Penyampaian raperda tentang RTRW kota kepada Menteri untuk permohonan persetujuan substansi dengan disertai rekomendasi gubernur.
Bappeda Badan Perencanaan Pembangunan merupakan sebuah Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD yang mempunyai tugas untuk
mengkoordinasikan program perencanaan pembangunan, baik jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang. Sebagai sebuah lembaga SKPD,
disamping mengkoordinasikan program perencanaan pembangunan daerah, Bappeda juga berfungsi sebagai pusat penelitian di daerah baik ekonomi,
kependudukan, maupun sosial budaya. Bappeda juga berfungsi sebagai lembaga Evaluasi hasil pembangunan.
Memperhatikan permasalahan penataan tata ruang wilayah, paradigma penataan ruang dan masih banyaknya daerah yang belum memiliki perda tata
ruang wilayah maupun yang sedang dalam tahapan penyusunan perda tata ruang wilayah, maka penulis memandang perlunya untuk melakukan penelitian tentang
proses penyusunan peraturan daerah rencana tata ruang wilayah kota Pematang
Siantar dengan judul “ Evaluasi Penyusunan Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah di Kantor Bappeda Pematangsiantar”
1.2 Rumusan Masalah
Masalah timbul karena adanya tantangan, adanya kesangsian ataupun kebingungan kita terhadap suatu hal atau fenomena, adanya kemenduaan
artiambiguity, adanya halangan dan rintangan, adanya celahgap baik antara kegiatan atau antar fenomena, baik yang telah ada ataupun yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian diharapkan dapat memecahkan masalah-masalah itu, atau sedikit- dikitnya menutup celah yang terjadi.
6
1. Untuk mengetahui bagaimana Evaluasi Penyusunan Peraturan daerah
Rencana Tata Ruang Wilayah di kantor BappedaBadan Perencanaan Pembangunan Daerah Pematangsiantar.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan permasalahannya sebagai berikut:
“Bagaimana Evaluasi Penyusunan Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah di Kantor Bappeda Pematangsiantar?”
1.3 Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah pasti memiliki tujuan penelitian. Tujuan penelitian merupakan suatu pernyataan atau statement
tentang apa yang ingin kita cari atau yang ingin kita tentukan. Dalam hal ini yang menjadi tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah 1.
Secara subjektif, untuk mengembangkan pengetahuan, wawasan dan kemampuan berpikir dalam dalam pembuatan karya tulis ilmiah
6
Moh.nazir, Ph.D Metode Penelitian 2005: 111
Universitas Sumatera Utara
2. Secara praktis, sebagai masukan sumbangan pemikiran pada kantor
Bappeda kota Pematangsiantar dalam penyusunan perda rencana tata ruang wilayah
3. Secara akademis, sebagai bahan masukan ataupun bahan perbandingan
bagi orang-orang yang belum mengetahui proses penyusunan perda ataupun orang yang ingin mengadakan penelitian di bidang yang sama.
1.5 Kerangka Teori
Untuk memudahkan penulis dalam rangka penyusunan penelitian ini, maka dibutuhkan suatu landasan berfikir yang dijadikan sebagai pedoman untuk
menjelaskan masalah yang sedang disorot, pedoman tersebut disebut dengan kerangka teori. Menurut setiawan djuharie
7
Telaahan kepustakaan berisi tentang hasil telahaan terhadap teori dan hasil penelitian terdahulu yang
terkait. Telahaan ini bisa dalam arti membandingkan, mengkontraskan atau meletakkan tempat kedudukan masing-masing dalam masalah yang sedang
diteliti, dan pada akhirnya menyatakan posisi pendirian peneliti disertai dengan alasan-alasannya. Telahaan ini dipelukan karena tidak ada penelitian
empirik tanpa didahului telahaan kepustakaan.
7
Setiawan Djuharie pedoman penulisanskripsi, tesis, disertasi 2001:55
Universitas Sumatera Utara
1.5.1 Evaluasi Kebijakan 1.5.1.1 Beberapa Defenisi Mengenai Evaluasi Kebijakan
Michael howlet dan M Ramesh1995:11 dalam Subarsono 2005:13 mengemukakan bahwa evaluasi kebijakan adalah proses untuk
memonitor dan menilai hasil atau kinerja kebijakan. Anderson 1979 mengatakan bahwa Evaluasi adalah the
appraisal of assesstment of policy including its content implementation and impact penilaian atau pengukuran kebijakan termasuk isi, implementasi dan
dampaknya.
Secara umum istilah evaluasi dapat disamakan dengan penaksiran appraisal, pemberian angka rating dan penilaian assesment, kata-kata yang
menyatakan usaha untuk menganalisis hasil kebijakan dalam arti satuan nilainya. Dalam arti yang lebih spesifik, evaluasi berkenaan dengan produksi
informasi mengenai nilai atau manfaat hasil kebijakan. Dengan evaluasi, kebijakan-kebijakan ke depan akan lebih baik dan tidak
mengurangi kesalahan yang sama. Berikut ini ada beberapa argumen perlunya evaluasi:
1. Untuk menentukan tingkat kinerja suatu kebijakan. Melalui evaluasi maka
dapat diketahui derajat pencapaian tujuan dan sasaran 2.
Untuk mengetahui keberhasilan kegagalan atau kebijakan 3.
untuk mengetahui penyebab kegagalan
Universitas Sumatera Utara
4. untuk mengetahui apabila ada penyimpangan. Evaluasi juga bertujuan
utnuk mengetahui adanya penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi, dengan cara membandingkan antara tujuan dan sasaran dengan
pencapaian target. 5.
Sebagai bahan masukaninput untuk kebijakan yang akan datang. Tujuan akhir dari evaluasi adalah untuk memberikan masukan bagi proses
kebijakan ke depan agar dihasilkan kebijakan yang lebih baik. Ripley 1985 dalam subarsono 2005:10 hasil kebijakan bermanfaat bagi
penentuan kebijakan dimasa yang akan datang, agar kebijakan yang akan datang lebih baik dan lebih berhasil.
Selanjutnya Jones dalam Tangkilisan 2003:25 mengemukakan bahwa evaluasi suatu kebijakan publik berarti dilakukan peninjauan ulang untuk
mendapatkan perbaikan dari dampak yang tidak diinginkan. Melihat pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Evaluasi
kebijakan adalah kegiatan atau proses untuk mengukur dan selanjutnya menilai sampai dimanakah tujuan yang telah dirumuskan sudah dapat
dilaksanakan.
1.5.1.2 Model Tipe Evaluasi Kebijakan
Evaluasi kebijakan merupakan langkah terakhir dalam proses suatu kebijakan. Namun, evaluasi secara lengkap mengandung tiga pengertian:
Universitas Sumatera Utara
a. evaluasi awal, sejak awal sejak dari proses perumusan kebijakan sampai
saat sebelum dilaksanakan Ex-ante evaluation b.
Evaluasi dalam proses pelaksanaan atau monitoring c.
Evaluasi akhir, yang dilakukan setelah selesai proses pelaksanaan kebijakanex-post evaluation
Pentingnya evaluasi awal dalam proses kebijakan pada umumnya dirasakan karena setelah rumusan draff kebijakan dibuat atau disetujui masih
dirasakan ada keperluan untuk melakukan sosialisasi guna memperoleh tanggaan awal dari masyarakat. Contoh yang paling jelas dapat dilihat dalam
proses pembuatan undang-undang. Bersamaan dengan proses pelaksanaan ada kegiatan penilaian yang disebut
monitoring. Sekalipun kedua proses itu berjalan bersamaan, monitoring tidak boleh sampai mengganggu proses pelaksanaan. Bahkan monitoring diperlukan
untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan. Dengan monitoring diharapkan setiap kekeliruan atau ketidakcocokan yang terjadi sebagai akibat dari
kekurangan informasi pada saat formulasi kebijakan atau karena ada perubahan-perubahan yang tidak terduga di lapangan, segera dapat diperbaiki
dan disesuaikan. Dengan demikian, kekeliruan tidak berlarut-larut sehingga memperbesar kemungkinan terjadinya kegagalan. Maka itu, fokusnya tidak
hanya pada suatu tahap dalam proses kebijakan, tetapi pada keseluruhan proses. Karena itu, obyek yang diidentifikasi bukan sekedar kegagalan,
melainkan juga keberhasilan. Kegagalan menjadi sasaran untuk diperbaiki, sementara keberhasilan menjadi contoh untuk dikembangkan.
Universitas Sumatera Utara
Menurut William N Dunn, Gambaran utama evaluasi adalah bahwa evaluasi menghasilkan tuntutan-tuntutan yang bersifat evaluatif. Disini
pertanyaannya bukan mengenai faktaapakah sesuatu ada? atau aksi apakah yang harus dilakukan?tetapi nilaiberapa nilainya?. karena itu evaluasi
memiliki sejumlah karakteristik yang membedakannya dari metode-metode analisis kebijakan lainnya:
8
1. Fokus nilai
Evalusi merupakan usaha untuk menentukan manfaat atau kegunaan sosial kebijakan atau program dan buka sekedar usaha untuk mengumpulkan
informasi mengenai hasil aksi kebijakan yang terantisipasi dan tidak terantisipasi. Karena ketepatan tujuan dapat selau dipertanyakan, evaluasi
mencakup prosedur untuk mengevaluasi tujuan-tujuan dan sasaran itu. 2.
Interdependensi fakta-nilai Tuntutan evaluasi tergantung baik “fakta” maupun “nilai”. Untuk menyatakan
bahwa kebijakan atau program tertentu telah mencapai tingkat kinerja yang tinggi atau rendah diperlukan tidak hanya bahwa hasil-hasil kebijakan
berharga bagi sejumlah individu, kelompok atau seluruh masyarakat: untuk menyatakan demikian, harus didukung oleh bukti bahwa hasil-hasil kebijakan
secara aktual merupakan konsekuensi dari aksi-aksi yang dilakukan untuk
8
William N Dunn pengantar analisis kebijakan publik 1998:608
Universitas Sumatera Utara
memecahkan masalah tertentu. Oleh karena itu pemantauan merupakan prasyarat bagi evaluasi
3. Orientasi masa kini dan masa lampau
Tuntutan evaluatif, berbeda dengan tuntutan advokatif, diarahkan pada hasil sekarang dan masa lalu, ketimbang hasil masa depan. Evaluasi bersifat
retrospektif dan setelah aksi-aksi dilakukan ex post. Rekomendasi yang juga mencakup premis-premis nilai, bersifat prospektif dan dibuat sebelumaksi-aksi
dilakukan 4.
Dualitas nilai Nilai-nilai yang mendasari tuntutan evaluasi mempunyai kualitas ganda,
karena mereka dipandang sebagai tujuan dan segaligus cara. Evaluasi sama dengan rekomendasi sejauh berkenaan dengan nilai yang ada.
William Dunn dalam Abidin 2004;218, menunjuk pada perbedaan fungsi antar monitoring atau evaluasi dalam proses pelaksanaan dengan evaluasi
kinerja atau evaluasi sesudah pelaksanaan. William Dunn mengemukakan bahwa monitoring ditujukan untuk menjawab pertanyaan tentang apa yang
terjadi dalam proses pelaksanaan, bagaimana terjadinya dan mengapa, “what happened, how and why?” sementara evaluasi akhir menjawab persoalan
tentang perubahan apa yang telah terjadi. Menurut Dunn, monitoring menghasilkan informasi yang sifatnya empiris, berdasarkan fakta-fakta yang
ada designative claims, sementara evaluasi akhir menghasilkan informasi
Universitas Sumatera Utara
yang bersifat penilaian values dalam memenuhi kebutuhan, peluang dan atau memecahkan permasalahan.
Secara keseluruhan, evaluasi kebijakan memiliki empat fungsi : 1.
Eksplanasi Melalui evaluasi dapat dipotret realitas pelaksanaan program dan dapat dibuat
suatu generalisasi tentang pola-pola hubungan antar berbagai dimensi realitas yang diamatinya . disini, evaluator dapat mengetahui persoalan-persoalan
politis dan manajemen yang melekat dalam implementasi kebijakan. 2.
Kepatuhan Melalui evaluasi dapat diketahui apakah tindakan yang dilakukan oleh para
pelaku, baik birokrasi maupun pelaku lain sesuai dengan standar dan prosedur yang ditetapkan oleh kebijakan.
3. Auditing
Melalui evaluasi dapat diketahui apakah output benar-benar sampai ke tangan kelompok sasaran maupun penerima lain individu, keluarga, organisasi,
birokrasi desa, dan lain-lain yang dimaksudkan oleh pembuat kebijakan. Tidak adakah penyimpangan dan kebocoran?
Universitas Sumatera Utara
4. Akunting
Dengan evaluasi dapat diketahui apa akibat sosial ekonomi dari kebijakan tersebut.
9
1. Proses pembuatan kebijakan
Dalam william dunn278 di dalam samodra wibawa, dkk10 Evaluasi kebijakan kiranya bermaksud untuk mengetahui empat aspek:
2. Proses implementasi
3. Konsekuensi kebijakan
4. Efektivitas dampak kebijakan
Lebih lanjut, tangkilisan2003:26 menjelaskan bahwa dalam melakukan evaluasi kebijakan, secara umum ada tiga aspek yang diharapkan dari seorang
evaluator kebijakan, yaitu: 1.
Aspek perumusan kebijakan, dimana evaluator berupaya untuk menemukan jawaban bagaimana kebijakan tersebut dibuat dan dirumuskan
2. Aspek implementasi kebijakan, dimana evaluator berupaya mencari
jawaban bagaimana kebijakan tersebut dilakukan. 3.
Aspek evaluasi dimana evaluator berusaha untuk mengetahui apa dampak yang ditimbulkan oleh suatu tindakan kebijakan, baik dampak yang
diinginkan maupun yang tidak diinginkan.
9
Samodra Wibawa, dkk Evaluasi Kebijakan Publik: 10; Dunn:278; Ripley:179
Universitas Sumatera Utara
‘Di pihak lain, evaluasi dapat dilakukan sebelum maupun sesudah kebijakan dilaksanakan. Keduanya disebut evaluasi summatif dan formatif’
10
Dengan mengkaji ketiga aspek tersebut diatas, dalam hal ini evaluasi kebijakan dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional. Artinya evaluasi
kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap akhir saja, melainkan dilakukan dalam seluruh proses kebijakan. Dengan demikian evaluasi kebijakan bisa
meliputi tahap perumusan masalah-masalah kebijakan, program-program yang diusulkan untuk menyelesaikan masalah-masalah kebijakan, implementasi,
maupun tahap dampak kebijakan.
11
10
Samodra wibawa, dkk...ibid: 358
11
Budi Winarno Kebijakan Publik Teori dan Proses 2007: 226
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan model evaluasi awal. Dimana dalam penelitian ini penulis akan mencoba mengevaluasi penyusunan
peraturan daerah rencana tata ruang wilayah
1.5.1.3 Indikator Pengukuran Evaluasi Kebijakan:
Menurut Subarsono 2005:121 pengukuran evaluasi bervariasi, namun secara umum evaluasi kinerja kebijakan tersebut mengacu pada lima indikator
input, process, outputs, outcomes, dampak
Universitas Sumatera Utara
Indikator input adalah bahan baku yang digunakan sebagai masukan dalam sebuah sistem kebijakan. Input tersebut dapat berupa, SDM, Sumberdaya
finasnsial, tuntutan-tuntutan dan dukungan masyarakat. Sedangkan indikator proses memfokuskan pada penilaian bagaimana
sebuah kebijakan ditransformasikan dalam bentuk pelayanan langsung kepada masyarakat.
Sementara Indikator outputhasil, adalah keluaran dari sebuah sistem kebijakan, yang dapat berupa peraturan, kebijakan, pelayanan jasa dan
program. Outcomes, adalah hasil suatu kebijakan dalam jangka waktu tertentu
sebagai akibat diimplementasikannya suatu kebijakan. Impactdampak adalah akibat lebih jau pada masyarakat sebagai
konsekuensi adanya kebijakan yang diimplementasikan.
1.5.2 Pemerintah Daerah
Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan
dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
12
12
Undang-undang 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
Universitas Sumatera Utara
1.5.2.1 Kepala Daerah
Setiap daerah dipimpin oleh kepala pemerintah daerah yang disebut kepala daerah. Kepala daerah untuk provinsi disebut gubernur, untuk kabupaten disebut
bupati dan untuk kota adalah walikota. Kepala daerah dibantu oleh satu orang wakil kepala daerah, untuk provinsi disebut wakil Gubernur, untuk kabupaten
disebut wakil bupati dan untuk kota disebut wakil walikota. Kepala dan wakil kepala daerah memiliki tugas, wewenang dan kewajiban serta larangan. Kepala
daerah juga mempunyai kewajiban untuk memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada Pemerintah, dan memberikan laporan keterangan
pertanggungjawaban kepada DPRD, serta menginformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada masyarakat.
1.5.2.2 Wakil Pemerintah Pusat
Gubernur yang karena jabatannya berkedudukan juga sebagai wakil Pemerintah di wilayah provinsi yang bersangkutan, dalam pengertian untuk
menjembatani dan memperpendek rentang kendali pelaksanaan tugas dan fungsi Pemerintah termasuk dalam pembinaan dan pengawasan terhadap
penyelenggaraan urusan pemerintahan pada strata pemerintahan kabupaten dan kota. Wakil pemerintah sebagaimana dimaksud adalah perangkat pemerintah
pusat dalam rangka dekonsentrasi.
Tugas dan wewenang Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat adalah:
Universitas Sumatera Utara
1. pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah
kabupatenkota; 2.
koordinasi penyelenggaraan urusan Pemerintah di daerah provinsi dan kabupatenkota;
3. koordinasi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan tugas
pembantuan di daerah provinsi dan kabupatenkota.
Dalam kedudukannya tersebut, Gubernur bertanggung jawab kepada Presiden.
13
1.5.2.3 Perangkat Daerah
Perangkat daerah provinsi terdiri atas sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah, dan lembaga teknis daerah. Perangkat daerah
kabupatenkota terdiri atas sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah, lembaga teknis daerah, kecamatan, dan kelurahan.
Sekretariat Daerah dipimpin oleh Sekretaris Daerah. Sekretaris Daerah diangkat dari pegawai negeri sipil yang memenuhi persyaratan. Sekretaris Daerah
Provinsi diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Gubernur sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sekretaris Daerah KabupatenKota
diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur atas usul BupatiWalikota sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sekretaris Daerah karena kedudukannya
sebagai pembina pengawai negeri sipil di daerahnya.
13
http:id.wikipedia.orgwikiPemerintah_daerah_di_Indonesia
Universitas Sumatera Utara
Sekretariat DPRD dipimpin oleh Sekretaris DPRD. Sekretaris DPRD Provinsi diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur dengan persetujuan DPRD Provinsi.
Sekretaris DPRD KabupatenKota diangkat dan diberhentikan oleh BupatiWalikota dengan persetujuan DPRD KabupatenKota.
Dinas Daerah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah. Dinas daerah dipimpin oleh kepala dinas yang diangkat dan diberhentikan oleh kepala daerah
dari pegawai negeri sipil yang memenuhi syarat atas usul Sekretaris Daerah.
Lembaga Teknis Daerah merupakan unsur pendukung tugas kepala daerah dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik
berbentuk badan, kantor, atau rumah sakit umum daerah. Badan, kantor atau rumah sakit umum daerah sebagaimana dimaksud dipimpin oleh kepala badan,
kepala kantor, atau kepala rumah sakit umum daerah yang diangkat oleh kepala daerah dari pegawai negeri sipil yang memenuhi syarat atas usul Sekretaris
Daerah.
Kecamatan dibentuk di wilayah KabupatenKota dengan Perda KabupatenKota yang berpedoman pada Peraturan Pemerintah. Kecamatan
dipimpin oleh seorang camat yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan sebagian wewenang bupati atau walikota untuk menangani sebagian
urusan otonomi daerah. Camat diangkat oleh BupatiWalikota atas usul sekretaris daerah kabupatenkota dari pegawai negeri sipil yang menguasai pengetahuan
teknis pemerintahan dan memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Universitas Sumatera Utara
Kelurahan dibentuk di wilayah kecamatan dengan Perda KabupatenKota yang berpedoman pada Peraturan Pemerintah. Kelurahan dipimpin oleh seorang
lurah yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan dari BupatiWalikota. Lurah diangkat oleh BupatiWalikota atas usul Camat dari
pegawai negeri sipil yang menguasai pengetahuan teknis pemerintahan dan memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Tugas dan Wewenang
Pemerintah daerah bersama-sama DPRD mengatur regelling urusan pemerintahan daerah yang menjadi kewenangannya. Pemerintah daerah mengurus
bestuur urusan pemerintahan daerah yang menjadi kewenangannya. Pemerintah daerah wajib menyebarluaskan Perda yang telah diundangkan dalam Lembaran
Daerah dan Peraturan Kepala Daerah yang telah diundangkan dalam Berita Daerah. Pemerintah daerah dapat melakukan pinjaman yang bersumber dari
Pemerintah, pemerintah daerah lain, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank, dan masyarakat untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan
daerah. Pemerintah daerah dapat melakukan pinjaman yang berasal dari penerusan pinjaman hutang luar negeri dari Menteri Keuangan atas nama Pemerintah setelah
memperoleh pertimbangan Menteri Dalam Negeri. Perjanjian penerusan pinjaman tersebut dilakukan antara Menteri Keuangan dan Kepala Daerah. Pemerintah
daerah dengan persetujuan DPRD dapat menerbitkan obligasi daerah untuk membiayai investasi yang menghasilkan penerimaan daerah. Pemerintah daerah
dalam meningkatkan perekonomian daerah dapat memberikan insentif danatau
Universitas Sumatera Utara
kemudahan kepada masyarakat danatau investor yang diatur dalam Perda dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan. Pemerintah daerah dapat
melakukan penyertaan modal pada suatu Badan Usaha Milik Pemerintah danatau milik swasta. Penyertaan modal tersebut dapat ditambah, dikurangi, dijual kepada
pihak lain, danatau dapat dialihkan kepada badan usaha milik daerah. Pemerintah daerah dapat memiliki BUMD yang pembentukan, penggabungan, pelepasan
kepemilikan, danatau pembubarannya ditetapkan dengan Perda yang berpedoman pada peraturan perundangundangan. Pemerintah daerah dapat membentuk dana
cadangan guna membiayai kebutuhan tertentu yang dananya tidak dapat disediakan dalam satu tahun anggaran. Pengaturan tentang dana cadangan daerah
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Pemerintah daerah wajib melaporkan posisi surplusdefisit APBD kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan
setiap semester dalam tahun anggaran berjalan. Pemerintah daerah mengajukan rancangan Perda tentang perubahan APBD, disertai penjelasan dan dokumen-
dokumen pendukungnya kepada DPRD. Pemerintah daerah dapat membentuk badan pengelola pembangunan di kawasan perdesaan yang direncanakan dan
dibangun menjadi kawasan perkotaan. Pemerintah daerah mengikutsertakan masyarakat sebagai upaya pemberdayaan masyarakat dalam perencanaan,
pelaksanaan pembangunan, dan pengelolaan kawasan perkotaan.
Universitas Sumatera Utara
1.5.3 Rencana Tata Ruang Wilayah
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat
manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya
Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang
Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang
Pengaturan penataan ruang adalah upaya pembentukan landasan hukum bagi pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam penataan ruang
Perencanaan tata ruang adalah upaya agar penyelenggaraan penataan ruang dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang
Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif
dan atau aspek fungsional.
Universitas Sumatera Utara
Rencana tata ruang wilayah nasionalRTRWN adalah strategi dan arahan kebijakan pemanfaatan ruang wilayah negara untuk periode 20 dua puluh tahun
terhitung sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2026.
14
Menurut Haeruman 2004 dalam Suciaty.Tata ruang merupakan suatu rencana yang mengikat semua pihak, yang berbentuk alokasi peruntukan ruang di
suatu wilayah perencanaan. Bentuk tata ruang pada dasarnya dapat berupa alokasi letak, luas, dan atribut lain misalnya jenis dan intensitas kegiatan yang
direncanakan dapat dicapai pada akhir periode rencana.
15
Langkah awal penataan ruang adalah penyusunan rencana tata ruang. Rencana tata ruang diperlukan untuk mewujudkan tata ruang yang memungkinkan
semua kepentingan manusia dapat terpenuhi secara optimal. Rencana tata ruang, oleh sebab itu, merupakan bagian yang penting dalam proses pembangunan,
bahkan merupakan persyaratan untuk dilaksanakannya pembangunan, baik bagi daerah-daerah yang sudah tinggi intensitas kegiatannya maupun bagi daerah-
daerah yang baru mulai tumbuh dan berkembang. Selain bentuk tersebut, tata ruang juga dapat berupa suatu prosedur belaka tanpa
menunjuk alokasi letak, luas, dan atribut lain yang harus dipenuhi oleh para pelaku pengguna ruang di wilayah rencana. Namun tata ruang dapat pula terdiri
dari gabungan kedua bentuk diatas, yaitu terdapat alokasi ruang dan juga terdapat prosedur.
14
Undang-undang RI 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang
15
suciaty. 2006.magister teknik pembangunan wilayah dan Kota: Partisipasi masyarakat dalam penyusunan rencana tata ruang perkotaan, hal 26.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Budihardjo dan Sujarto 2005:208, perencanaan tata ruang kota selama ini masih saja cenderung terlalu berorientasi pada pencapaian tujuan ideal
berjangka panjang, yang sering meleset akibat banyaknya ketidakpastian. Di sisi lain terdapat jenis-jenis perencanaan yang disusun dengan landasan pemikiran
pemecahan masalah secara ad hoc yang berjangka pendek, kurang berwawasan luas.Seyogyanya pendekatan yang diambil mencakup keduanya.
Selanjutnya dijelaskan beberapa usulan atau rekomendasi untuk peningkatan kualitas perencanaan tata ruang dan pengelolaan lingkungan hidup di
masa mendatang agar dapat berkelanjutan: 1. Agar pengelolaan dan tata ruang kota tidak lagi sekadar dilihat sebagai
management of growth atau management of changes melainkan lebih sebagai management of conflicts.
2. Mekanisme development control yang ketat agar ditegakkan, lengkap dengan sanksi dis-insentif buat yang melanggar dan bonus insentif bagi mereka yang
taat pada peraturan. 3. Penataan ruang kota secara total, menyeluruh dan terpadu dengan model-model
participatory planning dan over the board planning atau perencanaan lintas sektoral sudah dilakukan secara konsekuen dan berkesinambungan.
Universitas Sumatera Utara
4. Kepekaan sosio-kultural para penentu kebijakan dan profesional khususnya di bidang tata ruang kota dan lingkungan hidup seyogyanya lebih ditingkatkan
melalui forum-forum baik secara formal maupun informal. 5. Dalam setiap perencanaan tata ruang kota dan pengelolaan lingkungan hidup
agar lebih diperhatikan kekayaan khasanah lingkungan alam. 6. Peran serta penduduk dan kemitraan dengan pihak swasta agar lebih
digalakkan. 7. Prinsip pembangunan berkelanjutan yang berwawasan pada kepentingan rakyat
agar dijabarkan dalam rencana dan tindakan nyata. Perencanaan tata ruang dapat mempengaruhi proses pembangunan melalui 3 alat utama yaitu Cadman dan
Crowe, 1991:143: 1. Rencana pembangunan, yang menyediakan pengendalian keputusan melalui
keputusan strategis dimana pemerintah mengadopsi rencana tata ruang untuk mengatur guna lahan dan perubahan lingkungan.
2. Kontrol pembangunan, yang menyediakan mekanisme administratif bagi perencana untuk mewujudkan rencana pembangunan setelah mengadopsi rencana
tata ruang. Kontrol pembangunan ini berlaku pula bagi pemilik lahan, pengembang dan investor.
3. Promosi pembangunan, merupakan cara yang paling mudah mengetahui interaksi antara perencanaan tata ruang dengan proses pembangunan. Dalam
Universitas Sumatera Utara
konteks pemerintahan, maka dengan adanya rencana tata ruang, pemerintah menginginkan adanya pembangunan dan investasi di daerahnya dengan cara
mempromosikan dan memasarkan lokasi, membuat lahan yang siap bangun dan menyediakan bantuan dana serta subsidi.
Pola pikir secara terpadu dalam penataan kota diperlukan, tidak saja dalam pengertian komprehensif terhadap unsur-unsur pembangunan kota namun juga
mengandung pengertian terhadap pendekatan sistem yang tak terpisahkan antara perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian development cycle dalam setiap
tahap penataan kota. Artinya pada tahap perencanaan, harus berfikir tentang bagaimana mencapai rencana yang disusun pemanfaatan, sekaligus bagaimana
dapat konsisten terhadap rencana yang dirumuskan pengendalian. Sebaliknya pada tahap pengendalian, harus melihat ijin pelaksanaan pembangunan
pemanfaatan dan sekaligus mengacu pada rencana yang dibuat Pasaribu dan Suprapto, 2004:9.
Selain itu, rencana tata ruang hendaknya Kiprah, 2001:22: 1. Quickly yielding, rencana tata ruang mampu menganalisis pertumbuhan dan
perkembangan daerah, menghasilkan langkah-langkah serta tahapan-tahapan dan waktu pelaksanaan pembangunan untuk kurun waktu tertentu.
2. Political friendly, demokratisasi dan transparansi sudah menjadi kebutuhan dalam seluruh rangkaian proses penyusunannya. Pengetahuan-pengetahuan
rencana tata ruang mulai dari rembug desa hingga penetapan oleh DPRD sangat menentukan kewibawaan rencana tata ruang.
Universitas Sumatera Utara
3. User friendly, mudah dimengerti dan dipahami oleh segenap lapisan masyarakat. Sosialisasi perlu dilakukan terus menerus, sehingga masyarakat
mudah memahami rencana dan perkembangan yang terjadi. 4. Market friendly, rencana tata ruang membuka peluang kepentingan dunia usaha
dan rencana penanaman investasi dengan memperhatikan rencana tata guna tanah yang sesuai dengan peruntukannya.
5. Legal friendly, mempunyai kepastian hukum dan masyarakat dapat memperoleh kemudahan-kemudahan untuk melakukan investasinya.
Lebih lanjut, suatu rencana tata ruang akan berhasil bila memenuhi kriteriaunsurunsur sebagai berikut:
a. Disusun berdasarkan orientasi pasar.
b. Rencana tata ruang memiliki peluang bagi aktor atau stakeholder
mengikuti dan mengisi tata ruang tersebut. c.
Mempunyai batasan-batasan yang jelas terutama menyangkut kewenangan masing-masing aktor dan stakeholder agar mempunyai
kepastian hukum yang jelas. d.
Disusun untuk mengurangi dampak psikologis yang berkembang di dalam masyarakat dan mengakomodasikan berbagai kepentingan pelaku
pembangunan, baik kelompok minoritas misalnya pengembang, kontraktor maupun mayoritas masyarakat.
e. Mempunyai informasi yang jelas mengenai tahapan pelaksanaan
pembangunan dan kapan rencana tersebut dilaksanakan.
Universitas Sumatera Utara
f. Memiliki konsep pembangunan fisik, sosial, dan ekonomi yang pasti,
masyarakat mengetahui alokasi pembangunan dan pengembangan, sehingga diperoleh informasi daerahkawasan yang dapat dikembangkan
dan dipertahankan. g.
Disusun untuk membangun kebersamaan, memperoleh kesepakatan dengan menunjukkan pula kelemahan dan kelebihan rencana tata ruang
serta dampak yang akan ditimbulkannya, baik positif maupun negatif.
1.5.3.1 Fungsi dan Manfaat RTRW Kota
16
16
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 17 tahun 2009
1.5.3.1.1 Fungsi RTRW Kota
Fungsi RTRW kota adalah sebagai: 1. Acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
RPJPD dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD. 2. Acuan dalam pemanfaatan ruangpengembangan wilayah kota
3. Acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan dalam wilayah kota 4. Acuan lokasi investasi dalam wilayah kota yang dilakukan pemerintah,
masyarakat, dan swasta
Universitas Sumatera Utara
5. Pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata ruang di wilayah kota 6. Dasar pengendalian pemanfaatan ruang dalam penataanpengembangan
wilayah kota yang meliputi penetapan peraturan zonasi, perijinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi; dan
7. Acuan dalam administrasi pertanahan.
1.5.3.1.2 Manfaat RTRW Kota
Manfaat RTRW kota adalah untuk: 1. Mewujudkan keterpaduan pembangunan dalam wilayah kota
2. Mewujudkan keserasian pembangunan wilayah kota dengan wilayah sekitarnya; dan
3. Menjamin terwujudnya tata ruang wilayah kota yang berkualitas.
1.5.3.2 Proses dan Prosedur Penyusunan RTRW Kota
17
Kegiatan persiapan meliputi:
1.5.3.2.1 Proses Penyusunan RTRW Kota 1.5.3.2.1.1Persiapan Penyusunan RTRW Kota
A. Kegiatan Persiapan
17
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 17 tahun 2009
Universitas Sumatera Utara
1. Persiapan awal pelaksanaan, meliputi : pemahaman Kerangka Acuan Kerja KAK atau Terms of Reference TOR dan penyiapan Rencana Anggaran Biaya
RAB 2. Kajian awal data sekunder, mencakup review RTRW Kota sebelumnya dan
kajian kebijakan terkait lainnya 3. Persiapan teknis pelaksanaan yang meliputi:
a. penyimpulan data awal ; b. penyiapan metodologi pendekatan pelaksanaan pekerjaan;
c. penyiapan rencana kerja rinci; Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
d. penyiapan perangkat survei checklist data yang dibutuhkan, panduan wawancara, kuesioner, panduan observasi dan dokumentasi, dan lain-lain, serta
mobilisasi peralatan dan personil yang dibutuhkan; dan 4. Pemberitaan kepada publik perihal akan dilakukannya penyusunan RTRW
kota. B. Hasil dari Pelaksanaan Kegiatan Persiapan
Hasil dari kegiatan persiapan ini, meliputi: 1. gambaran umum wilayah perencanaan;
2. kesesuaian produk RTRW sebelumnya dengan kondisi dan kebijakan saat ini;
Universitas Sumatera Utara
3. hasil kajian awal berupa kebijakan terkait wilayah perencanaan, isu strategis, potensi dan permasalahan awal wilayah perencanaan, serta gagasan awal
pengembangan wilayah perencanaan; 4. metodologi pendekatan pelaksanaan pekerjaan yang akan digunakan;
5. rencana kerja pelaksanaan penyusunan RTRW kota; dan 6. perangkat survei data primer dan data sekunder yang akan digunakan pada saat
proses pengumpulan data dan informasi survei. C. Waktu Kegiatan
Untuk melaksanakan kegiatan persiapan ini dapat dibutuhkan waktu 1 bulan, tergantung dari kondisi daerah dan pendekatan yang digunakan.
1.5.3.2.1.2 Pengumpulan Data yang Dibutuhkan
A. Kegiatan Pengumpulan Data Untuk keperluan pengenalan karakteristik wilayah kota dan penyusunan rencana
struktur dan pola ruang wilayah kota, harus dilakukan pengumpulan data primer dan data sekunder.
Pengumpulan data primer dapat meliputi : 1. Penjaringan aspirasi masyarakat yang dapat dilaksanakan melalui penyebaran
angket, temu wicara, wawancara orang per orang dan lain sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
2. Pengenalan kondisi fisik dan sosial ekonomi wilayah kota secara langsung melalui kunjungan ke semua bagian wilayah kota.
Data sekunder yang harus dikumpulkan sekurang-kurangnya meliputi: 1. peta
a. peta Rupa Bumi Indonesia RBI atau peta topografi skala 1:25.000 sebagai peta dasar Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota b. citra satelit
untuk memperbaharui update peta dasar dan membuat peta tutupan lahan Citra satelit yang digunakan harus menggunakan citra dengan informasi terakhir. Untuk
RTRW Kota disarankan untuk menggunakan citra satelit resolusi 60 cm - 1 m. c. peta batas wilayah administrasi,
d. peta batas kawasan hutan, e. peta informasi analisis kebencanaan kegempaan, bahaya
gunung api, dll, dan f. peta identifikasi potensi sumberdaya alam.
2. data dan informasi a. data dan informasi kebijakan penataan ruang terkait RTRW provinsi, RTR
KSN, RTRW kota sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
b. RPJP Kota dan RPJM Kota, untuk kota-kota yang telah memiliki RPJP dan RPJM
c. data tentang kependudukan d. data tentang prasarana, sarana, dan utilitas wilayah
e. data perekonomian wilayah f. data tentang kemampuan keuangan pembangunan daerah
g. data kondisi fisiklingkungan dan sumber daya alam termasuk penggunaan lahan eksisting
h. data dan informasi tentang kelembagaan pembangunan daerah i. data dan informasi tentang kebijakan pembangunan sektoral, terutama yang
merupakan kebijakan pemerintah pusat j. peraturan-perundang undangan terkait
Tingkat akurasi data, sumber penyedia data, kewenangan sumber atau instansi penyedia data, tingkat kesalahan, variabel ketidakpastian, serta variabel-variabel
lainnya yang mungkin ada, perlu diperhatikan dalam pengumpulan data. Data dalam bentuk data statistik dan peta, serta informasi yang dikumpulkan berupa
data tahunan time series minimal 5 lima tahun terakhir dengan kedalaman data setingkat kelurahandesa. Dengan data berdasarkan kurun waktu tersebut
diharapkan dapat memberikan gambaran perubahan apa yang terjadi pada wilayah kota.
Universitas Sumatera Utara
A. Hasil dari Pelaksanaan Kegiatan Hasil kegiatan pengumpulan data harus didokumentasikan sebagai bagian dalam
Buku Data dan Analisis. C. Waktu Kegiatan
Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pengumpulan data primer dan sekunder antara 2 dua - 3 tiga bulan, tergantung dari kondisi ketersediaan data di daerah
maupun jenis pendekatan dan metode yang digunakan pada tahap ini.
1.5.3.2.1.3 Pengolahan dan Analisis Data
A. Kegiatan Pengolahan dan Analisis Data Secara garis besar ada dua rangkaian analisis utama yang harus dilakukan dalam
penyusunan RTRW Kota. Pertama, analisis untuk menggambarkan karakteristik tata ruang wilayah kota. Kedua analisis potensi dan masalah pengembangan kota.
Karakteristik tata ruang wilayah kota yang harus digambarkan, meliputi : 1. kedudukan dan peran kota dalam wilayah yang lebih luas regional
a. kedudukan dan peran kota dalam sistem perkotaan nasional; b. kedudukan dan peran kota dalam rencana tata ruang kawasan metropolitan bila
masuk dalam kawasan metropolitan; c. kedudukan dan peran kota dalam rencana struktur ruang provinsi;
d. kedudukan dan peran kota dalam sistem perekonomian regional.
Universitas Sumatera Utara
2. karakteristik fisik wilayah, sekurang-kurangnya meliputi: a. karakteristik umum fisik wilayah letak geografis, morfologi wilayah, dan
sebagainya; b. potensi rawan bencana alam longsor, banjir, tsunami dan bencana alam
geologi; c. potensi sumberdaya alam mineral, batubara, migas, panas bumi dan air tanah;
dan d. kesesuaian lahan pertanian tanaman pangan, tanaman
perkebunan, dan sebagainya. 3. karakteristik sosial-kependudukan, sekurang-kurangnya meliputi:
a. sebaran kepadatan penduduk di masa sekarang dan di masa yang akan datang 20 tahun;
b. proporsi penduduk di masa sekarang dan di masa yang akan datang 20 tahun; dan
c. kualitas SDM dalam mendapatkan kesempatan kerja. 4. karakteristik ekonomi wilayah, sekurang-kurangnya meliputi:
a. basis ekonomi wilayah, ekonomi lokal, dan sektor informal; b. prospek pertumbuhan ekonomi wilayah di masa yang akan datang; dan
c. prasarana dan sarana penunjang pertumbuhan ekonomi.
Universitas Sumatera Utara
5. kemampuan keuangan pembangunan daerah, sekurang-kurangnya meliputi: a. sumber penerimaan daerah dan alokasi pembiayaan pembangunan; dan
b. prediksi peningkatan kemampuan keuangan pembangunan daerah.
Berdasarkan karakteritik tata ruang wilayah kota kemudian dilakukan analisis potensi dan masalah pengembangan kota yang meliputi :
1. analisis daya dukung wilayah kota serta optimasi pemanfaatan ruang; 2. analisis daya tampung wilayah kota;
3. analisis pusat-pusat pelayanan; 4. analisis kebutuhan ruang; dan
5. analisis pembiayaan pembangunan Hasil dari keseluruhan kegiatan analisis meliputi :
1. visi pengembangan kota; 2. potensi dan masalah penataan ruang wilayah kota dari multi aspek yang
berpengaruh; 3. peluang dan tantangan penataan ruang wilayah kota dari multi aspek yang
berpengaruh; 4. kecenderungan perkembangan dan kesesuaian kebijakan pengembangan kota;
Universitas Sumatera Utara
5. perkiraan kebutuhan pengembangan wilayah kota yang meliputi pengembangan struktur ruang seperti sistem perkotaan dan sistem prasarana, serta pengembangan
pola ruang yang sesuai dalammenyelesaikan permasalahan yang ada dengan menggunakan potensi yang dimiliki, mengelola peluang yang ada, serta dapat
mengantisipasi tantangan pembangunan ke depan; 6. daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah;
B. Hasil Pelaksanaan Kegiatan Hasil kegiatan pengolahan data dan analisis didokumentasikan dalam buku Data
dan Analisa. Pokok-pokok penting yang menggambarkan karakteristik tata ruang wilayah kota selanjutnya menjadi bagian awal dari buku RTRW kota.
C. Waktu Kegiatan Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan analisis adalah antara 2-6 bulan,
bergantung pada kondisi data yang berhasil dikumpulkan dan metoda pengolahan data yang digunakan.
1.5.3.2.1.4 Perumusan Konsep RTRW Kota
A. Kegiatan Perumusan Konsep RTRW Kota Kegiatan perumusan konsepsi RTRW kota terdiri atas perumusan konsep
pengembangan wilayah dan perumusan RTRW kota itu sendiri. Konsep pengembangan wilayah dilakukan berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan
Universitas Sumatera Utara
sebelumnya dengan menghasilkan beberapa alternatif konsep pengembangan wilayah, yang berisi:
1. rumusan tentang tujuan, kebijakan, dan strategi pengembangan wilayah kota; dan
2. konsep pengembangan wilayah kota; Setelah dilakukan beberapa kali iterasi, dipilih alternatif terbaik sebagai dasar
perumusan RTRW kota. Hasil kegiatan perumusan konsepsi RTRW yang berupa RTRW kota terdiri atas:
a. tujuan, kebijakan dan strategi penataan kota; b. rencana struktur ruang kota;
c. rencana pola ruang kota; d. penetapan kawasan-kawasan strategis kota;
e. arahan pemanfaatan ruang; dan f. arahan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang.
B. Hasil Pelaksanaan Kegiatan Perumusan Konsepsi Hasil kegiatan Perumusan Konsepsi RTRW Kota didokumentasikan dalam buku
RTRW kota yang merupakan materi teknis RTRW kota.
Universitas Sumatera Utara
C. Waktu Kegiatan Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan perumusan konsep RTRW kota adalah
2 - 7 bulan.
1.5.3.2.1.5 Penyusunan Raperda Tentang RTRW Kota
A. Kegiatan Penyusunan Raperda Tentang RTRW Kota Kegiatan penyusunan naskah raperda tentang RTRW kota merupakan proses
penuangan naskah teknis RTRW kota ke dalam bentuk pasal-pasal dan mengikuti kaidah penyusunan peraturan perundang-undangan, khususnya ketentuan-
ketentuan dalam UU No. 10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
B. Hasil Pelaksanaan Kegiatan Produk yang dihasilkan dari kegiatan ini adalah naskah Rancangan Peraturan
Daerah tentang RTRW kota. C. Waktu Kegiatan
Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penyusunan rancangan Peraturan Daerah tentang RTRW kota adalah 1 satu bulan, dan dapat dilakukan secara
simultan dengan penyusunan naskah teknis RTRW.
Universitas Sumatera Utara
1.5.3.2.2 Prosedur Penyusunan RTRW Kota
Prosedur penyusunan RTRW kota merupakan pentahapan yang harus dilalui dalam proses penyusunan RTRW kota sampai dengan proses legalisasi RTRW
kota yang melibatkan instansi terkait pemerintah daerah kota, instansi terkait pemerintah provinsi, dewan perwakilan rakyat daerah, masyarakat, dan instansi
terkait pemerintah pusat. Masyarakat yang menjadi pemangku kepentingan dalam penyusunan RTRW kota
meliputi: a. orang perseorangan atau kelompok orang;
b. organisasi masyarakat tingkat kota atau yang memiliki cakupan wilayah layanan satu kota atau lebih dari kota yang sedang melakukan penyusunan RTRW
kota; c. perwakilan organisasi masyarakat tingkat kota dan kabupatenkota yang
berdekatan secara sistemik memiliki hubungan interaksi langsung dari daerah yang dapat terkena dampak dari penataan ruang di daerah yang sedang disusun
RTRW kota-nya; dan d. Perwakilan organisasi masyarakat tingkat kota dan kabupatenkota dari daerah
yang dapat memberikan dampak bagi penataan ruang di daerah yang sedang disusun RTRW kotanya.
Universitas Sumatera Utara
Prosedur penyusunan RTRW kota meliputi: A. pembentukan tim penyusun RTRW kota yang beranggotakan unsur-unsur dari
pemerintah daerah kota, khususnya dalam lingkup Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah BKPRD kota yang bersangkutan;
B. pelaksanaan penyusunan RTRW kota; C. pelibatan peran mayarakat di tingkat kota dalam penyusunan RTRW kota
melalui: 1. Pada Tahap Persiapan, Pemerintah Telah Melibatkan Masyarakat Secara Pasif
Dengan Pemberitaan Mengenai Informasi Penataan Ruang Melalui: a. media massa televisi, radio, surat kabar, majalah;
b. brosur, leaflet, flyers, surat edaran, buletin, jurnal, buku; c. kegiatan pameran, pemasangan poster, pamflet, papan pengumuman, billboard;
d. kegiatan kebudayaan misal: pagelaran wayang dengan menyisipkan informasi yang ingin disampaikan di dalamnya;
e. multimedia video, VCD, DVD; f. website;
g. ruang pamer atau pusat informasi; danatau h. pertemuan terbuka dengan masyarakatkelompok masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
2. Pada Tahap Pengumpulan Data, Peran MasyarakatOrganisasi Masyarakat Akan Lebih Aktif Dalam Bentuk:
a. pemberian data informasi kewilayahan yang diketahuidimiliki datanya; b. pendataan untuk kepentingan penatan ruang yang diperlukan;
c. pemberian masukan, aspirasi, dan opini awal usulan rencana penataan ruang; d. identifikasi potensi dan masalah penataan ruang.
Media yang digunakan untuk mendapatkan infomasimasukan dapat melalui: a kotak aduan;
b pengisian kuesioner, wawancara; c website, surat elektronik, form aduan, polling, telepon, pesan
singkatSMS; d pertemuan terbuka atau public hearings;
e kegiatan workshop, focus group disscussion FGD; f penyelenggaraan konferensi; danatau
g ruang pamer atau pusat informasi. 3. Pada Tahap Perumusan Konsepsi RTRW Kota, masyarakat terlibat secara aktif
dan bersifat dialogiskomunikasi dua arah. Dialog dilakukan antara lain melalui
Universitas Sumatera Utara
konsultasi publik, workshop, FGD, seminar, dan bentuk komunikasi dua arah lainnya.
Pada kondisi keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan penataan ruang telah lebih aktif, maka dalam penyusunan RTRW kota dapat memanfaatkan
lembagaforum yang telah ada seperti: a. satuan kerja task forcetechnical advisory committee;
b. steering committee; c. forum delegasi; danatau
d. forum pertemuan antar pemangku kepentingan.
D. Pembahasan raperda tentang RTRW kota oleh pemangku kepentingan ditingkat kota. Pada tahap pembahasan raperda ini, masyarakat dapat berperan
dalam bentuk pengajuan usulan, keberatan, dan sanggahan terhadap raperda tentang RTRW kota melalui:
1. media massa televisi, radio, surat kabar, majalah; 2. website resmi lembaga pemerintah yang berkewenangan menyusun RTRW
kota;
3. surat terbuka di media massa; 4. kelompok kerja working grouppublic advisory group; danatau
5. diskusitemu warga public hearingsmeetings, konsultasi publik, workshops, charrettes, seminar, konferensi, dan panel.
Universitas Sumatera Utara
1.5.3.3 Proses dan Prosedur Penetapan RTRW Kota
Proses dan prosedur penetapan RTRW kota merupakan tindak lanjut dari proses dan prosedur penyusunan RTRW kota sebagai satu kesatuan sistem perencanaan
tata ruang wilayah kota. Proses dan prosedur penetapannya diatur berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. Secara garis besar proses dan prosedur
penetapan RTRW kota meliputi tahapan sebagai berikut: a. Pengajuan Raperda tentang RTRW kota dari walikota kepada Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah DPRD kota, atau sebaliknya; b. Pembahasan RTRW oleh DPRD bersama pemerintah daerah kota;
c. Penyampaian raperda tentang RTRW kota kepada Menteri untuk permohonan persetujuan substansi dengan disertai rekomendasi gubernur, sebelum raperda
kota disetujui bersama antara pemerintah daerah kota dengan DPRD kota; d. penyampaian raperda tentang RTRW kota kepada gubernur untuk dievaluasi
setelah disetujui bersama antara pemerintah daerah kota dengan DPRD kota; dan e. penetapan raperda kota tentang RTRW kota oleh Sekretariat Daerah kota.
1.5.4 Peraturan Daerah
Peraturan daerah adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan persetujuan bersama Kepala Daerah
gubernur atau bupatiwalikota.
Universitas Sumatera Utara
Materi muatan Peraturan Daerah adalah seluruh materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan, dan menampung kondisi
khusus daerah serta penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.
Peraturan Daerah terdiri atas:
1.
Peraturan Daerah Provinsi, yang berlaku di provinsi tersebut. Peraturan Daerah Provinsi dibentuk oleh DPRD Provinsi dengan persetujuan
bersama Gubernur.
2.
Peraturan Daerah KabupatenKota, yang berlaku di kabupatenkota tersebut. Peraturan Daerah KabupatenKota dibentuk oleh DPRD
KabupatenKota dengan persetujuan bersama BupatiWalikota. Peraturan Daerah KabupatenKota tidak subordinat terhadap Peraturan Daerah
Provinsi.
18
1.5.4.1 Mekanisme Pembentukan Peraturan Daerah
Rancangan Peraturan Daerah Raperda dapat berasal dari DPRD atau kepala daerah gubernur, bupati, atau walikota. Raperda yang disiapkan oleh
Kepala Daerah disampaikan kepada DPRD. Sedangkan Raperda yang disiapkan oleh DPRD disampaikan oleh pimpinan DPRD kepada Kepala Daerah.
18
http:id.wikipedia.orgwikiPeraturan_daerah
Universitas Sumatera Utara
Pembahasan Raperda di DPRD dilakukan oleh DPRD bersama gubernur atau bupatiwalikota. Pembahasan bersama tersebut melalui tingkat-tingkat
pembicaraan, dalam rapat komisipanitiaalat kelengkapan DPRD yang khusus menangani legislasi, dan dalam rapat paripurna.
Raperda yang telah disetujui bersama oleh DPRD dan Gubernur atau BupatiWalikota disampaikan oleh Pimpinan DPRD kepada Gubernur atau
BupatiWalikota untuk disahkan menjadi Perda, dalam jangka waktu palinglambat 7 hari sejak tanggal persetujuan bersama. Raperda tersebut disahkan oleh
Gubernur atau BupatiWalikota dengan menandatangani dalam jangka waktu 30 hari sejak Raperda tersebut disetujui oleh DPRD dan Gubernur atau
BupatiWalikota. Jika dalam waktu 30 hari sejak Raperda tersebut disetujui bersama tidak ditandangani oleh Gubernur atau BupatiWalikota, maka Raperda
tersebut sah menjadi Perda dan wajib diundangkan.
19
a. Perda ditetapkan oleh kepala daerah setelah mendapat persetujuan bersama
DPRD
1.5.4.2 Pembentukan Peraturan Daerah 1. Prinsip Pembentukan Perda
Setelah UU No 22 tahun 1999 diganti dengan UU no.32 tahun 2004 prinsip- prinsip pembentukan peraturan daerah ditentukan sebagai berikut:
b. Perda dibentuk dalam rangka penyelenggaraan otonomi, tugas pembantuan
dan merupakan penjabaran lebih lanjut peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memerhatikan ciri khas masing-masing daerah
c. Perda tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum dan atau
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi
19
Undang-undang RI Nomor 10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
Universitas Sumatera Utara
d. Perda dibentuk berdasarkan pada asas pembentukan peraturan perundang-
undangan e.
Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan atau tertulis dalam rangka penyiapan atau pembahasan ranperda
f. Perda dapat memuat ketentuan beban biaya paksaan penegakan hukum,
atau pidana kurungan paling lama enam bulan atau denda sebanyak- banyaknya rp.50.000.000,-lima puluh juta rupiah
g. Peraturan kepala daerah dan atau keputusan kepala daerah ditetapkan
untuk melaksanakan Perda h.
Perda berlaku setelah diundangkan dalam lembaran daerah i.
Perda dapat menunjuk pejabat tertentu sebagai pejabat-penyidik pelanggaran perda
j. Pengundangan perda dalam lembaran daerah dan peraturan daerah dalam
berita daerah.
20
2.Teknik Perundang-Undangan
Teknik perundang-undangan bertujuan membuat atau menghasilkan peraturan perundang-undangan yang baik. Suatu peraturan perundang-undangan yang baik
dapat dilihat dari berbagai segi:
21
1. Ketetapan struktur, ketetapan pertimbangan, ketetapan dasar hukum,
ketetapan bahasaperistilahan, ketetapan pemaiakan huruf dan tanda baca. 2.
Kesesuaian isi dengan dasar yuridis, sosiologis dan filosofis. Kesesuaian yuridis menunjukkkan adanya kewenanagn, kesesuaian bentuk dan jenis
peraturan perundang-undangan yang satu dengan yang lain, dan tidak bertentangan dengan asas-asas hukum umum yang berlaku. Kesesuaian
sosiologis mengggambarkan bahwa peraturan perundang-undangan yang dibuat sesuai dengan kebutuhan, tuntutan dan perkembangan masyarakat.
20
Ni’Matul Huda, SH.,M Hum Otonomi daerah 2005:23
21
H Abdul Latief Hukum Dan Peraturan Kebijaksanaan Pada Pemerintahan Daerah 2005: 68
Universitas Sumatera Utara
Kesesuaian filosofis menggambakan bahwa perundang-undangan dibuat dalam rangka mewujudkan, melaksanakan atau memelihara cita
hukumrechtsidee yang menjadi patokan hidup bermasyarakat. 3.
