel dan satu htel berbintang satu yaitu parbina putri internasional. Rumah makan di kota pematangsiantar menyediakan menu tradisonal, masakan cina, masakan padang dan makanan cepat saji seperti KFC dan CFC. Selain itu terdapat lokasi untuk menikmati suasana malam yang menyajikan banyak menu pilihan . beberapa produk makanan khas kota pematangsiantar diantarnya kopi kok tong, kacang tumbuk asli dan berbagai jenis roti. Universitas Sumatera Utara

3.1.4 Perumahan

Peluang perkembangan perekonomian kota pematangsiantar memberikan inspirasi pengusaha untuk menanamkan modalnya pada sektor perumahan. Pada saat ini berdiri beberapa perumahan diantaranya, perumahan mega land, perumahan meranti permai, perumahan bersatu maju, tozai, karangsari permai, dan sebagainya.

3.1.5 Kesehatan

Banyaknya sarana kesehatan di kota pematangsiantar menjadikan kota ini sebagai tujuan berobat masyarakat dari berbagai daerah disekitarnya. Jumlah sarana dan tenaga medis di kota pematangsiantar: No Fasilitas dan tenaga medis Jumlah 1 Rumah sakit 7 2 Apotek 26 3 Klinik 19 4 Posyandu 241 5 Dokter umum 59 6 Dokter spesialis 46 7 Bidan 149 Universitas Sumatera Utara

3.1.6 Pendidikan

Posisi strategis kota pematangsiantar memberikan peluang yang baik pada usaha di sektor pendidikan. Hal ini karena kota pematangsiantar menjadi tujuan siswa sekitarnya dalam menimba ilmu. Keadaan pendidikan di kota pematangsiantar pada tahun 2009: No Tingkatan Jumlah sekolah Jumlah ruang Jumlah dosen guru Jumlah murid 1 Taman kanak-kanak 23 105 162 2.574 2 Sekolah dasar 159 1.112 1.821 32.025 3 SLTP 40 482 1.368 19.394 4 SLTA 66 744 2.257 27.854 5 Perguruan tinggi 15 - 547 12.760

3.1.7 Sarana olahraga

Sarana olahraga di kota pematangsiantar diantaranya gedung olehraga yang difungsikan untuk kegiatan olahraga bulu tangkis, bola basket, bola volley. Untuk sarana sepakbola dan atletik terdapat stadion sangnawaluh dan lapangan futsal milik swasta perorangan dan untuk sarana berenang terdapat kolam renang detis sari indah. Universitas Sumatera Utara

3.1.8 Pengembangan Wilayah

Pembangunan Kota Pematangsiantar diarahkan ke pusat sebagai pertumbuhan primer yang meliputi perdagangan dan jasa modern, pemerintahan dan pemukiman, sedangkan pemukiman sekunder diarahkan ke kecamatan siantar martoba, siantar sitalasari dan siantar marihat yang meliputi pendidikan, industri, perkantoran, perumahan, tempat pembuangan akhir TPA dan ruang terbuka hijau RTH. Sebagai pusat pertumbuhan sekunder di kecamatan siantar martoba dan siantar sitalasari tersedia lahan eks PTPN III dengan luas sekitar 574 Ha yang yang direncanakan peruntukannya sebagai kawasan pemukiman, sekolah standar internasinal, perdagangan, jasa, perkantoran, kawasan lindung, pendidikan, pusat rehabilitas narkoba, tempat pembuangan akhirTPA, lembaga pemasyarakatan lapas, taman pemakaman umumTPU dan pusat olahraga. Pemerintah kota pematangsiantar merencanakan pengembangan wilayah tersebut untuk pemerataan pembangunan kota, dan membutuhkan kerjasama swasta dan masyarakat dalam pembangunan kota. Hal ini yang membuat peran dari Peraturan Daerah Rencana Rencana Tata Ruang Wilayah sangat penting dalam mengatur rencana pembangunan yang dilaksanakan di Kota Pematangsiantar.

3.2 Gambaran Umum Bappeda Kota Pematangsiantar

Sesuai dengan kewenangan yang dimiliki pemerintahan daerah berdasarkan undang-undang RI nomor 32 tahun 2004 sebagaimana telah diubah kedua kalinya dengan undang-undang Rinomor 12 tahun 2008 tentang Universitas Sumatera Utara pemerintahan daerah dan berdasarkan peraturan pemerintah nomor 41 tahun 2001 tentang organisasi perangkat daerah dalam pasal 21 ayat 2 huruf d, pemerintah kota pematangsiantar dapat membentuk 14 empat belas lembaga teknis daerah dengan suatu peraturan daerah,salah satunya merupakan Badan perencanaan dan pembangunan daerah. Badan perencanaan dan pembangunan daerah merupakan unsur perencana penyelenggaraa pemerintahan daerah yang dipimpin oleh seorang kepala badan yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada walikota melalui sekretaris daerah. Yang menjadi tugas dari badan perencanaan dan pembangunan daerah adalah melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang perencanaan pembangunan daerah. Visi dan Misi Bappeda Visi Bappeda Adapun yang menjadi visi bappeda kota pematangsiantar untuk masa baksti 2010-2015 adalah” Terwujudnya Perencanaan Pembangunan Daerah yang Sistematis, Terpadu, Menyeluruh dan tanggap terhadap perubahan”. Visi tersebut adalah merupakan suatu gambaran masa depan yang diinginkan dan dicapai oleh Bappeda Kota Pematangsiantar sebagai lembaga perangkat daerah dilingkungan kota pematangsiantar. Bappeda berkewajiban Universitas Sumatera Utara menyusun rencana Pemabangunan daerah kota pematangsiantar guna mewujudka visi kota pematangsiantar. Penyusunan rencana pemabangunan daerah dilakukan secara demokratis, profeisonal dan terukur serta dapat dipertanggungjawabkan kepada semua pihak yang berkepentinganstakeholder Misi Bappeda Untuk mencapai visi tersebut, Bappeda kota pematangsiantar mempunyai misi sebagai berikut: 1. Meningkatkan kemampuan SDM perencana Bappeda melalui pendidikan dan pelatihan perencanaan non gelar, pendidikan gelar, dan bina teknologi 2. Meningkatkan kemampuan SDM perencana bidang program pada tiap satuan kerja perangkat daerah 3. Menigkatkan partisipasi masyarakat di bidang perencanaan pembangunan melalui musyawarah rencana pembangunanmusrenbang dan konsultasi publik 4. Menigkatkan mutu data dan informasi rencana pembangunan daerah 5. Meningkatkan mutu dokumen perencanaan RKPD, Renja SKPD, Renstra SKPD Universitas Sumatera Utara Fungsi dari Badan Perencanaan Dan Pembangunan Daerah: Badan perencanaan dan pembangunan daerahbappeda kota pematangsiantar merupakan unsur perncana penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dipimpin oleh seorang kepala badan yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada walikota melalui sekretaris daerah. Bappeda mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang perencanaan pembangunan daerah. Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana tersebut diatas, Bappeda kota pematangsiantar mempunyai tugas: a. Perumusan kebijakan teknis perencanaan pembangunan daerah b. Pengkoordinasiaan penyusunan perencanaan pembangunan daerah c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang perencanaan pembangunan daerah d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya. e. Pengelolaan administrasi umum yang meliputi pekerjaan ketatalaksanaan, keuangan, kepegawaian dan perlengkapan peralatan 3.2.1 Struktur dan Susunan Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Berdasarkan peraturan daerah kota pematangsiantar nomor 4 tahun 2010 tentang susunan organisasi dan tata kerja lembaga teknis daerah kota pematangsiantar, maka struktur atau susunan organisasi bappeda kota pematangsiantar adalah: Universitas Sumatera Utara 1. Kepala Bappeda 2. Sekretariat, terdiri dari: a. Sub bagian umum b. Sub bagian kepegawaian c. Sub bagian keuangan 3. Bidang perencanaan pembangunan ekonomi, terdiri dari: a. Sub bidang pertanian, tanaman pangan dan holtikultura b. Sub bidang koperasi, perindustrian dan perdagangan, pasar, penanaman modal dan kewirausahaan 4. Bidang perencanaan pembangunan fisik dan prasaran terdiri dari: a. Sub bidang perhubungan , telekomunikasi dan pertanahan b. Sub bidang tata ruang, pemukiman dan lingkungan hidup 5. Bidang perencanaan pembanguan sosial budaya terdiri dari: a. Sub bidang pendidikan, pemuda, olahraga dan kebudayaan b. Sub bidang kependudukan, kesehatan, sosial, tenaga kerja, keluarga berencana dan pemberdayaan perempuan 6. Bidang perencanaan pendataan statistik dan monitoring terdiri dari: a. Sub bidang pengumpulan data dan statistik b. Sub bidang monitoring 7. Kelompok Jabatan Fungisonal Universitas Sumatera Utara KEPALA BADAN JABATAN FUNGSIONAL SEKRETARIAT SUB BAG UMUM SUB BAGIAN KEUANGAN SUB BAG KEPEGAWAIAN BIDANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI BIDANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN FISIK DAN PRASARANA BIDANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN SOSIAL BUDAYA BIDANG PERENCANAAN PENDATAAN STATISTIKA DAN MONITORING SUBBID PERTANIAN, TANAMAN, PANGAN DAN HOLTIKULURA SUBBID PERHUBUNGAN, TELEKOMUNIKASI DAN PERTANAHAN SUBBID PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA, DAN KEBUDAYAAN SUBBID PENGUMPULAN DATA DAN STATISTIK SUBBID KOPERASI, PERINDAG, PASAR PENANAMAN MODAL DAN KEWIRAUSAHAAN SUBBID TATA RUANG, PEMUKIMAN DAN LINGKUNGAN HIDUP SUBBID KEPENDUDUKAN, KESEHATAN, SOSIAL, TENAGA KERJA, KB DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN SUBBID MONITORING Universitas Sumatera Utara BAB IV PENYAJIAN DATA Pada bab ini, penulis akan menyajikan deskripsi dari data yang diperoleh memalui penelitian dilapangan melalui metode pengumpulan data yang telah dijelaskan pada bab terdahulu. Demikian dalam hal permasalahan yang hendak dijawab dalam bab ini adalah bagaimanakah Evaluasi penyusunan peraturan daerah rencana tata ruang wilayah di kota pematangsiantar. Dalam mengumpulkan data yang dipelukan untuk menjawab permasalahan secara mendalam, ada beberapa tahapan yang dilakukan penulis yaitu: pertama, penelitian diawali dengan pengumpulan berbagai dokumen bappeda kota kota pematangsiantar seperti susunan organisasi dan tata kerja lembaga tekbis daerah kota pematangsiantar, rencana strategis bappeda kota pematangsiantar dan berbagai hal yang berkaitan dengan permasalahan yang ingin dijawab. Kedua, penulis melakukan sejumlah wawancara dnegan pegawai pada kantor bappeda kota pematangsiantar yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Adapun yang menjadi informannya adalah: 1. Kepala bappeda 2. Sekretaris bappeda 3. Kepala bidang perencanaan pembangunan fisik dan prasarana 4. Kepala sub bidang tata ruang, pemukiman dan lingkungan hidup Universitas Sumatera Utara Data-data tersebut berupa pernyataan dari para informan mengenai permasalahan penelitan skripsi ini, sedangkan data-data sekunder didapatkan dari studi kepustakaan dan karya-karya ilmiah serta dokumen yang didapat dari lokasi penelitian. Pengumpulan data dilakukan selama kurang lebih tiga bulan di lokasi penelitian Berikut ini akan disajikan hasil pengumpulan data yang dilakukan di kantor Bappeda Kota Pematangsiantar. Untuk memperoleh gambaran mengenai rencana tata ruang wilayah, maka lebih dulu harus dipahami apa sebenarnya makna dari Rencana tata ruang wilayah. Untuk mengetahui pemahaman aparatur Bappeda tentang rencana tata ruang wilayah, maka penulis mengadakan wawancara dengan aparatur bappeda. Adapun pertanyaannya yaitu mengenai pengertian Rencana tata ruang wilayah. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala Bappeda, Herowhin T.F.Sinaga, AP, M.si, beliau mengatakan: “Rencana tata ruang wilayah dapat didefinisikan sebagai arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang untuk mewujudkan keseimbangan antar kawasan serta keserasian antar sektor” Kemudian pertanyaan yang sama juga disampaikan kepada kabid Perencanaan Pembangunan Fisik dan Prasarana, Tulus P. Silitonga, AP, Msi, beliau mengatakan bahwa: ” Rencana tata ruang wilayah itu merupakan dasar kebijaksanaan pokok pemanfaatan ruang di wilayah, bila RTRW nasional ruang Universitas Sumatera Utara lingkupnya wilayah nasional, bila RTRW provinsi ruang lingkupnya wilayah provinsi, begitu juga dengan RTRW kota, ruang lingkupnya wilayah kota” Sekretaris Bappeda, A Sijabat, APs, Msi juga memberikan pengertian mengenai Rencana tata ruang wilayah, beliau mengatakan bahwa: “Rencana tata ruang wilayah merupakan pedoman untuk penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah dan jangka menengah daerah” Kemudian hal senada juga disampaikan oleh Kasubbid tata ruang, pemukiman dan lingkungan hidup Charles Yanri Siregar, S.Sos, mengatakan bahwa: “Rencana tata ruang wilayah itu adalah hasil perencanaan wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang yang dipergunakan sebagai landasan untuk 20 tahun ke depan” Dari jawaban informan, didapat bahwa pengertian Rencana tata ruang wilayah ada 4 yaitu: 1. Rencana tata ruang wilayah dapat didefinisikan sebagai arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang untuk mewujudkan keseimbangan antar kawasan serta keserasian antar sektor 2. Rencana tata ruang wilayah itu merupakan dasar kebijaksanaan pokok pemanfaatan ruang di wilayah, bila RTRW nasional ruang lingkupnya wilayah nasional, bila RTRW provinsi ruang lingkupnya wilayah provinsi, begitu juga dengan RTRW kota, ruang lingkupnya wilayah kota Universitas Sumatera Utara 3. Rencana tata ruang wilayah merupakan pedoman untuk penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah dan jangka menengah daerah 4. Rencana tata ruang wilayah itu adalah hasil perencanaan wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang Dari pengertian Rencana tata ruang wilayah diatas maka tidak jauh berbeda dengan pengertian rencana tata ruang yang ada pada Bab I dimana rencana tata ruang wilayah mempunyai pengertian: “Rencana tata ruang wilayah nasionalRTRWN adalah strategi dan arahan kebijakan pemanfaatan ruang wilayah negara untuk periode 20 dua puluh tahun” Adapun tujuan dari rencana tata ruang wilayah adalah Terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang yang berkualitas yang memperhatikan sektor ekonomi, pendidikan, sosial budaya, dan lain sebagainya. Sedangkan yang menjadi manfaatnya untuk mewujudkan penataan ruang yang baik yaitu keterpaduan dalam penggunaaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia. Untuk mengetahui keterbukaan dalam penyusunan rencana tata ruang wilayah, maka penulis menanyakan apakah penyusunan rencana tata ruang wilayah terbuka dan telah memanuhi prosedur. Universitas Sumatera Utara Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan kasubbid tata ruang, pemukiman dan lingkungan hidup Charles Yanri Siregar, S.Sos, beliau mengatakan bahwa: “ Jelas, bahwa penyusunan ini terbuka dan memenuhi prosedur, ini dapat dilihat dari pada saat Laporan pendauluan, jaringan aspirasi, laporan akhir, beberapa stakeholder diundang dalam penyampaian laporannya, jadi tidak ada yang ditutup-tutupi disini, kalau prosedurnya, kita kan dari pihak bappeda tidak bisa melenceng dari prosedur yang ada di permendagri nomor 28 tahun 2008” Disadari bahwa kemampuan dan keterampilan merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan dalam penyusunan rencana tata ruang wilayah. Untuk itu diperlukan sumberdaya yang ahli dibidangnya untuk menyusun rencana tata ruang wilayah, dengan ini penulis menanyakan kepada informan apakah ada dibentuk suatu komisi dalam penyusunan rencana tata ruang wilayah Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan kabid Perencanaan Pembangunan Fisik dan Prasarana, Tulus P. Silitonga, beliau menyampaikan, bahwa: “Tidak ada komisi dibentuk oleh pemerintah kota pematangsiantar.dalam penyusunan rencana tata ruang wilayah, melainkan tim teknis pendamping atau konsultan yang dibentuk oleh BKPRD provinsi karena salah satu fungsi BKPRD adalah perencanaan, pengendalian dan pemanfaatan dan didanai dari APBD provinsi, itu pun masa kerja konsultannya hanya 1 tahun, sampai rampung draff RTRW. Setelah selesai disusun draff RTRW konsultan menyerahkan draff nya ke Bappeda dan tidak ada komisi atau tim pendamping itu lagi, lau Bappeda yang melanjutkan melalui bidang fisik.” Universitas Sumatera Utara Dalam hal ini, Konsultan dari provinsi langsung turun ke kota pematangsiantar untuk melihat potensi daerah setiap kecamatan yang ada di kota pematangsiantar dan SKPD-SKPD yang ada di pematangsiantar, ini digunakan untuk menyusun draff ranperda, tetapi draff yang telah disusun oleh konsultan bisa aja dirubah oleh bappeda bila dipandang perlu, sesuai dengan masukan dari pihak Bappeda, peran bappeda yaitu menjabarkan kondisi kota pematangsiantar, kemudian pihak dari konsultan menganalisa. Ada beberapa draff yang dibuat oleh konsultan yang dari provinsi buku laporan pendahuluan, buku laporan data dan analisa,buku laporan akhir, buku rencana dan ranperda,tetapi semua ini merupakan draff dan juga termasuk peta. Setelah itu diserahkan ke Bappeda karena masa kerja konsultan dengan provinsi sudah selesai, konsultan menyerahkan yang sudah dikerjakan oleh mereka bulan januari 2010 kepada Bappeda. Selajutnya untuk mengetahui tentang mekanisme kerja yang dilakukan bappeda dalam hal penyusunan rencana tata ruang wilayah. Penulis kembali menanyakan kepada kasubbid tata ruang, pemukiman dan lingkungan hidup Charles Yanri Siregar, S.Sos beliau mengatakan: “Adapun mekanisme yang dilakukan oleh bappeda dalam penyusunan rencana tata ruang wilayah di kota pematangsiantar adalah sebagai berikut: setiap dinas membuat rancangan ataupun gambaran ataupun rencana kerja atau yang disebut dengan renja beserta analisa yang disusun oleh setiap SKPD berdasarkan draff yang dari Bappeda, sedangkan setiap kelurahan melakukan musrenbang yang dikomandoi kecamatannya masing-masing, setelah itu dilakukanlah konsultasi publik, untuk menyampaikan saran dan kritiknya baik itu dari SKPD maupun dari kelurahan atau kecamatan” Universitas Sumatera Utara Jadi dalam hal ini, Bappeda bertindak sebagai koordinator untuk mengumpulkan dan menganalisa hasil-hasil rencana kerja setiap SKPD dinasi- dinas maupun badan-badan dan juga hasil musrenbang setiap kelurahan kecamatan yang ada di kota pematangsiantar yang kemudian akan dimasukkan dalam draff rencana tata ruang wilayah yang nantinya dijadikan rencana tata ruang wilayah untuk jangka waktu dua puluh tahun ke depan. Adapun prosedur penyusunan RTRW hingga penetapan menjadi peraturan daerah RTRW sesuai dengan hasil wawancara yaitu: Prosesnya yaitu setelah dilalui ditingkatan kabupaten kota, harus dikonsultasikan dan harus dievaluasi oleh provinsi melaui BKPRD provinsi di Bappeda provinsi, yang mengevaluasi di provinsi yang BKPRD provinsi dan SKPD terkait. Kalo kita tarukim mereka juga tarukim. Sebelum sampai dikonsultasi dan dievaluasi di provinsi, harus ada berita acara konsultasi publik kota pematangsiantar, konsultasi perbatasan siantar-simalungun, berita acara BKPRD, kesepakatan substansinya, sebagai persayaratan teknis administrasinya untuk bisa melakukan konsultasi evaluasi di provinsi. Tetapi tidak dalam konteks persetujuan, tetapi rekomendasi persetujuan, setelah selesai di provinsi, direkomendasikanlah untuk mendapatkan persetujuan dari pusat, maka dibuatlah surat ke kementerian Pekerjaan Umum, disanalah nanti dikonsultasikan dan dievaluasi untuk mendapat persetujuan dari menteri PU dan dirjen penataan ruang, setelah selesai disana, turunlah ke pemerintah kota dab diserahkan ke Universitas Sumatera Utara DPRD kota untuk proses perda. Untuk menjadi perda, harus didaftarkan ke lembaga negara ke mendagri. Kemudian penulis menanyakan kembali kepada informan mengenai sistem administrasi yang ada di bappeda dalam penyusunan rencana tata ruang wilayah, dari hasil wawancara yang dilakukan maka diketahui bahwa sistem administrasi yang ada di Bappeda kota pematangsiantar dalam penyusunan rencana tata ruang wilayah berjalan dengan lancar dimana setiap unit kerja manjalankan tugas- tugasnya sesuai dengan rencacana keja SKPD dan juga rencana strategi bappeda kota pematangsiantar sebagai kerangka kerja Bappeda. Jadi, administrasinya berjalan dengan sistematis, efisien dan efektif sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Kelompok dan kepentingan yang memiliki akses dalam penyusunan rencana tata ruang wilayah, dalam hal ini bappeda berkoordinasi dengan dinas Tata ruang dan pemukiman, dinas perhubungan, PLN, PDAM, telkom, dinas pengairan dan bina marga, dinas perindustrian dan perdagangan, dinas pertanian, perkebunan dan kehutanan, badan pelayanan perizinan terpadu, dinas koperasi mikro, dinas perikanan dan peternakan, dinas pendidikan, dinas kesehatan, dinas sosial dan tenaga kerja, dinas perhubungan, komunikasi dan informatika, dinas pertambangan dan energi, dinas pemuda, olahraga, kebudayaan dan pariwisata, badan lingkungan hidup, rumah sakit umum, kantor satuan polisi dan pamong praja dan juga kecamatan serta kelurahan yang ada di kota pematangsiantar, dan lain sebaginya. Universitas Sumatera Utara Kemudian, penulis juga menanyakan mengenai peranan masyarakat dalam penyusunan rencana tata ruang wilayah. Dari hasil wawancara yang dilakukan diperoleh jawaban bahwa bappeda tetap melibatkan masyarakat dalam penyusunan