4. untuk mengetahui apabila ada penyimpangan. Evaluasi juga bertujuan
utnuk mengetahui adanya penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi, dengan cara membandingkan antara tujuan dan sasaran dengan
pencapaian target. 5.
Sebagai bahan masukaninput untuk kebijakan yang akan datang. Tujuan akhir dari evaluasi adalah untuk memberikan masukan bagi proses
kebijakan ke depan agar dihasilkan kebijakan yang lebih baik. Ripley 1985 dalam subarsono 2005:10 hasil kebijakan bermanfaat bagi
penentuan kebijakan dimasa yang akan datang, agar kebijakan yang akan datang lebih baik dan lebih berhasil.
Selanjutnya Jones dalam Tangkilisan 2003:25 mengemukakan bahwa evaluasi suatu kebijakan publik berarti dilakukan peninjauan ulang untuk
mendapatkan perbaikan dari dampak yang tidak diinginkan. Melihat pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Evaluasi
kebijakan adalah kegiatan atau proses untuk mengukur dan selanjutnya menilai sampai dimanakah tujuan yang telah dirumuskan sudah dapat
dilaksanakan.
1.5.1.2 Model Tipe Evaluasi Kebijakan
Evaluasi kebijakan merupakan langkah terakhir dalam proses suatu kebijakan. Namun, evaluasi secara lengkap mengandung tiga pengertian:
Universitas Sumatera Utara
a. evaluasi awal, sejak awal sejak dari proses perumusan kebijakan sampai
saat sebelum dilaksanakan Ex-ante evaluation b.
Evaluasi dalam proses pelaksanaan atau monitoring c.
Evaluasi akhir, yang dilakukan setelah selesai proses pelaksanaan kebijakanex-post evaluation
Pentingnya evaluasi awal dalam proses kebijakan pada umumnya dirasakan karena setelah rumusan draff kebijakan dibuat atau disetujui masih
dirasakan ada keperluan untuk melakukan sosialisasi guna memperoleh tanggaan awal dari masyarakat. Contoh yang paling jelas dapat dilihat dalam
proses pembuatan undang-undang. Bersamaan dengan proses pelaksanaan ada kegiatan penilaian yang disebut
monitoring. Sekalipun kedua proses itu berjalan bersamaan, monitoring tidak boleh sampai mengganggu proses pelaksanaan. Bahkan monitoring diperlukan
untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan. Dengan monitoring diharapkan setiap kekeliruan atau ketidakcocokan yang terjadi sebagai akibat dari
kekurangan informasi pada saat formulasi kebijakan atau karena ada perubahan-perubahan yang tidak terduga di lapangan, segera dapat diperbaiki
dan disesuaikan. Dengan demikian, kekeliruan tidak berlarut-larut sehingga memperbesar kemungkinan terjadinya kegagalan. Maka itu, fokusnya tidak
hanya pada suatu tahap dalam proses kebijakan, tetapi pada keseluruhan proses. Karena itu, obyek yang diidentifikasi bukan sekedar kegagalan,
melainkan juga keberhasilan. Kegagalan menjadi sasaran untuk diperbaiki, sementara keberhasilan menjadi contoh untuk dikembangkan.
Universitas Sumatera Utara
Menurut William N Dunn, Gambaran utama evaluasi adalah bahwa evaluasi menghasilkan tuntutan-tuntutan yang bersifat evaluatif. Disini
pertanyaannya bukan mengenai faktaapakah sesuatu ada? atau aksi apakah yang harus dilakukan?tetapi nilaiberapa nilainya?. karena itu evaluasi
memiliki sejumlah karakteristik yang membedakannya dari metode-metode analisis kebijakan lainnya:
8
1. Fokus nilai
Evalusi merupakan usaha untuk menentukan manfaat atau kegunaan sosial kebijakan atau program dan buka sekedar usaha untuk mengumpulkan
informasi mengenai hasil aksi kebijakan yang terantisipasi dan tidak terantisipasi. Karena ketepatan tujuan dapat selau dipertanyakan, evaluasi
mencakup prosedur untuk mengevaluasi tujuan-tujuan dan sasaran itu. 2.
Interdependensi fakta-nilai Tuntutan evaluasi tergantung baik “fakta” maupun “nilai”. Untuk menyatakan
bahwa kebijakan atau program tertentu telah mencapai tingkat kinerja yang tinggi atau rendah diperlukan tidak hanya bahwa hasil-hasil kebijakan
berharga bagi sejumlah individu, kelompok atau seluruh masyarakat: untuk menyatakan demikian, harus didukung oleh bukti bahwa hasil-hasil kebijakan
secara aktual merupakan konsekuensi dari aksi-aksi yang dilakukan untuk
8
William N Dunn pengantar analisis kebijakan publik 1998:608
Universitas Sumatera Utara
memecahkan masalah tertentu. Oleh karena itu pemantauan merupakan prasyarat bagi evaluasi
3. Orientasi masa kini dan masa lampau
Tuntutan evaluatif, berbeda dengan tuntutan advokatif, diarahkan pada hasil sekarang dan masa lalu, ketimbang hasil masa depan. Evaluasi bersifat
retrospektif dan setelah aksi-aksi dilakukan ex post. Rekomendasi yang juga mencakup premis-premis nilai, bersifat prospektif dan dibuat sebelumaksi-aksi
dilakukan 4.