Peraturan perundang-undangan tersebut dapat dilaksanakanapplicable dan menjamin kepastian. Suatu peraturan perundang-undangan harus
memperhitungkan daya dukung baik lingkungan pemerintahan yang akan melaksanakan maupun masyarakt tempat peraturan perundang-undangan
Prof. Van der Vlies menyebutkan, untuk membuat peraturan perundang- undangan yang baik harus ada dua asas yaitu asas formal dan asas material.
Asas formal mencakup: asas tujuan yang jelas, asas organ lembaga yang tepat, asas perlunya peraturan, asas dapat dilaksanakan dan asas konsensus.
Sedangkan asas material mencakup: asas terminologi dan sistematika yang benar, asas dapat dikenali, asas perlakuan yang sama dalam hukum sesuai
dengan keadaan individual.
1.5.4.3 Wewenang Dan Pembentukan Peraturan Daerah 1. Kewenangan membentuk peraturan daerah
Peraturan daerah merupakan peraturan perundang-undangan. Peraturan daerah itu semacam undang-undang, karena itu kewenangan pembentuknya
mengikuti kewenangan pembentukan undang-undang.
Universitas Sumatera Utara
Peraturan daerah ditetapkan oleh kepala daerah dengan persetujuan Dewan perwakilan rakyat Daerah. Telah dikemukakan pula,dalam penjelasan umum
undang-undang no 32 tahun 2004 disebutkan bahwa kewenangan yang ada pada kepala daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah mengandung
pengertian bahwa pembentukan peraturan daerah dapat dilakukan bersama- sama.
2. Prakarsa pembentukan peraturan daerah
22
A. Prakarsa Kepala Daerah
telah dikemukakan bahwa kepala daerah mempunyai hak prakarsa menyusun rancangan peraturan daerah untuk disetujui dewan perwakilan rakyat daerah.
Pasal 140 uu no 32 tahun 2004 menyebutkan, ayat 1 rancangan perda dapat berasal dari DPRD, Gubernur, atau bupati walikota dan pasal 141 ayat 1
rancangan perda disampaikan oleh anggota, komisi, gabungan komisi atau alat kelengkapan DPRD yang khusus menangani bidang legislasi, dengan
mekanisme sebagai berikut:
1. Konsep rancangan peraturan daerah disusun oleh dinas biro unit kerja
yang berkaitan dengan materi muatan yang akan diatur. Sebelum penyusunan dilakukan, dinas, biro, unit kerja bersangkutan
memberitahukan kepada biro hukum atau bagian hukum. Penyusunan konsep oleh dinas biro unit kerja tidak berarti selalu oleh satu dinas biro
22
H Abdul Latief...op. cit hal 60-68
Universitas Sumatera Utara
unit. Penyusunan itu dapat juga dilakukan bersam-sama dinas, biro, unit kerja lain. Penyusunan bersama ini harus dimungkinkan karena ada
kemungkinan bahkan hampir selalu materi muatan suatu peraturan daerah berkaitan dengan tugas berbagai dinas, iro dan sebagainya.
Bahkan ada baiknya ditradisikan penyusunan oleh sebuah tim seperti Tim Abtar Departemen atau penyusunan Rancangan Peraturan Pemerintah.
Tim tersebut dapat mengikutsertakan pihak-pihak diluar pemerintah daerah yang bersangkutan seperti ahli-ahli dari Universitas, badan
peradilan, kejaksaan, kepolisian, perbankan dan lain-lain instansi yang dipandang dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk melahirkan
suatu peraturan daerah yang baik. 2.
Konsep yang telah disusun dinas, biro, unit kerja tersebut disampaikan kepada biro hukum atau bagian hukum untuk pemeriksaan teknis seperti
kesesuaian dengan peraturan perundang-undangan lain, kesesuaian dengan kebijaksanaan umum pemerintahan pusat atau daerah bersangkutan dan
kebakuan format sesuai dengan pedoman yang berlaku. 3.
Biro hukum atau bagian hukum akan mengundang dinas, biro, unit kerja yang akan menyusun konsep dan unit-unit kerja lain untuk ikut
menyempurnakan konsep tersebut. Apabila sejak penyusunan konsep, unit-unit kerja lain diikutsertakan, maka pembahasan bersama akan
dipermudah bahkan mungkin ditiadakan. Dengan mengikutsertakan berbagai unit dalam penysusunan konsep, maka pembahasan bersama atas
konsep mungkin hanya diperlukan apabila biro hukum atau bagian hukum
Universitas Sumatera Utara
setelah melakukan pemeriksaan menemukan hal-hal yang memerlukan perubahan-perubahan terutama perubahan substansi atau materi
4. Biro hukum atau bagian hukum menyusun penyempurnaankonsep final
untuk diteruskan kepada kepala daerah mengadakan mengadakan pemeriksaan dibantu sekwilda
5. Konsep rancangan peraturan daerah yang telah disetujui kepala daerah
berubah menjadi rnacangan peraturan daerah. 6.
Rancangan peraturan daerah disampaikan kepala daerah kepada ketua dewan perwakilan rakyat daerah disertai nota pengantar untuk
memperoleh persetujuan dewan.
B. Prakarsa Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Tata cara penyusunan rancangan peraturan daerah oleh dewan perwakilan rakyat daerah diatur dalam peraturan daerah dalam tata tertib dewan. Karena
itu, “ada kemungkinan perbedaan antara peraturan daerah yang satu dengan daerah yang lain. Meskipun demikian kemungkinan, kemungkinan pernedaan
tersebut kecil sekali, karena peraturan daerah disusun berdasarkan PP no. 25 tahun 2004 tentang pedoman penyusunan tatib DPRD yang menggantikan
surat keputusan Menteri Dalam Negeri No 4 I 25-138 tahun 1978. Tata cara penyusunan rancangan peraturan daerah menuntut peraturan tata tertib dewan
perwakilan rakyat daerah:
Universitas Sumatera Utara
1. Usul prakarsa dapat diajukan oleh sekurang-kurangnya lima orang anggota
yang tidak hanya terdiri dari satu fraksi 2.
Usul prakarsa dalam bentuk rancangan peraturan daerah tersebut disampaikan kepada pimpinan dewan perwakilan rakyat daerah
Pimpinan dewan perwakilan rakyat daerah membawa rancangan peraturan daerah tersebut ke dalam sidang paripurna dewan perwakilan rakyat
daerah setelah mendapat pertimbangan panitia musyawarah. Para pengusul diberi kesempatan untuk memberi penjelasan.
3. Pembahasan usul prakarsa dalam sidang-sidang dewan perwakilan rakyat
daerah dilakukan oleh anggota dan kepala daerah 4.
Tingkat-tingkat pembicaraan dilakukan sesuai dengan tata cara pembahasan rancangan peraturan daerah atas prakarsa kepala daerah
Ada yang menarik dalam tata cara tersebut di atas yaitu keikutsertaan kepala daerah membahas usul prakarsa anggota tersebut. Menurut cara-cara
yang standar, keikutsertaan kepala daerah semestinya setelah usul prakarsa tersebut menjadi usul dewan perwakilan rakyat daerah. Kepala daerah dan
dewan perwakilan rakyat daerah tidak membahas usul prakarsa tetapi rancangan peraturan daerah yang telah diterima sebagai prakarsa dewan.
Diakui, keikutsertaan kepala daerah terhadap usul prakarsa akan mempersingkat proses. Apabila kepala daerah tidak menyetujui seluruh atau
sebagian usul prakarasa, dapat segera dimusyawarahkan sebelum menjadi rancangan peraturan daerah atas prakarsa dewan perwakilan rakyat daerah.
Dewan perwakilan rakyat daerah dapat menerima atau menolak usul prakarsa
Universitas Sumatera Utara
tersebut. Dalam hal ditolak, maka tidak lahir rancangan peraturan daerah dan tidak diperlukan pembahasan lebih lanjut bersama kepala daerah.
C. Pembahasan rancangan peraturan daerah di dewan perwakilan rakyat daerah
Ketentuan pasal 40 ayat 11-14 UU no. 10 tahun 2004 pembahasan rancangan peraturan daerah di dewan perwakilan rakyat daerah dibagi-bagi ke dalam
empat tahap pembicaraan. Tahap-tahap ini sama engan tingkat pembicaraan rancangan .undang-undang di DPR
1. Pembicaraan Tahap I sidang paripurna
Bagi rancangan peraturan daerah yang berasal dari kepala daerah, maka kepala daerah menyampaikan penjelasan mengenai rancangan peraturan daerah. Ini
semacam keterangan pemerintah pada pembahasan rancangan undang-undang. Dalam hal rancangan peraturan daerah berasal dari prakarsa dewan perwakilan
rakyat daerah penjelasan disampaikan oleh pimpinan rapat gabungan komisi atau pimpinan panitia khusus.
2. Pembicaraan tahap II sidang paripurna
Pembicaraan tahap II meliputi pemandangan umum anggotafraksi. Seperti halnya pada rancangan undang-undang, epmandangan umum diwakili oleh
fraksi. Tidak pernah anggota menyampaikan pemandangan umum seacara individual. praktik semacam ini ada kebaikan dan ada kekurangannya.
Universitas Sumatera Utara
Dalam hal rancangan peraturan daerah berasal dari dewan perwakilan rakyat daerah , maka pembicaraan tahap II akan mendengarkan pendapat kepala
daerah dan jawaban pimpinan komisi atau pimpinan rapat gabungan komisi atau pimpinan kusus atas pendapat kepala daerah.
3. Pembicaraan tahap III
Merupakan rapat-rapat komisi, atau gabungan komisi atau panitia khusus yang disertai pejabateksekutif yang ditunjuk kepala daerah. Pembicaraan tahap III
ini dimaksudkan untuk menemukan kesepakatan baik materi maupun rumusan-rumusannya. Dalam praktik, baik pembahasan rancangan peraturan
daerah, pembicaraan tahap Tingkat ketiga inilah yang secara riil membuat undang-undang atau peraturan daerah. Pada pembicaraan tahap ketiga, wakil-
wakil fraksi dan pemerintah atau yang mewakili kepala daerah, merumuskan kembali semua kesepakatan yang akan disetujui dewan perwakilan rakyat atau
perwakilan rakyat daerah. Pada pembicaraan tahap ketiga, peranan individual anggota dewan perwakilan rakyat daerah menonjol. Diskusi, perdebatan, dan
permusyawaratan sangat intensif dan mendalam.
4. Pembicaraan tahap IV
Pembicaraan tahap IV merupakan sidang paripurna terkhir yang diadakan dalam rangka pengambilan keputusan persetujuan dewan perwakilan rakyat
daerah atau rancangan peraturan daerah. Dalam sidang ini akan didengar:
a. Laporan hasil kerja komisi, atau gabungan komisi atau panitia khusus
Universitas Sumatera Utara
b. Pendapat akhir fraksi sebagai pengantar persetujuan dewan. Pendapat
akhir ini dapat disertai berbagai catatan yang lazim disebut “minderheidsnota”
c. Sambutan kepala daerah
Rancangan peraturan daerah yang telah disetujui tersebut disampaikan kembali oelh pimpinan dewan perwakilan rakyat daerah kepada kepala daerah
untuk ditetapkan sebagai peraturan daerah. Tindak lanjut lainnya seperti permintaan pengesahan bagi yang perlu disahkan pejabat berwenang dan
penempatan dalam lembaran daerah, sepenuhnya diserahkan kepada kepala daerah.
D. Penetapan Dan Penandatanganan Rancangan Peraturan Daerah Menjadi Peraturan Daerah
Bagi rancangan undang-undang yang telah disetujui dewan perwakilan rakyat akan disahkan presiden menjadi undang. Jadi untuk undang-undang
dipergunakan istilah “disahkan” sedangkan untuk peraturan pemerintah pengganti undang-undangperpu dan peraturan pemerintah, keputusan
presiden, instruksi presiden, peraturan menteri dan keputusan menteri dipergunakan istilah “ditetapkan”. Hanya undang-undang yang
mempergunakan istilah “disahkan”.
Penggunaan istilah “disahkan” bagi undang-undang didasarkan pada ketentuan UUD 1945 pasal 21 ayat 2: jika rancangan itu meskipun disetujui
Universitas Sumatera Utara
dewan perwakilan rakyat, tidak disahkan oleh presiden, maka rancangan tadi tidak boleh dimajukan lagi dalam persidangan dewan perwakilan rakyat masa
itu. Sedangkan utnuk peraturan pemerintah didasarkan pada ketentuan UUD 1945 pasal 22 ayat 1 dan pasal 5 ayat 2. Bagi majelis permusyawaratan
rakyat penggunakan istilah “ditetapkan” berdasarkan UUD 1945 pasal 3. Pada peraturan daerah , dalam pedoman maupun praktik tidak dijumpai
penggunaan istilah disahkan atau ditetapkan. Pada peraturan daerah hanya disebutkan tempat, tanggal dan pejabat-pejabat yang menandatangani. Tetapi
untuk keputusan kepala daerah dipergunakan istilah “ ditetapkan”.
1.5.5. Evaluasi Penyusunan Perda RTRW
23
a. Memberikan acuan bagi pemerintah daerah provinsi dan kabupaten kota
dalam mempersiapkan rancangan perda rencana tata ruang daerah Evaluasi Penyusunan Perda RTRW dianggap penting karena memiliki tujuan:
b. Mengoptimalkan pelaksanaan evaluasi rancangan peraturan daerah
rencana tata ruang daerah c.
Mendayagunakan fungsi pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintah, pemerintah daerah provinsi dan kebupaten kota
Sasaran evaluasi perda RTRW yaitu: a.
Terwujudnya rencana tata ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan
23
Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 28 tahun 2008 tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Daerah
Universitas Sumatera Utara
b. Terwujudnya keselarasan RTRWN, RTR Pulau kepulauan, RTRWP dan
RTRWKK c.
Terwujudnya keselarasan rencana tata ruang kawasan strategis nasional, provinsi dan kebupaten kota dan RDTRKR
Ketentuan perundang-undangan yang mengatur evaluasi penyusunan perda
RTRW
1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pada Pasal 185, 186, 189 dan 222 serta Penjelasan Umum angka 9 sembilan poin 1
satu → Pengawasan terhadap Rancangan Perda tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah RTRW sebelum disahkan oleh Kepala Daerah terlebih dahulu dievaluasi oleh Menteri
Dalam Negeri untuk Raperda RTRW Provinsi, dan oleh Gubernur untuk Raperda RTRW KabupatenKota
2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang pada Pasal 18 ayat 1 satu
→ Penetapan peraturan daerah provinsi tentang RTRW Provinsi dan rencana rinci tata ruang terlebih dahulu harus mendapat persetujuan substansi dari
Menteri. 3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang pada Pasal 18
ayat 2 dua → penetapan rancangan peraturan daerah kabupaten kota tentang
RTRW
Universitas Sumatera Utara
KabupatenKota dan rencana rinci tata ruang terlebih dahulu harus mendapat persetujuan dari substansi dari Menteri setelah mendapatkan rekomendasi
Gubernur. Persetujuan substansi oleh Menteri tersebut akan dikoordinasikan lebih lanjut
sebagai bagian dari proses mekanisme evaluasi. 4. Pasal 42 Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. 5. Peraturan Menteri Dalam Negeri No 28 tahun 2008 tentang Tata Cara Evaluasi
Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Daerah.
1.6. Defenisi Konsep
“Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak mengenai kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi
perhatian ilmu sosial”.
24
24
Singarimbun Metode Penelitian Survei 1989:32
Untuk menghindari batasan-batasan yang lebih jelas dari masing-masing konsep, menghindari adanya salah pengertian maka defenisi konsep yang dipakai dalam
penelitian ini adalah:
Evaluasi Penyusunan Peraturan Daerah Rencana Tata ruang Wilayah
Evaluasi adalah kegiatan atau proses untuk mengukur dan selanjutnya menilai sampai dimanakah tujuan yang telah dirumuskan sudah dapat dilaksanakan.
Universitas Sumatera Utara
Peraturan daerah adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan persetujuan bersama Kepala Daerah
gubernur atau bupatiwalikota. Prosedur Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah:
1. Pembentukan tim penyusun RTRW kota 2. Pelaksanaan penyusunan RTRW Kota
3. Pelibatan peran mayarakat di tingkat kota dalam penyusunan rtrw kota 4. Pembahasan raperda tentang RTRW kota oleh pemangku kepentingan ditingkat
kota
Universitas Sumatera Utara
BAB II
Metode Penelitian
2.1 Bentuk Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode evaluatif dengan
analisa kualitatif, metode evaluatif mengambarkan dimana data dan fakta yang didapatkan dilapangan dievaluasi dengan membandingkan suatu kejadian, atau
kegiatan dan produk dengan standar dan program yang telah ditetapkan sebagaimana adanya diiringi dengan penafsiran dan analisa yang rasional. Hal ini
penting dilakukan agar diperoleh kejelasan atas permasalahan yang telah dirumuskan sebelumya tentang yang selanjutnya dapat ditarik kesimpulan atas
penelitian yang telah dilakukan. 2.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kantor BAPPEDA Pematang siantar yang terletak di Jl. Merdeka No. 06 Pematangsiantar.
2.3 Informan Dalam penelitian kualitatif, tidak menggunakan istilah populasi ataupun sampel
seperti dalam penelitian kuantitatif. Dalam penelitian kualitatif, populasi diartikan sebagi wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
Universitas Sumatera Utara
dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi itu.
25
25
Prof.DR.Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif 2008:49 Oleh karena itu, peneliti akan menggunakan informan untuk memperoleh berbagai
informasi yang diperlukan selam proses penelitian. Informan penelitian dipilih
berdasarkan teknik snowball yaitu dengan mencari informan kunci. Yang
dimaksud dengan informan kunci adalah mereka yang mengetahui dan memiliki berbagi informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian atau informan yang
mengetahui secara mendalam permasalahan yang sedang diteliti, informan yang mengurus tentang RTRW. Berdasarkan penjelasan diatas, maka yang menjadi
Informan kunci dalam penelitian ini adalah Kasubbid Tata Ruang Pemukiman
Dan Lingkungan Hidup, sedangkan informan utama dalam penelitian ini adalah Kepala Bappeda dan Kepala Bidang Fisik Sarana dan Prasarana, informan
tambahan adalah Para stake holder yang turut berpartisipasi dalam pembentukan perda tersebut.
2.4 Teknik Pengumpulan data