rencana tata ruang wilayah ini karena ini sesuai dengan undang- undang rencana tata ruang wilayah no 26 tahun 2007 bahwa masyarkat harus diperansertakan dalam hal penyusunan rtrw ini. Masyarakat yang diikutsertakan yaitu perwakilan kecamatan, kelurahan, tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, pihak akademisi baik dosen maupn mahasiswa serta lembaga swadaya masyarakat serta oragnisasi kemasyarakatan lainnya. Meskipun pelaksanaannya belum optimal, masyarakat dilibatkan dalam musrenbang mulai dari tingkat kelurahan sampai kota, dalam konsultasi publik maupun pada jaringan aspirasi dimana nantinya usulan-usulan masyarkat nantinya sebagai masukan dalam penyusunan rencana tata ruang dan juga dapat dirumuskan ke dalam kebijakan jangka menegah dan jangka panjang. Sesuai dengan undang-undang nomor 26 tahun 2007 setiap kabupaten kota harus memiliki peraturan daerah rencana tata ruang wilayah tiga tahun setelah diterbitkannya undang-undang tersebut, ternyata sampai saat ini pemerintah kota pematangsiantar belum memiliki RTRW yang sesuai dengan undang-undang 26 tahun 2007, kalau sebelum keluarnya undang-undang 26 tahun 2007, sebenarnya pemerintah kota pematangsiantar masih memiliki peraturan daerah rencana tata ruang wilayah tahun 2003 dan masa berlakunya sampai 2013, karena sebelum keluarnya undang-undang yang baru yaitu undang-undang nomor 26 tahun 2007, masa berlaku peraturan daerah rencana tata ruang wilayah sepuluh tahun. Jadi Universitas Sumatera Utara sebelum terbit peraturan baru, peraturan lama masih berlaku dan sebelumnya, RTRW yang dimiliki pemko pematangsiantar pada tahun 2008 dilakukan revisi tetapi proses perdanya tidak adanya, maka 2010 dilakukanlah penyusunan kembali diawali. Dan melihat dari fenomena yang terjadi di setiap kabupaten kota dalam hal penyusunan peraturan daerah rencana tata ruang wilayah ini, kota pematangsiantar sudah termasuk cepat bila dibandingkan dengan kabupaten kota yang ada. Lebih lanjut lagi, Sebenarnya pada tahun 2008 rencana tata ruang wilayah tahun 2003 sudah dilakukan bulan agustus dan sekarang masih pada tahapan rekomendasi dari gubernur ke pusat untuk mendapat persetujuan dari pusat setelah dikonsultasikan dan dievaluasi. Untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi Bappeda dalam penyusunan rencana tata ruang wilayah di kota pemantangsiantar, maka penulis menanyakan kepada informan mengenai masalah-masalah yang dihadapi oleh bappeda dalam penyusunan rencana tata ruang wilayah kota pematangsiantar: Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan kabid Perencanaan Pembangunan Fisik dan Prasarana, Tulus P. Silitonga, beliau menyampaikan sebagai berikut: “Masalahnya yaitu pendanaan. Menyusun RTRW ini dananya tidak sedikit, membuat peta saja dananya besar, bappeda tidak memiliki konsultan sendiri. setelah selesai draff rtrw yang dikerjakan konsultan provinsi, bappeda tidak memiliki dana untuk mengontrak konsultan sendiri karena dengan membuat konsultan dengan masa kerja 1 tahun berapa biaya yang dikeluarkan untuk itu, belum lagi untuk biaya tenaga tenaga ahlinya. Bappeda tidak memiliki konsultan sendiri karena keterbatasan biaya.” Hal yang sama juga dikatakan kepala Bappeda, Herowhin sinaga, AP, Msi Universitas Sumatera Utara Masalah yang sangat-sangat krusial disini adalah kurangnya dana dan juga sumberdaya manusia yang minim dibidangnya sehingga perda rtrw kota pematangsiantar belum rampung sebenarnya. Ini dikarenakan APBD siantar sangat minim karena anggaran di bappeda sudah dianggarkan ada batasnya , bila dipaksakan masukke APBD kota pematangsiantar pasti ditolak. Kasubbid tata ruang, pemukiman dan lingkungan hidup Charles Yanri Siregar, S.Sos mengatakan: “Masalah yang mendasar yaitu masalah dana dan tenaga ahli. provinsi memiliki tenaga ahli yang dikontrak 2 tahun, sedangkan kota pematangsiantar hanya 1 tahun dan itupun bekerja hanya waktu 5 bulan, karena dimulai bulan agustus dan berakhir pada bulan desember, itupun karena ada bantuan dari provinsi memberikan konsultan ke kota pematangsiantar. Sebenarnya itu kreasi dari kabupaten kota dan kemampuan anggaran untuk mengontrak tenaga ahli atau tidak. Tenga ahli tidak cukup 1 orang, minimal 2 orang, tenaga ahli bisa perseorangan bisa konsultan.tetapi yang terjadi di kota pematangsiantar tidak ada konsultan sendiri seperti kabupaten kota yang memiliki konsultan sendiri. Masalah yang lainnya yaitu kalau dari provinsi cepat memberikan konsultan kepada pemerintah kota pematangsiantar, mungkin peraturan rencana tata ruang wilayah ini sudah selesai, bila konsultan itu sudah langsung terjun ke kota pematangsiantar setelah dikeluarkannya undang-undang 26 tahun 2007 tersebut maka penyelesaiannya dirasa bisa lebih cepat tetapi karena konsultan yang dari provinsi baru ada pada bulan agustus 2010, maka pemerintah kota pematangsiantar dapat berjalan” Kemudian penulis menanyakan tentang saran ataupun solusi untuk menghadapi masalah yang dihadapi kota pematangsiantar dalam penyusunan peraturan rencana tata ruang wilayah ini, dari hasil wawancara yang dilakukan kepada informan, diperoleh jawaban bahwa: Permasalahan itu akan terjawab bila sumberdaya atau SKPD-SKPD yang ada di kota pematangsianttar bisa didorong untuk menyusun rencana tata ruang wilayah agar dapat terselesaikan dengan cepat selain daripada itu, seharusnya pemerintah pusat dalam hal ini, harus menganggarkan dana dari APBN untuk penyelesaian Universitas Sumatera Utara perda rencana tata ruang wilayah agar setiap pemerintah kota pematangsiantar yang memiliki APBD yang minim dapat mengontrak tenaga ahli ataupun konsultan dalam hal penyusunan perda RTRW ini. Universitas Sumatera Utara BAB V ANALISA DATA Bab ini berisikan tentang analisis data yang yang diperoleh dari hasil penelitian yang sebelumnya sudah disajikan pada bab terdahulu. Adapun jenis metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode evaluatif dengan analisa kualitatif, dimana data dan fakta yang didapatkan dilapangan dievaluasi dengan membandingkan suatu kejadian, atau kegiatan dan produk dengan standar dan program yang telah ditetapkan sebagaimana adanya diiringi dengan penafsiran dan analisa yang rasional. Hal ini penting dilakukan agar diperoleh kejelasan atas permasalahan yang telah dirumuskan sebelumya tentang yang selanjutnya dapat ditarik kesimpulan atas penelitian yang telah dilakukan. Dari seluruh data dan informasi yang telah dikumpulkan, baik melalui studi pustaka, wawancara dengan para informan, studi dokumentasi maupun catatan-catatan penulis sewaktu melakukan penelitian selama di lapangan yang ada akitannya dengan evaluasi penyusunan peraturan daerah rencana tata ruang wilayah di kota Pematangsiantar, maka akan dilakukan analisa terhadap setiap data dan fakta yang di dapat melalui interpretasi dan penguraian masalah-masalah yang terjadi.

5.1 Penyusunan peraturan daerah rencana tata ruang wilayah.