Dualitas nilai Nilai-nilai yang mendasari tuntutan evaluasi mempunyai kualitas ganda,
karena mereka dipandang sebagai tujuan dan segaligus cara. Evaluasi sama dengan rekomendasi sejauh berkenaan dengan nilai yang ada.
William Dunn dalam Abidin 2004;218, menunjuk pada perbedaan fungsi antar monitoring atau evaluasi dalam proses pelaksanaan dengan evaluasi
kinerja atau evaluasi sesudah pelaksanaan. William Dunn mengemukakan bahwa monitoring ditujukan untuk menjawab pertanyaan tentang apa yang
terjadi dalam proses pelaksanaan, bagaimana terjadinya dan mengapa, “what happened, how and why?” sementara evaluasi akhir menjawab persoalan
tentang perubahan apa yang telah terjadi. Menurut Dunn, monitoring menghasilkan informasi yang sifatnya empiris, berdasarkan fakta-fakta yang
ada designative claims, sementara evaluasi akhir menghasilkan informasi
Universitas Sumatera Utara
yang bersifat penilaian values dalam memenuhi kebutuhan, peluang dan atau memecahkan permasalahan.
Secara keseluruhan, evaluasi kebijakan memiliki empat fungsi : 1.
Eksplanasi Melalui evaluasi dapat dipotret realitas pelaksanaan program dan dapat dibuat
suatu generalisasi tentang pola-pola hubungan antar berbagai dimensi realitas yang diamatinya . disini, evaluator dapat mengetahui persoalan-persoalan
politis dan manajemen yang melekat dalam implementasi kebijakan. 2.
Kepatuhan Melalui evaluasi dapat diketahui apakah tindakan yang dilakukan oleh para
pelaku, baik birokrasi maupun pelaku lain sesuai dengan standar dan prosedur yang ditetapkan oleh kebijakan.
3. Auditing
Melalui evaluasi dapat diketahui apakah output benar-benar sampai ke tangan kelompok sasaran maupun penerima lain individu, keluarga, organisasi,
birokrasi desa, dan lain-lain yang dimaksudkan oleh pembuat kebijakan. Tidak adakah penyimpangan dan kebocoran?
Universitas Sumatera Utara
4. Akunting
Dengan evaluasi dapat diketahui apa akibat sosial ekonomi dari kebijakan tersebut.
9
1. Proses pembuatan kebijakan
Dalam william dunn278 di dalam samodra wibawa, dkk10 Evaluasi kebijakan kiranya bermaksud untuk mengetahui empat aspek:
2. Proses implementasi
3. Konsekuensi kebijakan
4. Efektivitas dampak kebijakan
Lebih lanjut, tangkilisan2003:26 menjelaskan bahwa dalam melakukan evaluasi kebijakan, secara umum ada tiga aspek yang diharapkan dari seorang
evaluator kebijakan, yaitu: 1.
Aspek perumusan kebijakan, dimana evaluator berupaya untuk menemukan jawaban bagaimana kebijakan tersebut dibuat dan dirumuskan
2. Aspek implementasi kebijakan, dimana evaluator berupaya mencari
jawaban bagaimana kebijakan tersebut dilakukan. 3.
Aspek evaluasi dimana evaluator berusaha untuk mengetahui apa dampak yang ditimbulkan oleh suatu tindakan kebijakan, baik dampak yang
diinginkan maupun yang tidak diinginkan.
9
Samodra Wibawa, dkk Evaluasi Kebijakan Publik: 10; Dunn:278; Ripley:179
Universitas Sumatera Utara
‘Di pihak lain, evaluasi dapat dilakukan sebelum maupun sesudah kebijakan dilaksanakan. Keduanya disebut evaluasi summatif dan formatif’
10
Dengan mengkaji ketiga aspek tersebut diatas, dalam hal ini evaluasi kebijakan dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional. Artinya evaluasi
kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap akhir saja, melainkan dilakukan dalam seluruh proses kebijakan. Dengan demikian evaluasi kebijakan bisa
meliputi tahap perumusan masalah-masalah kebijakan, program-program yang diusulkan untuk menyelesaikan masalah-masalah kebijakan, implementasi,
maupun tahap dampak kebijakan.
11
10
Samodra wibawa, dkk...ibid: 358
11
Budi Winarno Kebijakan Publik Teori dan Proses 2007: 226
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan model evaluasi awal. Dimana dalam penelitian ini penulis akan mencoba mengevaluasi penyusunan
peraturan daerah rencana tata ruang wilayah
1.5.1.3 Indikator Pengukuran Evaluasi Kebijakan: